17.

2.7K 343 103
                                    

"Seharusnya kau tidak melewatkan jam makanmu, Jiyeon. Harusnya kau tidak meninggalkan pelajaran mu, mengingat sebentar lagi ujian kelulusan tiba. Dan kau malah sakit?! Selain kau tidak bisa apa-apa, kau ketinggalan pelajaran. Mama tidak mengharapkan apapun selain kesembuhanmu secepatnya agar kembali bersekolah jika ingin kuliah."

Ny. Yoon sibuk berceloteh panjang lebar di dalam ruang kubus berwarna putih dan rongga penciuman dibaui oleh aroma obat-obatan yang membuat kening mengernyit. Saat mendengar kabar ketika putrinya masuk rumah sakit karena kelelahan dan terkena penyakit mag, ia terpaksa meninggalkan butik lantaran penasaran dengan kondisi Jiyeon.

Pun Taehyung tak banyak berkomentar, sebab suasana didominasi oleh kecekaman yang cukup membuatnya menjadi bungkam. Membiarkan Ny. Yoon menghabiskan tutur katanya kepada Jiyeon. Ia hanya mampu menautkan tangan di belakang tubuh serta memandangi paras Jiyeon yang tertunduk di atas ranjang.

Tubuh Jiyeon meregang dalam kepiluan, hatinya menjerit atas perlakuan yang benar-benar tidak ia duga. Pening bahkan belum surut, dan Ny. Yoon menambah rasa nyeri lagi di dalam benaknya. Ia meremat kuat seprei ranjang rumah sakit dalam pesakitan yang kian merajalela. Menyerangnya tiada henti.

Lalu, ada dengusan kasar yang meluncur dari karakter Ny. Yoon, sembari berdecak kecil ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jiyeon tahu, Ny. Yoon tengah mendongkol sebab pekerjannya tertunda hanya untuk datang kemari. Tak dapat terbantahkan, jika Ny. Yoon seorang workaholic.

Bukan. Bukan Ny. Yoon saja. Tapi, Tuan Yoon juga demikian.

Tentu Jiyeon ingat, bahwa pagi tadi Tuan Yoon menghadiri pertemuan dengan kolega bisnisnya di Singapura untuk beberapa hari ke depan.

Napas Taehyung berhembus kencang dan pipinya turut menggembung, suasana kaku ini membuatnya menahan napas dan nyaris saja mati. Ia melirik punggung Ny. Yoon diselingi hati ketar-ketir, kemudian mencoba melangkah untuk mendekat. Berencana buka suara memecah kesenyapan sebelum didahului oleh aksara lain yang menyambangi cepat.

"Kau tidak seharusnya juga memikirkan permasalahanmu dengan Yumi sampai berlarut-larut begini." Ny. Yoon berungkap jengkel, tetap memaku sorotan pada putrinya kini yang terbisu. "Memang, dia adalah sahabat mu, tapi untuk beberapa hari sebelumnya Mama tidak pernah melihat kalian dekat lagi. Jiyeon, kau harus bisa melupakan dia. Jangan menyiksa dirimu seperti ini."

Geramannya bergemeletuk, mengeratkan gigi hingga rahang Jiyeon mengeras usai mendengar frasa dari Ny. Yoon yang lagi-lagi melimpahkan kesalahan padanya. Ingin menyangkal sederet kalimat yang terlontar sederhana, tapi cukup besar menyentil sebagian besar hatinya dalam kelumpuhan.

Hingga Jiyeon berakhir terpejam, mengurungkan niat untuk berungkap apapun. Kelopak matanya tertutup rapat demi menahan genangan air yang sedari tadi tertumpuk meminta di lepaskan pada semesta.

"Ma," akhirnya suara Taehyung terdengar. Ia menelan ludah saat Ny. Yoon melirik kecil. "Mm, Jiyeon sedang sakit. Biarkan dia berisitirahat dulu."

Irisnya bergulir, menilik Jiyeon yang semakin tertunduk. Hela napasnya terdengar seraya mengangguk, "Baik. Antarkan Mama sekarang, Tae. Masih ada beberapa pekerjaan yang belum beres di butik."

Tubuh itu berbalik, meninggalkan Jiyeon tanpa untaian kata kasih selain hujaman menyakitkan yang baru saja ia terima. Taehyung tak langsung menyusul, melainkan mendekati ranjang Jiyeon dan memberi usapan di puncak kepala si gadis yang memendam getir.

Ia menunduk, mencium sekilas puncak kepala Jiyeon sebelum pergi dari sana. Sangat berat hati meninggalkan si gadis seorang diri disini, tapi Taehyung tak punya pilihan lain.

Namun, mendadak sebuah ide terlintas cepat di benak. Merogoh ponsel sembari menutup pintu ruang rawat Jiyeon, Taehyung lekas menarikan jemari di atas benda pipih itu. Menulis satu pesan yang mungkin akan membantunya.

[M] SOUGH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang