O7.

5.9K 625 141
                                    

Gara-gara seagulltii, taebooktii terlupakan sudah. Hiksseu, dahlah aku ngambek ┻━┻ ヘ╰( •̀ε•́ ╰)

***

Barangkali Yoon Jiyeon tidak pernah menjerumuskan diri, atau membiarkan dirinya terjerumus ke dalam kehidupan kotor Jeon Jungkook. Ini semua tidak pernah dibayangkan akan ia alami. Sepahit ini, semengerikan ini, semua mimpi yang ia bangun harus hancur ditelan bumi.

Ketika Jiyeon dipaksa harus menelan kenyataan bahwa Yumi yang membawanya pada kejadian ini, Jiyeon tidak bisa berkomentar banyak kendati bibirnya sangat ingin berteriak. Melampiaskan segala rasa sakitnya kepada semesta yang terdiam menyaksikan proses kehancurannya.

Saat kucuran air shower itu membasahi sekujur tubuh telanjangnya, pergerakan kasar Jiyeon untuk mengusap seluruh epidermis bekas sentuhan Jungkook tidak pernah ia lewatkan. Sembari menangis, tergugu, tergigit ngilu, menjerit dalam hati, lantaran ia juga tidak bisa menyangkal sisi jalangnya yang sangat menikmati dunia yang Jungkook beri.

Hingga memerah, bahkan tak segan Jiyeon menggaruk bagian itu cukup lama—sampai luka, menimbulkan bekas cakaran dari kukunya sendiri yang memanjang. Namun sayangnya, rasa sakit itu tidak bisa menutupi luka yang kian besar setiap harinya pada dada. Pun penyesalan yang semakin tumbuh dalam kepala, merutuki kelemahan dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat banyak.

"Hiks ..." Ia lagi-lagi terisak kala Jiyeon masih mengingat begitu jelas rasa dari tangan-tangan Jungkook meraba sekujur tubuhnya. Melecehkannya tanpa henti, seakan Jiyeon kehilangan harga diri.

Isakan yang hanya bisa Jiyeon udarakan saat ia berada dalam kesenyapan, membiarkan sekujur tubuhnya dibasahi oleh air yang tidak memberikan efek apapun guna menghapus sisa-sisa persetubuhannya dengan Jungkook. Seakan air kehilangan fungsi untuk membersihkan sesuatu yang kotor.

Sebab, kasus yang Jiyeon alami sedikit berbeda. Kata kotor seakan kekal dalam dirinya saat ini.

Meringkuk sekali lagi, menenggelamkan parasnya pada lipatan sepasang kaki ringkih yang menekuk. Jemarinya bahkan telah mengerut terlalu lama dibiarkan menyentuh air, tapi Jiyeon apatis dengan hal itu. Sebab, biarkan ia sendiri untuk menenangkan diri. Jiyeon membutuhkan ketenangan untuk sementara waktu.

Tentu, kebingungan terus merambati. Apa opsi yang akan ia ambil? Tetap bungkam atau justru memberitahukan hal kotor ini pada kedua orangtuanya? Jiyeon lantas mengerang, mengacak kasar surainya yang basah.

Ketakutan dan rasa malu menjadi dominan dalam entitasnya. Memaksa ia untuk terus mengatupkan bibir, dan melalui hal ini sendirian. Tapi tentu saja, batin Jiyeon menolak semua itu.

Membiarkan dirinya kembali diinvasi oleh Jungkook—ya, sebab Jiyeon yakin pemuda itu tidak akan berhenti sampai disana. Dan Jiyeon harus menghindari segala perbuatan pemuda itu yang semakin merusak dirinya.

"Bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Hiks—aku harus bagaimana?"

Jiyeon seperti tidak memiliki frasa lain yang harus ia gumamkan selain kata 'bagaimana'. Terlontar lirih dari bibir kecilnya yang bergetar. Sedikit menyisakan bekas luka sobek akibat gigitan dari cumbuan Jungkook yang kelewat kasar, namun telah melewati masa perihnya.

Entah keberuntungan atau tidak, lukanya tidak akan terlihat begitu jelas jika diperhatikan dalam jarak jauh. Pun, kendati dekat akan terlihat samar. Sepertinya Jungkook juga sudah memperhitungkan kejadian seperti ini. Pemuda itu sangat apik dalam melakukan aksinya bersama Jiyeon agar tidak menyisakan bekas yang mungkin mengundang rasa penasaran dari berbagai pihak.

[M] SOUGH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang