03. Tertangkap

46 16 3
                                    

"Makhluk dengan tubuh mirip manusia memiliki tinggi minimal 2 meter, setiap tangan dan kakinya hanya memiliki empat jari. Mendiami planet berwarna biru dengan jarak lima milyar tahun cahaya dari bumi. Huteom, begitulah mereka disebut. Ditemukan oleh seorang Beta yaitu Mr. Oríu pada tahun 2780-"

Adrien menjeda video di depannya kala sampai pada hunian makhluk Huteom. Panik, itulah yang menggambarkan suasana di bawah sana. Beberapa terlebih Huteom kecil menangis sembari memeluk orang tuanya. Adrien menaikan pesawatnya agar kehadirannya tidak diketahui oleh anggota OGC yang berjaga disana. Alisnya tertaut tajam, ia menatap heran pemandangan di depan sana. Bangunan-bangunan rusak, ada satu atau dua yang runtuh, asap terlihat mengepul ke udara. Pesawat penyelamat terbang berlalu-lalang untuk menyelamatkan para Huteom yang masih terjebak di reruntuhan tersebut.

"Ini kerusakan yang terlalu besar jika disebabkan oleh gempa kecil," gumamnya.

Kini atensinya terpaku pada segerumun orang, ralat lebih tepatnya dua orang berseragam pangkat jenderal yang tengah berbicara serius seraya dikelilingi robot OGC. Salah satu orang yang Adrien kenal adalah Mr. Karl. Lelaki itu membawa pesawatnya bersembunyi di balik bangunan. Bagian samping pesawatnya—yang berbentuk seperti tutup wadah bahan bakar pada mobil—terbuka lalu sebuah benda bulat sebesar kelereng muncul dari sana. Suatu ide gila yang juga berbahaya kala Adrien memutuskan untuk memata-matai mereka. Benda itu berubah menjadi transparan dan terbang mendekati mereka yang tengah berbincang serius. Sebuah layar yang menampakan keadaan dibawah sana muncul di kaca pesawat Adrien, lelaki itu memasang earphone lalu percakapan mereka terdengar.

"Korban jiwa berjatuhan sangat banyak, sedangkan kerugian yang harus kami tanggung sangatlah besar," ujar Epsilon makhluk Huteom yang Adrien lupa siapa namanya.

"Untuk masalah itu saya akan membantu anda mengatasinya. Namun, apa anda yakin hunian makhluk sebelah tidak merasakan ini?" Kali ini Mr. Karl yang berbicara dengan raut cemasnya terlihat dari layar.

"Saya rasa tidak karena gempa ini terjadi di pusat kota."

"Kalau begitu hanya kita yang tahu ini, jangan sampai orang luar tahu terlebih pimpinan lain karena-"

"Kita diintai!"

Dor!

"Sial!" Adrien mengepalkan tangannya, layar yang semula menampakan Mr. Karl kini menjadi layar bersemut, menandakan bahwa alat pengintainya rusak di bawah sana.

Lelaki itu membawa pergi pesawatnya menjauh dari sana, lagi-lagi ia mengumpat kala mendapati dua pesawat berwarna hitam mengejarnya. Lalu sebuah bayangan besar menaunginya membuat Adrien mau tak mau mendongak, sebuah pesawat induk terbang tepat di atasnya.

"Menyerahlah sebelum kami menggunakan cara kasar." Suara itu memenuhi ruang di dalam pesawat Adrien, itu adalah sinyal dari pesawat induk untuknya.

Lelaki itu terbang lebih rendah lalu masuk pada celah bangunan sempit agar pesawat induk itu tidak mengganggunya, kini tinggal membereskan dua bedebah di belakangnya.

"Riu, atasi dua bedebah itu," titah Adrien seraya menekan tombol pada earphone-nya.

Tanpa membalas ucapan Tuannya, Riu langsung menuruti perintah Adrien. Sesuatu muncul dari bawah pesawat Adrien secepat kilat lalu mengenai dua pesawat dibelakangnya, ledakan besar terjadi membuat Mr. Karl yang mengamati dari pesawat induk menggeram. Baru saja Adrien menunjukan seringainya, apa yang terjadi selanjutnya membuatnya kaget, sebuah misil mengenai pesawatnya di bagian samping membuat Adrien hampir kehilangan kendali. Tak hanya itu, ketika beberapa pesawat berdatangan dan kini mengepungnya.

"Sial!" Lelaki itu memukul setirnya.

"Menyerahlah!"

Alisnya kembali terpaut tajam kala mendengar suara itu, tiada pilihan lagi selain menyerah dalam keadaan terkepung seperti ini. Lalu, salah satu pesawat yang mengepungnya menembakkan sebuah cahaya berwarna ungu ke arahnya, pesawat Adrien kini berada di dalam bola berwarna ungu dengan kilatan-kilatan yang timbul di setiap sisinya. Beberapa pesawat lain mulai melakukan hal yang sama lalu dengan kompak mereka menarik pesawat Adrien menggunakan bola itu ke atas, tepatnya mendekati pesawat induk. Pintu pesawat induk terbuka lalu pesawat Adrien dibawa masuk. Di dalam sana terdapat robot-robot milik OGC, seorang anggota OGC dan Mr. Karl yang menunggu kedatangan Adrien.

"Keluarlah!" seru Jenderal Karl.

Robot-robot itu mengelilingi pesawat Adrien yang telah terbebas dari bola ungu itu dengan senjata yang mengarah padanya. Dengan raut dingin Adrien keluar dari sana, terlihat Mr. Karl sedikit membelalakkan matanya tetapi detik selanjutnya ia kembali seperti biasa.

"Bukankah kau yang berada di kafe Dard tadi?"

Adrien mengalihkan atensinya pada seseorang di samping Mr. Karl, ya itu adalah anggota OGC yang datang ke kafe Dard tadi. Adrien tidak menjawab, ia masih bergeming di tempatnya.

"Bawa dia," titah Epsilon tersebut yang langsung dituruti beberapa penjaga dengan mengikat tangan Adrien kebelakang, lelaki itu membiarkan dirinya dibawa menuju ruangan lain.

"Adrien," gumam Mr. Karl kala mereka duduk berhadapan di sebuah ruangan dengan warna putih mendominasi.

Adrien hanya diam, tidak sulit untuk mencari tahu identitas seseorang disini jadi tidak perlu ditanyakan lagi kenapa Epsilon tahu siapa dirinya.

"Sebenarnya apa rencanamu?" tanya Mr. Karl dengan ekspresi serius.

"Kau berbohong pada kami," ujar Adrien dengan menghiarukan pertanyaan pria di depannya.

Pria itu terkekeh, "jadi itu alasanmu dengan memata-matai kami."

"Kenapa? Apa kau takut kami akan meninggalkan Oxedon?" Kali ini Adrien tersenyum miring.

"Ini bukan urusanmu!" Mr. Karl menggebrak meja tetapi hal tersebut hanya membuat Adrien melebarkan seringainya.

"Jika sampai kau membocorkan semua ini, aku tak segan mengusirmu dari planet ini."

"Coba saja jika kau bisa, sir."

Mr. Karl menggeram menahan amarah, ia memanggil penjaga untuk menahan Adrien sementara. Lelaki itu menyeringai, cepat atau lambat semua ini akan terbongkar entah karena kecurigaan jenderal lain atau karena dirinya. Sebelum keluar dari pesawatnya ia menyuruh Riu untuk merekam semuanya, termasuk percakapan Jenderal dengannya barusan.

"Kirim kepada Chloe," ujarnya seraya menatap gelangnya.

"Mari kita tunggu kehancuranmu pak tua."

[ [ [ • ] ] ]

Room VIP 23, Human resisdance, Oxedon planet.

Suara notifikasi disertai kedipan pada gelangnya, mengalihkan atensi seorang gadis bersurai pirang yang semula terfokus pada layar komputernya.

From Adrien :
▶ (5.40)

Gadis itu membuka file yang berisi rekaman suara lalu memutarnya, ia membelalakan matanya saat menyadari tindakan nekat lelaki itu.

"Astaga bisakah sekali saja kau tidak melakukan hal nekat?!" gumamnya panik seraya mencoba menelfon lelaki itu.

"Adrien!"

"Adrien! Jawab aku!"

Sedangkan disisi lain, Adrien tengah menatap datar pemandangan luar angkasa dari kaca jendela. Ia tidak tahu kapan atau bisakah ia keluar dari sini. Lalu suara dari gelangnya mengalihkan atensinya, itu panggilan dari Chloe.

"Dasar bodoh! Kau tahu apa yang kau lakukan hah?!"

"Ya aku tahu," ujarnya tenang.

"Astaga Adrien-"

"Tolong simpan itu, itu akan menjadi topik hangat di seluruh penjuru Oxedon."

"Kau tidak berniat menyebarkannya bukan?"

Adrien menghela nafas seraya menyugar rambutnya, "tergantung."

《OXEDON》
__________To be continue__________

Salam fiksi,
-Vein Achary

OXEDON : The Secret of Forbidden SectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang