Masa Kuliah setelah maba, sekitar tahun 2005
Seorang laki-laki berawakan tinggi sekitar 180cm berjalan melalui koridor dengan mengenakan tas selempang serta kemeja berwarna hitam dengan corak kotak kotak biru. Ia melengang begitu saja, tak memerdulikan orang-orang sekitarnya sampai akhirnya ia berada di sekretariat yang ia cari.
Laki-laki itu masuk dengan perlahan, mencoba membuat orang-orang di dalamnya tidak gaduh. Namun tetap saja, selalu. Setiap ia memasuki ruangan, seisi ruangan langsung gaduh dan memperlakukannya seolah orang penting. Ia tak suka, mereka teman sepantaran, satu angkatan pula.
"Kenapa deh, duduk aja santai. Kita bahasnya santai aja." Lelaki itu membuka diskusi setelah ia mendudukan diri di kursi dengan table microphone menyala.
"Lu mah bisaan santai mulu Hen. Kita yang kelakaban ngurusin acara." Sahut Simon yang duduk di bangku penonton paling belakang.
"Ya, saya maunya santai aja kalau rapat. Tapi, ngerjain apa apanya ya sat set gitu." Jelas Hendra.
"Lu mau konsep acaranya gimana Hen? Buat mahasiswa baru ntar? Surat ijin udah siap tinggal ganti nama nama aja nih. Rajin kan tim gue?" Kini seniornya, Kido yang menimpali Hendra. Hendra yang secara tidak langsung seorang presma dan ketua panitia kadang merasa tidak enak memiliki anak buah seorang senior atau kakak tingkat. Tapi apa boleh buat, kapan lagi kakak tingkat bisa jadi budak??
"Saya sih maunya yang simpel tapi menarik, meriah. Karna ini kan Ospek universitas, diusahakan jangan memberatkan maba. Dulu kan kita waktu maba suruh cari a b c kan, diusahakan tahun ini gausah ada. Ribet, gaada manfaatnya juga." Jelas Hendra yang disertai anggukan seluruh anggotanya.
"Bang Kido, surat ijin pakai hall room 3 hari tolong ya. Bang Taufik, acaranya dipadetin di hari kedua aja. Buat hari ketiga lenggang, anggep aja buat yang seneng seneng. Koh Alvent, dekdok ya. Bentar." Komando Hendra sambil membolak balikkan buku catatannya.
"Koh, banner ada 2 atau ada 3??"
"Ada 3 Hen. Yang banner gede 16×32 belum diambil. Nanti coba gue koordinasiin sama pihak cetak bannernya. Yang lain udah ada di sekre ukm badminton. Gue taroh situ kemaren, soalnya kunci sekre kita elu yang bawa." Jelas Alvent yang langsung diberi anggukan oleh Hendra dengan senyum sedikit. Ya, Hendra tersenyum. Karna merasa kinerja teman temannya semakin baik.
"Danusan lancar Hen. Dapet banyak kita. Udah gue kasihin ke Butet semua." Simon langsung menyambar tanpa rem dengan bangga. Membuat seisi ruangan tersenyum geli melihat aksinya. Ada ada saja.
"Oke kalo gitu. Konsepnya nanti kita pikirin lagi. Pokoknya saya mau, konsepnya yang fresh, ga menyusahkan mahasiswa baru, menarik, dan tentunya ga bikin ngantuk."
"Tenang Hen. Yel yel udah ada, seru lagi. Nanti Kido sampein ke elu." Ujar Taufik yang langsung diberi saanggahan oleh Kido.
"Loh?? Kok gue sih bang? Kan elu yang acara gimana sih?"
"Ya kan yang ada ide kemaren elu Do."
Kido langsung menatap malas Seniornya yang sedang memancingnya. Yang benar saja ia harus menyanyikan yel-yel yang ia buat di depan Hendra??
"Wkwkwk iyaudah. Nanti Bang Kido setor ke saya ya hehehe."
"YAELAH KIS." Omel Kido yang langsung disertai tawa satu ruangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/279576864-288-k362727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WE - Story of Hendra/Ahsan
Fiction générale"awalnya coba-coba, tapi lama-lama jadi sayang." Jelas Hendra yang asal nyeplos. "gatau ya, tadinya biasa aja tapi kelamaan ya mikir ini orang mukanya lempeng tapi perhatian banget. ya lama-lama luluh lah wkwk." Jelas Ahsan saat diinterogasi temanny...