13.

5.5K 652 143
                                    

Jangan lupa komentarnya, yavv ( ˘ ³˘)♥Terima kasih ku diwakilkan sama itu 👆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa komentarnya, yavv ( ˘ ³˘)♥
Terima kasih ku diwakilkan sama itu 👆

***

Ada masanya dulu kala, ketika Yumi melempar senyum meski Jiyeon sendiri tak mengerti kenapa senyum gadis Jeon itu membasuh luka dalam jiwanya, setidaknya ia mengasakan hal itu abadi teruntuk entitasnya. Meskipun tidak ada sesuatu yang kekal di dunia, agaknya Jiyeon tetap bersyukur pernah merasakan senyum Yumi semasa mereka dekat.

Namun sekarang, senyum itu menjadi sebuah gelogok yang membawanya jatuh pada dasar jurang yang kelam. Digegat Jungkook. Tak pernah ia bayangkan akan menjejali pelataran kotor yang selama ini telah Yumi susun—ditujukan untuknya. Kendati Jiyeon sempat menolak membenarkan, menganggap semua hanyalah rasian buruk dan ia akan terbangun dengan napas terengah-engah, nyatanya tidak demikian.

Semesta memang sengaja membuat takdirnya berakhir kotor.

Menjadi tidak berarti sekarang merupakan definisi Jiyeon. Rasa sakit itu terpusat dalam daksanya, bahkan memori kelam itu tak pernah lelah untuk menghantuinya. Nyaris saja membuat pernapasan Jiyeon berhenti. Mereka menguasai dua dunianya. Alam nyata, dan bunga tidur pun telah dipengaruhi hingga Jiyeon berakhir terkulai—tak mampu berbuat apa-apa. Sebab, ingatan kelam itu telah mengontrol bunga tidur Jiyeon seutuhnya.

Lebih banyak berdiam diri di kamar sudah menjadi rutinitas Jiyeon semenjak hari itu datang menerpanya—mengombang-ambingkan Jiyeon hingga menghilir. Menguras energinya bangkit untuk lari dari mair yang menerjang seperti badai.

Bias terang dalam irisnya meredup perlahan-lahan seiring bumi berputar, pergantian hari berlangsung, dan malam mencekam singgah dalam buaian mimpi. Setiap episode hidupnya seakan telah dilumuri oleh sentuhan Jungkook yang berkumandang. Menciptakan banyak luka dalam raganya yang terus-menerus bertambah. Sementara luka lama tak kunjung membaik.

Keningnya berkerut samar saat rupa Jungkook yang menghancurkannya terlintas begitu saja. Jiyeon lekas membawa kedua tungkainya menekuk ke atas kursi, sepasang lengan yang segera memeluknya kelewat erat dengan celah kecil tuturan guna meraup udara. Mengasakan dada yang mencekik mengurai segera. Kepalanya menggeleng mencoba melenyapkan senyum Jungkook yang tak pernah indah tampak dimata. Justru pembawa malapetaka.

Decitan pintu kamar terbuka. Presensi Taehyung datang melongokkan kepala untuk melihat isi kamar sang adik. Ini sudah waktu makan siang, dan Jiyeon tak kunjung turun kendati seruan Mama sudah melantang hingga empat kali. Hingga ia memutuskan untuk menginjakkan kaki disini.

Kepalanya menyembul, melihat entitas Jiyeon yang duduk di meja belajar dengan manik hampa—atau terlalu larut dalam lamunan—hingga tidak menyadari kedatangannya. Taehyung tenggelam dalam paras Jiyeon yang semakin hari terlihat eksentrik untuk ia lalui. Jiyeon yang pendiam merupakan keasingan. Sudah beberapa hari, Taehyung merasakan perubahan sikapnya yang signifikan.

[M] SOUGH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang