"ASTAGA MINJEONG?!" kaget Karina melihat tubuh Minjeong tergeletak di lantai. Dia dan Winter segera menghampiri Minjeong. Karina mengangkat kepala Minjeong ke pangkuannya.
"Cepet telfon dokter!" suruh Karina panik. Winter mengangguk, dia segera menelfon dokter. Sedangkan Karina terus menepuk-nepuk pipi Minjeong. Dia bingung kenapa minjeong bisa pingsan seperti ini?
"Jeong bangun! Lo jangan mati dulu dong! Gue belum ngucapin salam perpisahan sama lo!" Karina menepuk pipi Minjeong. Tapi Minjeong masih belum sadarkan diri juga.
Karina melihat ke arah Winter, sepertinya Winter sudah selesai menelfon dokternya, "Gimana?" tanyanya.
"Bentar lagi dokter dateng" jawab Winter.
"Ini gotong dulu ke kamer" ah Winter sampai lupa kalau Minjeong masih terbaring di lantai. Bagaimana bisa Winter tidak sadar? Dia menertawakan kebodohannya sendiri. Karena panik jadi dia lupa memindahkan adiknya ke kamar.
Winter menggendong Minjeong ke kamarnya. Karena kamarnya jauh lebih dekat ketimbang kamar Minjeong. Lagi pula Minjeong pingsan tepat di depan pintu kamarnya. Entah apa yang sedang di lakukan adiknya itu sampai pingsan di depan kamarnya.
Setelah Winter menidurkan Minjeong di ranjangnya, Karina duduk di samping Minjeong. Dia masih menepuki pipi Minjeong. Tadinya Karina berniat membangunkan Minjeong, tapi lama-lama dia gemas dengan pipi chubby Minjeong. Selagi Minjeong belum sadar, Karina ingin memainkan pipinya sebentar. Karena kalau Minjeong sudah bangun Karina tidak bisa lagi bermain dengan pipinya itu. Minjeong pasti akan mengamuk jika dia tahu Karina mengunyel-nguyel pipinya seperti sekarang. Kegiatan Karina itu tidak luput dari perhatian Winter.
"Kamu ngapain?" heran Winter. Apalagi melihat Karina yang terus tersenyum sambil melihat wajah adiknya.
"Pipi kembaran kamu gemesin banget, lucu dia kalo lagi gak sadar gini kkk" tangan Karina masih memainkan pipi Minjeong. Tanpa sadar Karina mendekatkan wajahnya.
'Chup'
Dia mencium pipi Minjeong. Winter terkejut. Dengan segera Winter membuang mukanya ke arah lain.
'Karin apa-apaan sih!' kesalnya, yang hanya bisa dia sembunyikan. Winter tidak punya hak marah pada Karina. Hubungan mereka hanya sekedar sahabat. Tapi bolehkan kalau Winter merasa cemburu? Kenapa Karina mencium Minjeong? Walau hanya di pipi, tapi tetap saja, Winter tidak suka.
"Aku keluar dulu, kayanya dokter udah dateng" ucap Winter lalu dia berlalu pergi.
"Lo kalo lagi diem aja kaya gini gemesin tau gak" ucap Karina, dia memandang wajah Minjeong dari dekat. Semakin di lihat dari dekat, Minjeong tampak sangat cantik di mata Karina. Bagaimana bisa ada perempuan secantik Minjeong? Hidung mancung, kulit seputih salju dan matanya sangat indah. Karina di buat terpesona. Entah kenapa lama-lama perhatian Karina tertuju ke bibir Minjeong. Bibirnya tipis dan berwarna merah muda alami. Minjeong tidak suka memakai lipstick jadi Karina tahu kalau bibir Minjeong memang merah alami bukan karena lipstick. Jari telunjuk Karina dengan sendirinya menyentuh ujung bibir Minjeong.
"Ngapain lo megang-megang bibir gue?" sontak ucapan Minjeong itu berhasil membuat Karina kejengkang ke belakang karena terkejut. Minjeong bangun dengan tiba-tiba, Karina tidak tahu jika Minjeong sudah sadarkan diri.
"Sakit banget anjir" Karina mengelus bokongnya. Dia jatuh dari atas ranjang, bagaimana tidak sakit? Karina menatap Minjeong tajam.
"Lo udah bangun kok gak bilang-bilang?!" kesal Karina. Dia kesal karena perbuatannya ketahuan Minjeong. Bagaimana jika setelah ini Minjeong jadi mikir yang tidak-tidak? Nanti dia kegeeran lagi, mengira Karina berniat ingin menciumnya. Padahal kan tidak sama sekali, Karina tadi hanya kagum saja dengan bibir Minjeong. Karina berani bersumpah, dia tidak berniat mencium Minjeong. Jangan salah paham guys.
"Cih! Siapa lo?! Ngapain gue harus bilang sama lo" seperti biasa, mereka akan terlibat pertengkaran kembali.
Karina melotot mendapat jawaban ketus dari Minjeong, "Heh! Masih untung tadi gue nolongin lo! Kalo gak ada gue tadi, lo pasti masih tiduran di lantai sekarang!"
"Masih mending gue tiduran di lantai, dari pada di kamar lo ini! Bau!" ucap Minjeong, dia lalu bangun dari ranjang.
"Anjir! Bisa-bisanya lo ngatain kamer gue bau?!" marah Karina. Tidak terima Minjeong mengatai kamarnya bau.
"Emang bau" Minjeong mengedikkan bahunya acuh, dia berniat keluar dari kamar Karina, namun Karina dengan segera menariknya.
"Apa-apaan sih lo?!! Lepasin gak?!"
"Gak mau!! Sebelum lo tarik kembali ucapan lo itu" ujar Karina masih memegangi kaos Minjeong.
"Gak akan!! Sampai kapanpun gue gak akan tarik kembali ucapan gue!! Mending lo terima aja kalo kamer lo itu emang bau" ejak Minjeong tersenyum sinis. Karina sangat kesal, masih pagi tapi Minjeong sudah membuat kesal dirinya. Dia menjambak rambut pendek Minjeong.
"K-karin anjing!! Sakit bego!! Lepasin!!" Minjeong memegang tangan Karina yang menjambaknya. Dia mencoba melepaskan tangan Karina dari rambutnya. Jambakan Karina cukup kuat, Minjeong tidak punya pilihan lain selain mendorong badan Karina. Dan_____
'Bruukk'
Mereka jatuh bersamaan di ranjang. Dengan posisi Minjeong ada di atas Karina. Tangan Karina masih memegang rambut Minjeong. Sedangkan tangan Minjeong memegang lengan Karina. Mereka sama-sama terdiam. Untuk beberapa saat mata mereka bertatapan.
'Ekhem'
Sampai sebuah suara berhasil menyadarkan mereka berdua. Karina segera mendorong Minjeong dari atasnya.
"Oh dokternya udah dateng" Karina berdiri di samping Winter. Iya tadi itu suara Winter. Dia datang bersama dokter yang akan memeriksa Minjeong. Karina berdiri dengan gugup, Winter pasti marah padanya. Itu terlihat dari tatapan dingin Winter tadi.
"Gue udah gak papa, ngapain kalian bawa dokter segala?"
"Udah deh lo mending diem aja! Gak usah nyusahin, ini juga demi kebaikan lo sendiri"
"Silahkan dok periksa aja, bila perlu di suntik juga, jangan lupa pake sianida" ucap Karina ke dokter.
Ingin rasanya Minjeong mengunpati Karina, tapi kini mereka tidak lagi sedang berdua, ada kakaknya dan juga dokter, Minjeong masih punya sopan santun.
"Kak, aku udah gak papa. Aku gak mau di periksa dokter" rengek Minjeong. Dia takut dokter, tidak tahu kenapa di matanya dokter sosok yang sangat menakutkan.
"Jangan dengerin, dia tadi ngeluh sakit pinggang, sakit kaki, sakit kepala sama sakit jantung juga. Dok cepet periksa, sebelum terlambat" Karina bahkan sampai mendorong dokternya agar cepat memeriksa Minjeong. Dia tahu Minjeong takut jika di periksa dokter. Karina tentu memanfaatkan itu untuk membalas perbuatan Minjeong tadi.
"Bohong dok, saya gak papa. Dokter pulang aja" Minjeong memundurkan badannya ketika dokter yang akan memeriksanya mulai mendekat.
"Minjeong kamu diam! Dok silahkan periksa" ucap Winter. Dia malas melihat drama keributan adiknya dan Karina.
Minjeong dengan pasrah akhirnya mau di periksa dokter. Selama pemeriksaan, Minjeong tidak mau membuka matanya sama sekali. Dia terlalu takut.
~🍁Late Regret🍁~
"Apakah ini cinta atau bukan?
Ku bertanya pada diriku sendiri"***
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Regret🍁
FanfictionMengapa saat itu aku tak menyadarinya? Kau yang selalu menatap ke arahku Berkali-kali Kau yang selalu di sisiku Mengapa aku tak menyadarinya? ~🍁🍁~