07. Evaluasi.

596 65 34
                                    

Hendra merebahkan badannya di kasur kesayangannya. Memorinya pada 22 Desember lalu masih terbayang terlebih Ahsan datang dan melihatnya pada hari itu. Sosok Ahsan tempo hari benar-benar memberikan perubahan pada dirinya entah mengapa. Benar, sosok Ahsan tempo hari adalah versi terbaik dari Ahsan untuk Hendra. Dari perkataan, dari perlakuan ajaib Ahsan, serta kemauannya untuk menuruti apa mau Hendra. Dipandanginya foto yang ia bingkai sedemikian rupa yang ia letakkan di meja samping laptop dan berkasnya dengan senyum merekah di wajahnya. Ya, foto ia dengan Ahsan hasil bidikan dari Simon dan Pia, adik Kido dan Bona. Ada foto yang sengaja Hendra edit terlebih dahulu lalu ia cetak, ada foto yang tak perlu polesan edit karna menurutnya sudah bagus. Ahsan sudah lucu. Bermacam gaya yang membuat Hendra tersenyum tiap kali ia melihatnya, andai ia dan Ahsan bisa hangout berdua, pastilah mereka rajin melakukan foto bersama.

Akan tetapi, ingatannya terpaku pada beberapa hari sebelum mereka berfoto bersama. Ya, insiden kesalahpahaman saat ia dan Anastasia berciuman sangat mengganggu pikiran Hendra saat ini. Ada rasa bersalah pada Ahsan dalam diri Hendra, lebih tepatnya penyesalan. Andai saja ia kalut pada saat itu, mungkin ia dan Ahsan tidak akan ada kecanggungan seperti ini.

"Kis, malah bengong. Ini kita belum eval kan?" Tanya Simon yang sekarang berada di kos Hendra memainkan ps dengan Sony. Ah, Hendra malas kalau sudah menyangkut evaluasi. "Belum Mon. Argh ini kalau ga pakai evaluasi sama lpj bisa ga sih?" Eluhan Hendra disambut tatapan aneh oleh anak buahnya karna kebetulan, panitia sedang berkumpul di kos Hendra.

"Ini Jangkis?"

"Ndra, lu beneran ngeluh gausah evaluasi? Gue dukung satt gausah lpjan langsung mubes demisioner aja." Taufik mengompori langsung disahut oleh teman-temannya.

"Iya woi. Capek capek."

"Ah elah gue dukung Kis."

"Saya dukung koh seriusan."

"Gapapa Hen gue ikut lu aja."

Hendra mengusap wajahnya kasar sembari mengambil kalender meja yang di depan Kido. Milih tanggal susah juga.

"Kis, ini mau tahun baru. Abis tahun baru aja lah." Usul Kido. Hendra menimbang, benar juga. Mungkin banyak yang akan pulang kampung tapi hanya libur 2 minggu ngapain juga pulang kampung?

"Kampus libur natal tahun baru sampai tanggal 5 Januari. Selepas tanggal 5 gimana? Apa habis natal?"

"Terserah aja Hen. Yang rayain natal bisa kapan? Disesuaiin aja. Kalo gue ya sesuai kampus." Ujar Nova.

"Kalau saya mungkin 2 atau 3 hari setelah natal bisa."

"Yaudah komunikasi lewat grup chat aja bisa kan? Sekarang main ps dulu." Sela Taufik yang sudah muak dengan apa yang akan dilakukan pasca event. Taufik, Sony, dan Simon tengah asik memainkan stick ps mereka sampai sebuah ketukan terdengar.

"Spada, widih udah ngumpul aja lu semua. Nih gue bawain martabak sekalian Nitya nuker duit hasil tiket acara kemarin." Sapa Butet yang kemudian memasuki kamar kos Hendra bersama Greysia, Nitya, dan Anastasia. Hendra mengernyitkan keningnya, ini Anastasia kenapa ikut? Wakil kan ga harus ikut??

"Oh iya, ini aku bawa minum sekalian soalnya Ci Butet tadi lupa beli hehe. Enjoy it guys." Ujar Anastasia yang dihadiahi ucapan terima kasih dari teman temanya, kecuali Taufik dan Kido. Hendra? Janganlah kalian bertanya.

Tak terasa sudah berjam jam mereka berkumpul di kos Hendra, sejenak untuk membahas perihal pasca music festival dan perihal evaluasi. Serta adanya selingan games ringan yang tentu saja ide ini diperoleh dari Yonathan dan si tim hore, Taufik.

"Kalengnya puter lagi. Ayo Do, lu yang puter." Kata Taufik kepada Kido. Kido hanya mengangguk dan segera memutar botol, "Ini yang kena ntar dikasih pertanyaan terus jawab jujur. Awas ada yang bohong. Bohong ip lu 1 koma." Lalu diputarlah botol tersebut oleh Kido.

WE - Story of Hendra/AhsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang