05. Tuduhan

20 14 8
                                    

Adrien menghela nafas untuk kesekian kalinya. Tayangan film di layar kaca pesawatnya hanya menjadi tontonan angin karena pikiran lelaki itu tengah berkelana jauh walau sedari tadi maniknya fokus pada layar tersebut. Terkadang ia merindukan sosok Riu dan segala hal yang ia lakukan dengannya, yah walaupun Adrien masih berkomunikasi dengan asistennya itu tetapi bukan itu yang ia maksud melainkan misi-misi yang ia lakukan bersama Riu. Tetapi, di sisi lain ia juga memikirkan masa depan Oxedon yang entah mengapa firasatnya mengatakan suatu hal yang buruk.

"Tuan, anda belum makan." Sosok Riu muncul dari gelang Adrien.

Tersadar dari lamunannya, ia menggeleng singkat lalu menghela nafas. "Aku tidak lapar."

"Tetapi sebentar lagi kelas favorit anda akan dimulai!"

"Benarkah?" Adrien menengok jam di gelangnya, benar saja kelas akan dimulai sebentar lagi.

Lelaki itu mematikan tayangan film lalu keluar dari pesawatnya, setelah pergantian kelas ia memang hanya berdiam di dalam pesawatnya.

"Tuan, anda tidak boleh seperti ini terus," tegur Riu.

"Aku tahu."

"Jika-"

"Riu," tegur Adrien sebelum asistennya itu membocorkan misinya, jujur saja ia terlalu malas untuk berhadapan dengan 'pak tua' itu.

Adrien melangkahkan kakinya dengan malas ke kelas menembak, hari ini ia memang tidak bersemangat melakukan apa-apa. Saat ia akan berbelok ke lorong lain, seseorang menarik tangannya. Seorang lelaki seumuran dengannya tetapi berperawakan lebih besar dan tinggi, tidak hanya itu beberapa lelaki mulai mengrubunginya.

"Mark? Sebenarnya apa masalahmu?" Adrien mengernyit tidak suka kala mengetahui ini semua adalah ulah Mark.

"Kau mendekati Chloe itulah masalahnya!" Mark menggertakan giginya.

Sontak wajah Adrien berubah dongkol, tidak disangka lelaki di depannya ini memiliki temperamen yang sangat buruk. Masalah Chloe dia bilang? Astaga!

"Huh? Kau mempermasalahkan itu?!" Suara Adrien meninggi diiringi tawa.

Wajah Mark memerah ia menendang perut Adrien hingga lelaki itu terduduk. Belum sempat ia berdiri, Mark sudah menyuruh kawannya untuk membawanya ke suatu tempat.

"Riu!"

Tanpa membalas seruannya, gelang Adrien berkedip merah lalu mengeluarkan tegangan listrik rendah yang membuat salah satu kawan Mark yang memegangi tangannya sontak mengaduh kesakitan.

"Berani sekali kau bedebah kecil," ujar Mark geram seraya mencopot paksa gelang Adrien lalu melemparnya.

"What the f**k man?!" seru Adrien tidak percaya.

"Lima lawan satu? Dasar lemah!" seru Adrien kala mereka sampai di sebuah kamar mandi yang sepi. Ia benar-benar tidak percaya, Mark yang sombong ini membawa kawan untuk mengroyoknya? Ia kira Mark adalah bocah mandiri yang sok jago.

"Satu lawan satu, aku hanya ingin mengetes seberapa jauh kemampuan bela dirimu." Mark menyeringai.

Salah satu dari mereka mengeluarkan ponsel dan mulai merekam, hal itu membuat Adrien kembali melongo tidak percaya. Sebenarnya apa yang mereka rencanakan? Tetapi lamunannya tidak berlangsung lama kala sebuah bogem mentah mengenai perutnya. Adrien kembali terfokus pada pertarungan. Ia menunduk untuk menghindari serangan Mark, ia kira lelaki itu akan mengamuk dan menyerangnya dengan membabi buta tetapi Mark hanya bertarung dengannya dengan cara yang 'biasa'. Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, Adrien langsung menyerang Mark sebisa mungkin. Lelaki itu sudah membalaskan segala pukulan dan tendangan pada Mark, sekali lagi ia heran kenapa lelaki itu tidak mengamuk.

OXEDON : The Secret of Forbidden SectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang