Bab 10

88 12 3
                                    

.
.
.
.
Pria gagah dengan jas putih dan kemeja berwarna biru kini tengah duduk di kursi dengan stetoskop yang mengalung dilehernya layaknya seorang dokter.

Dirinya kini berada di dalam ruangan dimana seorang dokter bertugas. Ia masih sibuk dengan pekerjaan nya. Dan juga masih banyak suster yang mondar-mandir keluar masuk ruangannya.

"Dok.. ada pasien baru" ucap salah satu Suter yang bekerja di Rumah Sakit tempatnya bekerja.

Pria yang dipanggil dokter tersebut sontak berdiri dari duduknya dan langsung beranjak keluar dari ruangannya. Sebab ada pasien yang membutuhkan bantuan nya.

Setelah memeriksa kondisi pasien tersebut ia pun kembali ke ruangannya. Pria tersebut terkejut kan oleh tarikan tangan dari seseorang yang ada dibelakangnya. Ia pun menoleh kebelakang.

Ia melongo melihat siapa yang ada dibelakangnya. Terlihat seorang pria tampan yang memakai jaket berwarna hitam. Ia sangat mengenal siapa pria tersebut.

"Mas Hafidz..?" Ucapnya dan langsung memeluk pria tersebut.

Setelahnya ia pun melepaskan pelukan dan langsung mengajak pria tersebut masuk ke dalam ruangannya.

"Huwaaaa..." Sorak orang-orang yang ada di dalam ruangannya. Setelah melihat ia dan pria tersebut membuka pintu.

Semua orang tadi pun mengucapkan selamat padanya. "Selamat yah mi..".

Pria gagah tersebut adalah Azmi. Dia kini telah menjadi seorang dokter salah satu Rumah Sakit yang ada di Blitar.  Dan tak jauh dari kediaman Azmi.

Setelah melepas kangen. Azmi mengajak teman-teman nya untuk duduk di kursi didalam ruangannya.

"Makasih banyak mas masku... Azmi kira tadi siapa, ternyata kalian".

"Kamu kok gak kasih tau kita kalo kamu udah pulang dari malang mi?" Tanya Dimas.

"Ehehe... Niat Azmi habis ini mau ke Probolinggo sebentar mas buat sowan sama Abuyah Hafidz dan kalian semua, lagian jam kerja Azmi juga udah mau selesai".

"Hebat banget adekku udah jadi dokter nih.." ucap Hafidz.

"Alhamdulillah mas... Ini juga berkat do'a kalian semua, terutama do'a dan dukungan dari orang tua Azmi. Kalau bukan karena mereka dan kalian semua, Azmi bukan siapa-siapa" jawabannya bijak.

"Kata mas Dimas, mas Aban tiga tahun lalu nikahan yah?Oh iya mas, mas Aban nya kemana kok gak ikut kesini?" lanjut Azmi.

"Iya mi tiga tahun lalu Aban nikahan dan sekarang dia lagi sakit, udah dua hari gak keluar rumah. Kamu nya kapan nyusul?, Temen-temen udah pada sold out semua loh" jawab Dimas.

"Tunggu aja mas...".

Setelah berbincang lama Azmi pun mengajak teman-teman nya untuk makan-makan di cafe dekat Rumah Sakit.

******

Keesokan harinya Azmi akan sowan kepada kyai-kyai nya dan sanak saudaranya baik yang ada di Probolinggo maupun di Banyuwangi. Seperti biasa disaat ia pulang dari malang Azmi tak melupakan saudara-saudaranya yang dari dulu mendukungnya sampai bisa seperti sekarang.

Azmi kini selesai mandi dan memakai baju yang telah ia siapkan di atas kasurnya. Setelahnya ia keluar dan menemui orangtuanya yang tengah sarapan di meja makan.

Ia tak hanya sendirian untuk sowan. Melainkan kedua orangtuanya akan ikut dan juga dengan adik bungsunya. Setelah ikut sarapan dengan orangtuanya Azmi mengajak adik bungsunya yang kini telah berusia sekitar delapan tahunan untuk masuk ke dalam mobil sambil menunggu yang lain keluar dari rumah.

Berawal Dari Danau [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang