Setelah sampai di kamar hotel, Winter mendorong Karina ke ranjang. Dengan cepat Winter mencium dan melumat bibir yang selama dua hari ini membuatnya gila. Karina sedikit terkejut, tidak biasanya Winter bermain kasar seperti ini. Tapi Karina mencoba memakluminya. Mungkin Winter sedang merindukan dirinya. Karena Karina pun sama, dia merindukan Winter. Karina membalas lumatan Winter. Dia mengalungkan kedua tangannya ke leher Winter. Untuk memperdalam ciuman mereka.
Saling melumat, saling bertukar saliva, dan saling berperang lidah. Tapi tidak terikat hubungan apapun. Sebenarnya apa hubungan Karina dan Winter? Jika hanya persahabatan, tidak ada hubungan sahabat yang seperti mereka. Setiap waktu berhubungan intim. Bahkan ciuman di bibir menurut mereka sudah hal biasa. Harusnya hubungan persahabatan bukan seperti itu bukan? Entalah hanya mereka yang tahu apa hubungan mereka sebenarnya.
Tangan Winter mulai membuka satu per satu pakaian Karina. Hingga menyisakan bra dan juga celana dalamnya saja. Karina pun juga begitu, dia membuka pakaian Winter tanpa melepas ciuman mereka. Sampai keadaan mereka sama-sama setengah telanjang.
'Hah hahh hahh'
Winter melepas sebentar ciuman mereka untuk menghirup oksigen. Setelah itu dia kembali menyerang bibir Karina. Membuat Karina kembali mengalungkan tangannya.
'Engghhh'
'Aaakhhh'
Tangan Winter mulai nakal, dia meremas-remas dada Karina yang masih terbalut branya. Karena nafsunya sudah memuncak, Winter membuka bra Karina dengan tergesa lalu membuangnya. Mulutnya segera melahap nipple Karina yang sudah menegang.
'Aahhh Winnhhh uummmhhh ahh'
Karina bergerak tidak karuan. Dia terus menekan kepala Winter agar semakin tenggelam di dadanya. Karina menginginkan lebih dari sekedar ini.
'Ahhh winnhh cepathh'
Desahnya, menyuruh agar Winter cepat masuk ke intinya. Karina sudah tidak tahan.
"Sabar sayang" Winter masih ingin menikmati nipple Karina. Kenapa Karina harus terburu-buru?
'Janganhh mainhh mainhh, bagianh bawahhh aku mauh kamuhh'
Karina mencoba menghentikan cumbuan Winter di dadanya. Dengan tidak rela Winter melepaskan nipple Karina dari mulutnya. Dia lalu menuju bagian bawah Karina. Membuka celana dalamnya. Ternyata Karina sudah sangat basah. Pantas Karina ingin Winter segera mencumbu bagian bawahnya.
Winter sedikit melebarkan paha Karina. Agar memudahkannya dalam menikmati aset Karina itu.
'Chup'
Bibir Winter mendarat tepat di bibir vagina Karina. Karina melengkuh kenikmatan. Inilah yang dia mau sedari tadi.
'Uuuhh sayanghh terushhh'
Karina ingin setiap hari bisa seperti ini dengan Winter. Tapi itu sepertinya tidak akan pernah mungkin terjadi. Apalagi sampai sekarang masih tidak ada kejelasan hubungan mereka berdua. Winter pun tidak pernah mau membahasnya. Entah sampai kapan mereka berdua terus seperti ini. Bersembunyi di balik kata sahabat.
~🍁~
Tepat pukul 01.00 Minjeong merasa perutnya seperti sedang di remas-remas. Dia memegang perutnya.
'Ahh sakit banget anjir' ringis Minjeong. Dia lalu mencoba bangun untuk mencari obat sakit perut. Dengan langkah tertatih dia keluar dari kamarnya mencari kotak obat.
Namun tidak kunjung ketemu juga. Setiap laci sudah Minjeong buka, tapi tetap tidak ada. Sebenarnya di mana Karina menyimpan kotak obatnya? Semua barang-barang di apart Karina yang menatanya, jadi Minjeong tidak tahu letak-letaknya. Biasanya dia akan bertanya pada Karina atau memintanya mengambilkan untuknya.
Minjeong pergi menuju kamar Karina dengan tangan yang masih memegangi perutnya.
'Tookk tokk'
Minjeong mengetuk kamar Karina.
'Karinhh bukahh' panggil Minjeong, mencoba menahan sakit di perutnya. Karena sudah tidak kuat berdiri, Minjeong akhirnya jatuh di depan pintu kamar Karina.
'K-kahrinhh k-ka-kak b-bu-ka pin-tunyahh' Minjeong masih mencoba mengetuk pintu kamar Winter dan Karina. Tapi tetap saja tidak kunjung di buka juga.
Minjeong tidak tahu jika Karina dan kakaknya belum pulang dari semalam.
'Hikss kakakhh perut aku sakithh hiks' Minjeong terus memegangi perutnya. Sampai akhirnya Minjeong hilang kesadaran karena rasa sakit di perutnya yang begitu hebat. Tubuh Minjeong tergeletak tepat di depan pintu kamar Karina dan Winter.
~🍁~
"Cape?" tanya Winter tersenyum melihat wajah peluh Karina setelah pergulatan panas mereka. Karina mengangguk, tentu dia lelah, mereka bermain sampai beronde-ronde. Tapi Winter tampak tidak kelelahan sama sekali. Karina jadi heran.
"Ya udah ayo tidur, udah jam 3" ucap Winter sambil memeluk tubuh polos Karina. Karina mengeratkan pelukannya. Dan mulai memejamkan matanya. Sedangkan Winter dia belum mengantuk. Dia terus memandangi wajah Karina yang sudah tertidur pulas di pelukannya.
Andai Karina tahu, Winter sangat mencintainya. Dia ingin berteriak pada dunia, jika Karina hanya miliknya. Tapi Winter belum memiliki cukup keberanian untuk melakukan itu. Banyak pertimbangan yang harus Winter pikirkan sebelum dia mengakui perasaannya pada Karina.
Dunia mungkin akan membencinya dan mungkin juga akan mengucilkannya jika Winter sampai menyuarakan cintanya itu. Winter belum siap di benci dunia. Biarlah dia terus menyembunyikan perihal cintanya sampai Winter menemukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan cintanya. Winter berharap dia cepat menemukan waktu yang tepat itu. Sebelum semuanya terlambat.
~🍁Late Regret🍁~
"Meski kita saling berhadapan
Ku tak dapat melihat hatimu"***
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Regret🍁
FanfictionMengapa saat itu aku tak menyadarinya? Kau yang selalu menatap ke arahku Berkali-kali Kau yang selalu di sisiku Mengapa aku tak menyadarinya? ~🍁🍁~