🪄🥀🦋
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi membuat beberapa siswa berdesakan keluar dari kelas. Sedangkan Lyra masih dengan posisi yang sama yaitu menelungkupkan kepalanya di atas meja belajar mungkin karena kecapean abis olahraga tadi. "Ra, lo gak papa kan?" tanya Amel menggoyang-goyangkan tangan Lyra."Gak kok." Lyra menggelengkan kepalanya. "Ya, udah. ayok kita pulang." ajak Amel.
Mereka berdua keluar kelas, menuruni satu persatu anak tangga dengan santai.
"Lyraaa .... Amel." teriak sania sambil berlari mengejar kedua sahabatnya ini.
"Astaga san. gak usah teriak-teriak. mulut lo cempreng, telinga gue sakit tau," ucap Amel menutup telinganya dengan buku biologi yang dibawanya.
"Maaf, bestieku," ucap sania cengengesan di depan Amell dan Lyra. "Sania habis dari mana?" tanya Lyra.
"Sania abis dari perpus, kembaliin buku fisika yang di pinjem kemarin." jelas sania. "Ohya, Ra btw pulang sama siapa?"
"Lyra dijemput bunda." bohong Lyra.
"Mel, sania nebeng, ya. soalnya motor kesayangan sania lagi di bengkel. Plis... plis ... plis." kata sania dengan kedua tangan terlipat di dada.
"Iaiaia, Sania Hadira."
Amel pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Yaps! Amel hari ini membawa mobil ke sekolah, karena cowoknya Alex pulang agak terlambat dikarenakan ada latihan basket di sekolah sore ini.
"Lyra, lo gak apa-apa kita tinggal?" tanya sania.
"Beneran gak apa-apa ni?" tanya Amel kembali.
"Gak papa, udah kalian duluan aja keburu sore entar." sahut Lyra sambil melirik ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Sania dan Amel hanya mengangguk menanggapi ucapan sahabatnya ini, sebenarnya mereka berdua tidak tega meninggalkan Lyra sendirian apalagi hari sudah sore dan sekolah sekarang sudah pada sepi.
Kedua sahabatnya berdiri dan langsung memeluk Lyra dengan erat. "Kita duluan, ya, kalau ada apa-apa tinggalin hubungin gue atau gak sania."
Lyra tersenyum mengangguk sambil membalas pelukan kedua sahabatnya itu. "hmm. hati-hati!"
Lyra melambai-lambaikan tangannya ketika melihat mobil Amel mulai keluar meninggalkan parkiran sekolah.
Saat Lyra ingin keluar dari gerbang, cewek itu di kagetkan dengan suara dentuman motor yang berhenti tepat di sampingnya, "Naik!" ucap pemuda itu dengan nada dingin.
"Kak Raja." guman Lyra pelan, saat mendengar suara yang begitu femiliar. seorang pemuda dengan motor besarnya dan pakaian putih abu-abu yang melekat di tubuhnya.
Lyra tidak berkutik, gadis itu masih malu, soal kejadian di loker dan di ruang ganti tadi. sangat memalukan!! gadis itu hanya berdiri mematung di tempat, tanpa berniat untuk naik. "Lyra Ascella, jangan bikin saya turun dari motor dan gendong kamu untung naik ke motor saya," ucapnya membuyarkan lamunan Lyra. "Naik atau?"
Lyra masih berdiri mematung, "kamu tinggal pilih, mau naik motor saya atau jalan kaki?" ketus Raja.
"Bentar, kak."
"Apa perlu bantuan, cantik?"
Lyra menggelang dan langsung naik, "Tunggu." Raja turun dari motor dan langsung membuka jaket hitam miliknya dengan sigap cowok itu menutup paha Lyra yang sedikit terbuka. Raja kembali menaiki motor besarnya, saat hendak menancap gas, tangan cowok itu memegang tangan mungil Lyra dan langsung melingkarkan ke perutnya, "Pegangan entar kamu jatuh," ucap Raja menancap gas motornya meninggalkan area sekolahan.
Lyra begitu syok dengan perlakuan Raja barusan. ia tak dapat berbicara apapun. saat ini bibirnya seakan bungkam dan mulutnya terkunci rapat-rapat.
Dalam perjalanan pulang mereka berdua hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Raja melajukan motornya dengan kencang membuat Lyra ketakutan. "Kakak! Lyra takut," ucap Lyra gelagapan.
"Kenapa?" sahut Raja, "Kakak, Ngga denger." lanjutnya lagi. cowok itu hanya mengendus kesal hingga ia harus melambatkan sedikit laju motornya.
"Lyra takut, jangan ngebut-ngebut, kak. entar Lyra jatuh gimana? kalau kepalanya Lyra bocor, kakak mau tanggung jawab?!" Cerocos Lyra panjang lebar.
"Ribet." guman Raja pelan.
Raja langsung melajukan kembali motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Lyra tersenyum sumringah, dengan ragu-ragu tangan gadis itu kembali melingkar ke perut Raja. Lyra mulai menutup kedua matanya dan menyembunyikan wajah cantiknya tepat di punggung cowok itu.
Deg!!
Lyra bisa merasakan detak jantung Raja. jantung cowok itu terlalu lincah melompat-lompat dari tempatnya membuat gadis itu diam-diam tersenyum kecil. dan Raja? cowok itu, mengeratkan gigi nya berusaha untuk menahan gejolak di hati nya. "Ck. lama-lama saya kena serangan panik!" batin Raja.
Lyra masih menyunggingkan senyumnya. tapi, senyumnya berubah ketika cowok manis itu memergoki lewat kaca spion motor. "Ngapain senyum-senyum?"
"Dingin tapi perhatian." ujar Lyra.
*****