"Jeong tuh calon kakak ipar lo dateng" Ryujin sedikit menyenggol lengan Minjeong yang ada di atas meja untuk memberitahunya tentang kedatangan Karina di kantin kampus.
Minjeong dan Karina kuliah di kampus yang sama. Sedangkan Winter ia sudah lulus terlebih dahulu. Wajar jika ia lulus lebih cepat ketimbang Minjeong dan Karina, karena otaknya di berkati oleh Tuhan dengan otak yang sangat pintar. Dan ia juga rajin belajar sewaktu kuliahnya. Tidak seperti kembarannya dan sahabatnya, yang selalu bersantai-santai. Mereka berdua bahkan selalu mneyepelekan tugas yang dosen berikan. Dan inilah akibatnya. Mereka berdua tidak kunjung lulus juga. Winter harap mereka berdua tidak sampai jadi mahasiswa abadi. Bisa bangkrut dirinya jika itu terjadi. Semua keperluan kuliah dan biaya hidup mereka dirinyalah yang membiayainya. Tidak ada yang memaksanya untuk melakukan itu, itu murni kemauannya sendiri. Apart yang mereka bertiga tinggali sekarang pun merupakan apart yang di belinya saat menerima gaji pertamanya.
Karina masih memiliki orang tua yang utuh, dan orang tuanya tidak bisa di katakan tidak mampu membiayai Karina. Karena pada kenyataannya orang tua Karina kaya. Mereka memiliki harta yang berlimpah. Dan hal itu juga yang membuat Karina jadi tumbuh menjadi anak yang manja. Sangat sulit untuk membuat orang tua Karina mengijinkannya untuk membawa putri mereka untuk tinggal bersamanya. Tapi karena ia meminta bantuan orang tuanya yang merupakan sahabat orang tua Karina, jadilah orang tua Karina mengijinkannya, dengan syarat Winter harus menjaga putri mereka dengan baik. Dan langsung mengabari mereka jika terjadi sesuatu yang buruk pada Karina. Tidak ada alasan khusus kenapa Winter ingin tinggal bersama dengan Karina. Itu murni karena ia tidak mau tinggal sendirian dan ia juga mengajak kembarannya untuk tinggal bersama juga. Walau tahu jika kembarannya dan Karina tidak pernah akur. Itu tidak masalah, seengganya mereka berdua bisa memenuhi ruang di hatinya yang kosong.
Winter memilih apart yang lokasinya cukup jauh dari rumah orang tuanya maupun rumah orang tua Karina. Hal itu di lakukannya agar ia lebih bebas saja tanpa pengawasan orang tuanya. Dan lagi lokasi apartnya dekat dengan tempat kerjanya jadi itu juga salah satu alasan kenapa ia memilih apart itu sebagai tempat tinggalnya.
'Takk'
Minjeong memukul kepala temannya dengan sendok yang ia pegang, "Calon kakak ipar pala lo peang. Kakak gue bukan lesbi, dia lurus" Minjeong memutar matanya malas. Harus berapa kali ia bilang jika kakaknya bukan orang seperti yang mereka pikirkan? Mereka sepertinya salah paham dengan kedekatan kakaknya dengan Karina. Sebelum lulus Winter memang kuliah di tempat yang sama juga dengan Minjeong dan Karina. Teman-teman Minjeong tentu tahu tentang Winter, apalagi kedekatannya dengan Karina. Sebelum lulus, Winter dan Karina kemana-mana selalu bersama. Banyak mahasiswa lain yang iri dengan kedekatan mereka, ingin rasanya mereka jadi Karina, agar bisa di perhatikan oleh Winter.
Winter tidak saja di kenal sebagai mahasiswa terpintar di kampusnya, tapi juga ia ramah pada semua orang, apalagi penampilannya yang elegan dan anggun semakin menambah daya tariknya saja. Sangat bertolak belakang dengan Minjeong. Minjeong biang rusuh kampus, setiap hari ada saja kelakuannya yang membuat ia di panggil oleh dosennya. Tidur di kelas pun sudah sering dia lakukan. Sampai dosen yang mengajarnya di buat bosan untuk memarahinya.
Setiap kali Minjeong membuat masalah, Winter yang selalu menangani masalahnya itu. Karena ia sebagai kakak harus bertanggung jawab atas kelakuan adiknya itu. Tidak masalah bagi Winter.
"Yaelah sapa tau kakak lo belok" Ryujin mengelus kepalanya yang tadi sempat di pukul oleh Minjeong. Sedangkan Minjeong hanya berdecak sebal dengan perkataan sahabatnya itu.
"Lo gak mau ngerjain dia lagi?" ah, salah satu hobby Minjeong di kampus adalah mengerjai Karina. Sewaktu masih ada kakaknya ia juga sering mengerjai Karina tanpa takut kena marah Winter. Padahal jika berhubungan dengan Karina, Winter tidak akan berbelas kasihan pada adiknya. Dia akan menghukum Minjeong. Tapi Minjeong tidak pernah kapok untuk mengerjai Karina, walau selalu kena hukuman Winter.
Setelah Winter lulus, ia jadi lebih bebas lagi untuk mengerjai Karina. Winter tidak akan tahu jika Karina tidak mengadu padanya. Tapi Karina merupakan tipe orang yang suka mengadu walau sudah di ancam sekalipun.
Tidak ada yang tahu alasan pasti kenapa Minjeong begitu tidak menyukai Karina dari dulu. Setiap kali di tanya, Minjeong selalu menjawabnya asal. Hanya Tuhan dan dirinya saja yang tahu alasan pastinya.
"Gue lagi gak mood" tentu ia masih kesal dengan kejadian tadi pagi, bisa-bisanya kakaknya membela Karina lagi dari padanya. Jelas Karina yang memulainya terlebih dahulu. Tapi tetap ia yang selalu di salahkan. Ia jadi meragukan tali persaudaraannya dengan Winter. Apa benar ia saudara kandungnya atau hanya adik pungut saja? Jika nanti ia pulang ke rumah orang tuanya ia akan menanyakannya langsung pada mereka, bila perlu ia meminta bukti jika ia benar adik kandung Winter. Padahal di lihat dari wajahnya saja sudah pasti ia adik Winter, tapi ia masih belum mempercayainya 100%.
"Tumben gak mood lo?" tidak biasanya Minjeong absen mengerjai Karina. Itu membuat Ryujin heran dengan Minjeong hari ini.
"Karin mukanya jelek benget hari ini, jadi gue males pas liat mukanya" Ryujin tentu heran dengan perkataan Minjeong. Dalam hatinya apa mata Minjeong rabun? Karina tidak pernah jelek sama sekali, sekali pun wajahnya berkeringat. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Minjeong walau ia sudah berteman dengannya cukup lama. Minjeong terlalu tertutup jika itu menyangkut Karina maupun saudara kembarnya. Andai Ryujin memiliki kekuatan untuk membaca pikiran orang, Minjeong adalah orang pertama yang akan ia baca pikirannya terlebih dahulu.
"Berarti kemarin-kemarin mukanya cantik dong?" menggoda Minjeong adalah kebiasaan Ryujin.
"Cih! Cantik dari mana? Muka dia tuh aneh, dan gak layak buat di liat. Bisa ngerusak mata"
"Terus yang menurut lo cantik tuh kaya apa? Karin yang cantiknya gak manusiawi aja lo bilang jelek" Ryujin menatap malas Minjeong.
"Kaya bu Suzy lah, dia tuh yang pantes di bilang cantik. Karin mah gak ada apa-apanya sama dia"
"Dih, selera lo ibu-ibu" cibir Ryujin.
"Bu Suzy belum kaya ibu-ibu banget kali. Dia masih muda" Minjeong tidak terima dosen favoritnya di bilang ibu-ibu oleh Ryujin.
"Tetep aja dia lebih tua 5 tahun dari kita. Dan itu artinya dia itu ibu-ibu"
"Terserah lo deh" Minjeong mengalah saja. Ia sedang malas untuk berdebat dengan sahabatnya itu.
"Jeong di cariin bu Suzy tuh, dia ada di kantornya" seketika senyum Minjeong mengembang setelah di beritahu seperti itu.
"Ok, gue langsung ke sana nanti, btw thanks" ucap Minjeong pada mahasiswa yang tadi memberitahukannya.
"Gila lo semangat bener. Tadi aja kusut tuh muka" Minjeong hanya tersenyum saja.
"Dah gue mau nemuin bu Suzy dulu, bye" Minjeong melambaikan tangannya pada Ryujin, setelah itu ia segera pergi menuju ruangan Suzy.
'Seleranya emang ibu-ibu'~batin Ryujin.
~🍁Late Regret🍁~
"Mimpi telah membawamu kepadaku
Untuk pertama kalinya suara tawa itu terdengar di malam ituSebelum aku menyadarinya kau telah berjalan di depanku lebih dahulu
Aku tak bisa menghentikannya meskipun sebentar, hatiku serasa akan meledak"***
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Regret🍁
FanfictionMengapa saat itu aku tak menyadarinya? Kau yang selalu menatap ke arahku Berkali-kali Kau yang selalu di sisiku Mengapa aku tak menyadarinya? ~🍁🍁~