O3.

7.1K 673 169
                                    

Aku peringatkan sekali lagi, kalau work ini dipenuhi konten devvasa, yeaa🌑

















Sayangnya Yoon Jiyeon tidak pernah tahu bagaimana sang Kakak membangun relasi. Jiyeon tidak begitu dekat dengan Taehyung, mereka tidak seperti saudara kandung pada umumnya yang selalu bersama—berbagi cerita. Bukan Taehyung yang menghindar, pun bukan Jiyeon yang tidak ingin mendekat. Mereka memiliki kesibukan masing-masing yang membuatnya demikian. Tidak ingin mencampuri urusan diluar konteks keterkaitan mereka.

Keduanya akan bisa bercengkrama atau sesekali melontarkan guyonan saat ikut makan besar dengan kedua orangtua mereka—yang juga sibuk. Namun, sesibuk apapun itu mereka tentu saja memantau kondisi anak-anaknya—menyempatkan diri untuk berkumpul.

Selama dalam batas normal menjalin pergaulan, Taehyung dan Jiyeon akan dibiarkan berkembang. Mr. dan Mrs. Yoon adalah orang yang ketat dalam membangun karakter anak-anaknya. Mereka akan bersikap keras jika Taehyung ataupun Jiyeon telah berani membuat kesalahan yang menghancurkan nama baik keluarga.

Seperti sekarang, saat tahu putranya—Yoon Taehyung tidak ikut makan malam bersama lantaran belum pulang, bukan tanpa alasan jikalau kini Tuan Yoon mengeraskan rahang. Membiarkan kunyahan dan santapannya terjeda manakala merasa ada kejanggalan. Terdiam dengan pandangan kosong, menatap tanpa minat makanan yang disajikan.

"Kenapa?" Ny. Yoon mulai bertanya was-was. Tentu saja ia tahu apa alasan dibalik kemurkaan yang ditahan dalam paras berumur itu. Lekas Ny. Yoon mengalihkan pandangan, menatap putrinya yang memainkan sendok tanpa ada niatan untuk menyantap. "Ji—"

"Jiyeon, makan makananmu."

Tuan Yoon menyela lebih cepat apa yang akan ia udarakan. Maka, Ny. Yoon menghela napas saat melihat suaminya pergi. Meninggalkan keduanya tanpa bersuara dan sama sekali tidak menghabiskan semua makanannya.

"Sayang, kemana Kakak mu?"

Pertanyaan yang membuat manik Jiyeon beralih atensi pada Ny. Yoon. Lekas ia menggeleng tanpa minat dan menjawab, "Tidak tahu."

Saat frasa tersebut telah selesai diudarakan, bertepatan dengan pintu rumah yang berdecit pertanda terbuka. Keduanya mengalihkan pandangan, menemukan figur Taehyung yang masuk dengan langkah lebar.

"Aku pulang. Maaf aku datang terlambat." Taehyung tersenyum kotak. "Ah, ya ... masuklah, Jungkook."

A-apa?

Jiyeon sempat terhenyak dalam duduknya. Tubuh kecil itu menegang, kaku secara mendadak ketika mendengar Taehyung menyuarakan nama seseorang yang tentu saja tidak asing bagi pendengarnya. Napas itu mulai berderu, tersendat-sendat lantaran khawatir datang mengerubungi. Bercokol dalam daksanya hingga gemetaran.

Maka, saat presensi tubuh atletis masuk menyusul Taehyung, mengenakan kemeja garis kotak-kotak berwarna hijau dan membungkukkan badan dengan hormat, maka Jiyeon sadar bahwa ia benar-benar berada dalam situasi terburuk.

Merasa kedua manik itu menatapnya, dengan cepat Jiyeon mengalihkan pandangan. Tertunduk menatap kakinya yang bergetar. Bayangan wajah Jungkook menelusup lagi dalam benak, saat pemuda itu merobohkan harga dirinya hanya dalam satu malam.

Jiyeon tidak pernah begitu tahu karakter, dan ruang lingkup pertemanan Kakaknya—Yoon Taehyung. Buktinya sekarang Jiyeon sangat terkejut ketika mendapati keduanya bersama, terlihat dekat—sama seperti ia dan Yumi, dulu.

Lekas ia memejam, kepalanya mendadak sakit dan Jiyeon merintih kecil.

"Jungkook?" Ny. Yoon tersenyum. "Kemarilah, ikut makan bersama kami."

[M] SOUGH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang