5. Love Sick💘

736 79 4
                                    

"Ehh eh, lo ngapain masuk ke kamer gue?" Minjeong yang tadinya sedang rebahan santai di atas kasurnya jadi segera berdiri di depan Karina.

"Jeong gue numpang tidur di kamer lo ya, please" mohon Karina dengan wajah yang di buat sesedih mungkin.

"Gak ada numpang-numpang. Lo mending balik gih ke kamer kakak gue hush hush sanah" usir Minjeong. Aneh melihat Karina ingin menumpang tidur di kamarnya, pasti Karina dan kakaknya sedang bertengkar. Tapi tumben?

"Jeong please buat malam ini aja ya? Tenang aja pagi-pagi nanti gue pergi kok" Karina masih berusaha meluluhkan hati Minjeong.

"Kalo ada masalah tuh di selesaiin bukan menghindar gini" ucap Minjeong.

"Masalah apaan? Gue gak ada masalah, lo jangan so tau deh!" lama-lama Karina jadi kesal juga dengan Minjeong. Nih anak sama aja kaya kakaknya, suka bikin kesel.

"Cih!" Minjeong mencibir ketidak jujuran Karina. Kalau tidak ada masalah untuk apa Karina tidak tidur dengan kakaknya? Kan biasanya mereka selalu tidur berdua. Sudah seperti pasangan suami istri saja.

"Jadi boleh gak nih?" tanya Karina.

"Ck! Boleh, tapi awas aja lo sampe tidurnya ngiler apalagi ngorok gue tendang lo dari kamer gue"

"Anjir! Cewek secantik gue ngiler? Ngorok? Sorry ya gak ada di kamus gue itu. Fyi aja, gue walaupun lagi tidur tetep cantik. Nanti lo juga bakal terpesona liat muka tidur gue" pede Karina setinggi langit.

"NAJIS TERPESONA SAMA LO! YANG ADA GUE MAU MUNTAH LIAT MUKA LO!" ucap Minjeong dengan nada ngegasnya.

"Awas aja lo liatin gue pas gue lagi tidur. Gue sumpahin lo naksir gue" Karina lalu segera menidurkan dirinya di atas kasur Minjeong tanpa dosa.

"Gak akan pernah! Dan gak akan sudi gue naksir lo!" ucap Minjeong.

"Iyaya terserah lo deh, gue mau tidur bye" Karina mulai memejamkan matanya.

"Eh si Anjir, dia udah tidur aja. Cepet banget. Dasar pelor!" Minjeong mendekati ranjangnya. Membenarkan posisi tidur Karina agar nyaman.

"Iya bener lo cantik banget" Minjeong tersenyum sambil merapihkan anak rambut yang menutupi wajah Karina.

Karina kalau sedang tidur sekalipun di ganggu ia tidak akan bangun. Jadi Minjeong tidak perlu khawatir lagi pergerakannya akan membangunkan Karina. Ia sudah hafal semua tentang Karina dari kecil. Walau mereka sering bertengkar, tapi ia selalu memperhatikan hal-hal kecil tentang Karina. Apa yang Karina suka dan tidak suka ia pun hafal. Makanan favoritnya, warna kesukaannya bahkan hobby nya saja ia hafal betul.

"Gue kayanya bakal bergadang malam ini. Sayang banget kalo gue sampe lewatin pemandangan seindah ini" ucap Minjeong yang kini sudah tidur di samping Karina dengan wajah menghadap Karina. Ia memperhatikan dengan intens wajah Karina. Jika di lihat dari dekat seperti ini, wajah Karina berkali-kali lipat sangat cantik. Dari dulu ia sudah menyadari hal itu. Tapi tidak pernah sama sekali ia ungkapkan pada Karina. Sudah ada kakaknya yang selalu mengucapkan kata-kata manis untuk Karina. Jika ia melakukan hal yang sama, mungkin nanti akan membuat Karina jadi muak. Jadi lebih baik ia mengucapkan hal yang sebaliknya. Ia juga ingin di perhatikan Karina, seperti Karina memperhatikan kakaknya. Tapi semua perhatian Karina selalu tertuju pada Winter. Ia tidak memiliki sedikit pun kesempatan. Mungkin karena itu ia memilih untuk terus mengerjai Karina dan membuat Karina kesal padanya, agar Karina mau menatapnya barang sebentar pun, walau itu tatapan kebencian. Tidak apa-apa, selagi Karina yang menatapnya ia tidak masalah.













'Tookk tookk'


Suara pintu kamar Minjeong di ketuk, Minjeong dengan malas membukanya.

"Ada apa kak?" ternyata Winter yang mengetuk pintu kamar Minjeong.

"Karin ada di sini?" tanya Winter. Minjeong melihat tampilan kakaknya. Winter baru pulang kerja jam segini? Lalu ada apa dengan wajah berantakannya itu? Sepertinya dugaannya benar, Karina dan Winter memang sedang bertengkar.

"Iya" jawab Minjeong singkat.

"E-emm, buat malam ini kamu tidur di kamer kakak ya?" dengan ragu Winter mengatakan itu. Minjeong diam-diam mengepalkan tangannya, ingin menolak, tapi ia tidak tega melihat wajah lelah kakaknya. Sebenarnya apa yang sudah terjadi di antara Winter dan Karina?

Pada akhirnya Minjeong memilih menyetujui permintaan kakaknya itu. Dan memendam banyak pertanyaan di pikirannya. Lalu sampai kapan ia terus memendamnya? Entahlah ia juga tidak tahu.

"Makasih" ucap Winter senang, ia lalu masuk dan menghampiri Karina yang sedang tertidur nyenyak. Melepas jas kerjanya, lalu memposisikan dirinya di samping Karina.

'Itu tadi tempat gue' Minjeong merasa miris, ia lalu segera keluar dari kamarnya sendiri.

Winter masih memperhatikan Karina tidur, "Maaf sayang" ucapnya lirih.

"Aku jahat ya?"

"Maaf udah buat kamu kecewa lagi"

"Aku terlalu pengecut buat ngakuin kalo aku cuma suka sama kamu"

"Aku gak pernah tertarik sama cowok lain atau cewek lain selain kamu, cuma kamu Karin" Winter tahu Karina pasti sangat marah padanya. Bagaimana tidak? Karina tadi memergokinya sedang berciuman dengan Sungchan rekan kerjanya. Winter terpaksa melakukan itu. Jika tidak Sungchan akan terus mengecapnya seorang lesbian, walau itu benar. Tapi ia belum siap menghadapi dunia yang menganggap kaum lesbian sebagai seorang pesakit yang harus di hindari.

Dalam diam Winter menahan tangis. Hatinya sakit melihat orang yang dia cinta terluka, apalagi ia yang membuatnya terluka.

"Maaf" ucap Winter lagi. Ia lalu mencium bibir Karina.

Minjeong yang tadinya ingin mengambil handphone nya di kamarnya, terkejut. Apa tadi ia tidak salah lihat? Kakaknya mencium Karina tepat di bibirnya? Minjeong segera membalikkan badannya mengetahui kalau Winter tidak hanya mengecup bibir Karina saja, melainkan melumatnya juga.

'BRENGSEK!' Minjeong segera kembali ke kamar kakaknya lagi.





































































~🍁Late Regret🍁~

"Aku tidak mengerti cinta dengan baik dan kau berbohong padaku

Kau bilang ini bukan Cinta?"

***

Late Regret🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang