Minjeong tidak bisa tidur, ia terus mengkhawatirkan Karina. Panasnya tidak mau turun, ia bingung sekaligus khawatir. Jika saja sekarang bukan tengah malam, mungkin sudah sedari tadi ia bawa Karina ke rumah sakit.
Secara berkala Minjeong mengompres Karina, dan terus mengecek suhu tubuhnya. Suhu tubuh Karina tetap tidak mau turun, walau ia sudah mengompresnya berkali-kali. Yang membuat Minjeong semakin bingung, Karina terus menggumamkan nama kakaknya. Haruskah ia memanggil Winter? Sepertinya sudah tidak ada pilihan lain. Ia memang harus memanggil kakaknya, karena hanya itu satu-satunya yang bisa ia pikirkan.
Minjeong beranjak keluar dari kamarnya dan menuju kamar kakaknya.
'Tokk tokkk'
Dengan ragu Minjeong mengetuk pintu kamar Winter. Semoga saja kakaknya tidak marah padanya, karena sudah mengganggu tidurnya.
'Ceklek'
Pintu terbuka menampilkan sosok Winter. Minjeong terkejut melihat penampilan kakaknya yang tidak bisa di katakan baik-baik saja. Matanya terlihat sembab, rambutnya acak-acakan dan lagi baju yang di kenakan Winter adalah baju yang sama yang Winter pakai tadi pagi. Apa kakaknya itu tidak sempat mengganti pakaiannya? Lalu ada apa dengan mata sembabnya itu? Apa kakaknya habis menangis, tapi karena apa? Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak Minjeong, namun ia tidak berani hanya sekedar bertanya pada Winter.
"Ada apa?" dingin Winter. Entah kenapa Minjeong merasa ada yang salah dengan kakaknya. Tidak biasanya Winter berbicara dingin padanya.
"K-karin kak, dia sakit, suhu badannya gak mau turun. Dan dia terus manggil-manggil kakak" jelas Minjeong sedikit gugup. Sebenarnya Karina sudah berpesan padanya agar tidak mengijinkan Winter masuk ke dalam kamarnya. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya ini satu-satunya cara yang ia punya agar keadaan Karina semakin membaik.
Tanpa mengatakan sepatah kata pun Winter menuju kamar adiknya segera, Minjeong mengikutinya dari belakang.
"Buat malam ini kamu tidur di kamar kakak biar kakak yang ngurus Karina" ujar Winter masuk ke dalam kamar Minjeong tidak lupa juga ia menutup dan menguncinya.
Minjeong berdiri membeku di depan pintu kamarnya sendiri. Menghela nafas, lalu memilih pergi ke ruang tamu. Ia tahu akan berakhir seperti ini. Ah sudahlah, yang terpenting Karina baik-baik saja kan? Selagi ada Winter di sampingnya Karina akan selalu baik-baik saja. Ya, tidak apa-apa, Minjeong tidak apa-apa. Semua ia lakukan hanya untuk kebahagiaan Karina. Dan kebahagiaan Karina adalah Winter.
Tidak ingin memikirkannya, Minjeong memilih menidurkan dirinya di sofa ruang tamu. Ia tidak bisa tidur jika di kamar Winter, karena kamar kakaknya itu di penuhi dengan bau harum Karina, ia tidak mungkin bisa tidur di sana.
'Good night Karin'
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
~🍁~
Winter meletakkan tangannya di dahi Karina. Benar, suhu tubuhnya tinggi. Dengan segera ia melepas pakaian Karina dan juga pakaiannya sendiri. Lalu ia menidurkan dirinya di samping Karina. Salah satu tangannya ia jadikan sebagai bantalan Karina. Dan tangan yang lain memegang sisi wajahnya.
"Karin" panggilnya berusaha membangunkan Karina. Namun Karina tidak kunjung membuka matanya, dia hanya terus menggumamkan namanya saja tanpa mau membuka matanya. Winter tentu merasa sangat bersalah, walau ia tidak tahu penyebab Karina bisa sampai seperti ini itu karena apa? Otak cerdasnya tidak mampu berpikir dengan baik saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Regret🍁
Hayran KurguMengapa saat itu aku tak menyadarinya? Kau yang selalu menatap ke arahku Berkali-kali Kau yang selalu di sisiku Mengapa aku tak menyadarinya? ~🍁🍁~