1. Stuck In Love💞

1.6K 125 9
                                    

"Udah dong, jangan main handphone terus! Kamu emang gak kangen sama aku?" Karina membrengut kesal melihat Winter yang terus bermain handphonenya, entah apa yang sedang di lihatnya, hingga dia terlihat fokus sekali sedari tadi. Bahkan keberadaanya saja sampai tidak di anggap oleh Winter.

'Chup'

Winter mengecup pipi Karina singkat untuk meredakan ke kesalannya, "Maaf, kkk muka kamu lucu kalo lagi cemberut gitu" Karina semakin mempoutkan bibirnya kesal.

Winter hanya tersenyum melihat itu, ia lalu mengelus-elus kepala Karina yang berada di pangkuannya.

"Masih pagi udah di suguhin drama romance aja" sindir Minjeong yang baru keluar dari kamarnya. Tanpa permisi ia lalu ikut nyempil di antara Karina dan Winter. Hal itu tentu saja membuat Karina kesal karena ia sampai jatuh ke lantai karena dorongan paksa yang di lakukan Minjeong.

"Lo gak ada sopan-sopannya ya sama gue?!" Minjeong hanya mengedikkan bahunya acuh lalu menekan tombol remot tv. Karina mendengus kesal melihat itu. Ia menghentak-hentakan kakinya ke lantai lalu memilih duduk menjauh dari Minjeong dan Winter.

"Dasar pengganggu!" cibirnya. Winter hanya menggelengkan kepalanya saja. Setiap hari memang ada saja kelakuan adik dan sahabatnya itu. Sepertinya mereka tidak di takdirkan untuk akur. Karena setiap bertemu selalu bertengkar seperti sekarang. Padahal mereka bertiga sudah sedari kecil tumbuh bersama, tapi hanya ia yang dekat dengan Karina, sedangkan kembarannya itu tidak pernah akur dengan Karina. Entah kenapa, ia juga tidak tahu.

"Kalian berantem terus sih? Sehari akur emang gak bisa?" Winter menoleh ke arah kembarannya dan juga sahabatnya. Namun mereka sama-sama membuang muka setelah tidak sengaja bersitatap.

"Gak" jawab mereka bersamaan, tanpa melihat ke arah Winter. Winter menghela nafasnya, susah memang untuk membuat keduanya jadi akur.

"Ck! Lo nonton apa sih Jeong? Dari tadi gonta-ganti terus!" Karina berdecak sebal.

"Terserah gue dong mau ganti kek mau gak kek. Kok lo yang repot?"

"Siniin remotnya, gue mau nonton" Minjeong tidak mengindahkan perkataan Karina. Matanya masih fokus ke layar tv yang sekarang sedang menampilkan acara mukbang.

'Buk'

Karena kesal, Karina jadi melempar wajah Minjeong dengan bantal sofa.

"Kok lo kasar sih?!" Minjeong tidak terima, ia menatap nyalang Karina. Tangannya sudah berancang-ancang akan melempar balik Karina dengan bantal sofa. Namun tidak jadi, karena Winter sudah lebih dulu mengambil bantalnya dari tangannya.

"Kakak apa-apaan sih?!" kesalnya.

"Udah gak usah pada berantem" ucap Winter berusaha menengahi keduanya.

"Karin duluan tuh yang ngelempar gue!" adu Minjeong pada kembarannya sambil menunjuk wajah songong Karina.

"Ya udah gak usah di bales"

"Ck! Lagi-lagi kakak belain Karin. Sebenernya yang saudara kakak tuh gue apa si Karin sih?!" ini bukan pertama kalinya Winter membela Karina. Karena setiap Minjeong dan Karina bertengkar, Winter pasti selalu berada di pihak Karina, bukan Minjeong yang jelas-jelas saudara kandungnya.

"Gak usah ke kanak-kanakan deh" ucap Winter.

'BRAAKK'

Dengan kencang Minjeong membanting remot tv yang sedari tadi ia pegang. Lalu ia segera pergi keluar apart.

Karina merasa bersalah, melihat kepergian Minjeong. Tapi tidak dengan Winter yang terlihat biasa-biasa saja. Ia bahkan tidak mau repot-repot membujuk kembarannya agar mau kembali lagi. Matanya justru masih fokus melihat layar tv.

"Sayang, kamu gak bujukin Minjeong biar dia gak marah?" Karina kini sudah duduk di samping Winter. Ia menatap penuh wajah menawan sang sahabat.

"Biarin aja, nanti juga dia baikan sendiri" jawab Winter acuh.

"Tapi____"

"Sstt, udah gak usah khawatir lagi, dia kalo marah kan emang suka gitu, terus abis ini nanti juga dia bersikap seperti biasa lagi. Kamu kaya baru kenal dia aja" Karina mengangguk, walaupun ia masih merasa bersalah soal kejadian tadi.

"Kamu wangi banget sih?" Winter memberi kecupan-kecupan ringan di area leher Karina. Hingga membuat Karina geli.

"Ya wangilah, kan aku udah mandi, emang kamu belum mandi" Karina menahan wajah Winter yang akan menciumi lehernya lagi.

"Aku belum mandi juga masih wangi" ucap Winter sombong. Karina memutar bola matanya malas.

"Pede banget" Winter terkekeh mendapat respon seperti itu dari Karina.

"Harus pede dong" ucapnya, lalu kembali mencuri ciuman di leher jenjang Karina. Itu adalah area kesukaanya. Ia memang sering melakukannya, dan Karina tampak tidak keberatan.

"Udah ih" Karina kembali menahan wajah Winter dan menjauhkannya dari lehernya. Tapi Winter kembali menariknya.

"Ke kamer yuk?" ajaknya tiba-tiba.

Karina menoleh, "Ngapain?" tanyanya bingung.

"Katanya tadi kangen sama aku?"

"Ya terus ngapain kita ke kamer? Apa hubungannya coba kangen sama kamer?" heran Karina.

"Ada sayang, jadi yakin kamu gak mau ke kamer nih? Apa mau di sini aja? Jangan salahin aku ya kalo nanti ketauan Minjeong" Winter tersenyum menyeringai, Karina sampai di buat merinding melihat seringaian Winter.

"Apaan sih? Kamu kok ngomongnya ambigu gitu" Karina menatap malas Winter. Menurutnya Winter tidak cocok dengan gaya bicara seperti itu. Kalau Minjeong yang bicara seperti itu mungkin cocok. Tapi ini Winter? Orang yang di kenal sangat dingin dan irit bicara.

"Haha haha, muka kamu lucu banget" Winter mencubit pipi Karina gemas.

"Sakit"

'Chup'

"Sekarang udah gak sakit kan?" tanya Winter sambil mengelus pipi Karina yang tadi sempat ia cubit.

Bukannya menjawab pertanyaan Winter, Karina justru menghambur ke pelukannya, "Kangen kamu" ucapnya manja. Winter tersenyum dan mengelus kepala Karina dengan sayang.

"Hem" jawabnya singkat.




















































~🍁Late Regret🍁~

"Bagaikan bintang yang selalu ada di langit malam
Tetaplah di sampingku untuk waktu yang lama"

***

Late Regret🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang