Bab 17

64 8 0
                                    

.
.
.
.
"Maafkan Azmi mas, maafkan Azmi.  Azmi terpaksa memutuskan ini. Ini semua permintaan Firda mas. Azmi minta maaf, Azmi gak bisa jadi suami yang baik" tangis Azmi kembali pecah.

Sontak Hafidz memeluk Azmi dengan sigap. Sebelum tubuh Azmi jatuh.

"Mendingan kamu sekarang ambil air wudhu. Sholat dua rakaat, berdoa sama Allah. Minta lah kesembuhan untuk istrimu. Keluarkan semua yang menjadi resahmu. Percaya hanya Allah yang maha pemberi" ujar Hafidz.

Azmi pun mengangguk dan meninggalkan Hafidz.

"Mas, aku kasihan sama keadaan Azmi. Dia Terlihat sangat down sekarang"ucap istri Hafidz.

Selang beberapa menit Azmi kembali ke posisi Hafidz dan istrinya duduk.

"Gimana, udah agak lega?" Tanya Hafidz.

"Alhamdulillah, iya mas".

Pintu ruang operasi terbuka. Dokter Ratna dan salah satu suster keluar dari ruangan.

"Bagaimana operasi nya dok?" Tanya Azmi.

"Ada kabar baik dan kabar buruk pak. Kabar baiknya bayi bapak terlahir dengan selamat tanpa ada cacat sedikitpun. Dan ibunya juga selamat" jelas dokter.

"Alhamdulillah ya Robb".

"Tapi... Ibu Firda saat ini, koma".

Degg. Jantung Azmi kembali berdetak kencang. Koma?? Antara hidup dan mati??. Tubuh Azmi merosot seketika. Untung saja Hafidz dengan sigap menangkap nya dan membatu Azmi untuk duduk dikursi.

"Apa dia masih bisa siuman dok" tanya istri Hafidz dengan hati-hati.

"Kami sudah memasang alat medis untuk membuat beberapa organ tubuh ibu Firda kembali berfungsi. Tapi, jika saja tidak ada respon sama sekali dari ibu Firda. Terpaksa kami akan melepaskan alat medis tersebut dan secara otomatis ibu Firda akan--".

"Meninggal"sahut Azmi.

"Betul sekali pak" jawab dokter Ratna.

Setelahnya dokter Ratna memberitahukan bahwa bayinya sudah ada di ruang bayi. Azmi dan Hafidz kemudian menuju ruang bayi. Untuk melihat bayinya.

Setelah sampai diruang bayi, Azmi menghampiri boks bayi sebelah kanan pojok. Menatapnya dengan sendu dan kemudian menggendongnya dan mengadzani.

"Assalamu'alaikum cantiknya Babah, umah... Wajah kamu mirip banget sama umah. Babah udah buatin nama buat kamu, KHUMAIRA ALFIRDAUSA ISKANDAR. sebagian nama kamu Babah ambil dari nama umah, dan sebagian lagi nama marga dari Babah. Semoga menjadi seorang perempuan yang Sholehah, yang baik lahir batinnya. Menjadi perempuan kuat, dan berguna bagi agama" ucap Azmi setelah mengadzani nya.

"Babah pamit ya sayang... Babah mau ke ruangan umah. Khumaira doakan umah yah, semoga Allah memberikan kesempatan umah untuk merawatmu" ucap Azmi dan kemudian keluar dari ruang bayi.

"Azmi, mas mau pamit pulang dulu ya... InsyaAllah besok kesini lagi, kasian anak mas dirumah" Hafidz.

"Iya mas... Azmi terimakasih banyak sama mas Hafidz, mas Hafidz selalu ada buat Azmi, mas Hafidz selalu menjadi penyemangat Azmi. Azmi juga minta maaf udah repotin mas Hafidz".

"Gapapa kok... Ya udah mas pulang ya, jaga kesehatan kamu, jangan telat makan. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumsalam, hati-hati mas".

*****

Azmi telah berada di ruang rawat Firda tepatnya disamping keranjang tempat Firda tertidur. Azmi memandangi wajah istrinya yang pucat. Begitu banyak alat medis yang menempel ditubuh Firda.

"Cepat sembuh ya sayang. Aku telah memberi nama anak kita, dia sangat cantik. Wajahnya tak jauh berbeda dengan kamu. KHUMAIRA ALFIRDAUSA ISKANDAR itulah nama yang aku berikan. Sebagian aku ambil dari manamu, agar nantinya dia bisa menjadi perempuan yang sholeh, kuat, dan berguna seperti umahnya".

Hingga akhirnya, Azmi pun tertidur di posisinya.

Azmi POV on...

Gelap. Tak ada cahaya apapun. Semuanya berwarna hitam. Tak lama kemudian, munculah cahaya putih dari depan mataku yang membuatnya silau.

"Siapa disana?"tanyaku.

Aku melihat seorang perempuan berdiri dengan gamis putih dan sebuah troli bayi didepannya. Aku memberanikan diri untuk menghampirinya. Semakin mendekat dan mendekat tubuh perempuan itu mulai jelas dimataku. Namun aneh, aku tak sedikitpun bisa melihat wajahnya. Siapa dia?.

"Kemarilah mas Azmi" ucap perempuan tersebut.

Aku merasa perempuan tersebut tak asing. Suara yang sering aku dengar. Firda kah itu?. Tapi kenapa dia hanya diam dan tak bergerak?. Hanya bisa berucap.

"Mas, aku minta maaf. Jika selama ini selalu menyusahkan kamu. Aku mohon jaga anak kita dengan baik ya. Carikan umah yang baik untuk dia. Aku pamit mas, Allah telah memanggilku. Assalamu'alaikum...".

Kakiku tak bisa digerakkan. Tubuhku membeku. Mulutku tak bisa berucap satu katapun. Ingin rasanya aku mengambil kembali dia bersamaku. Namun, mustahil untuk ku melawan takdir yang telah Allah qodar kan.

Azmi POV off...

Azmi terbangun dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Ia melihat ke arah Firda.

"Alhamdulillah, Firda masih disini".

Terdengar suara salam dari belakang pintu. Terlihat ummi Laila, Abah Ulil dan Abi Gibran masuk kedalam. Sontak Azmi langsung menghampiri dan mencium tangan kedua orangtuanya dan mertuanya.

"Ummi... Maafkan Azmi, Azmi gak bisa jadi suami yang baik. Azmi gagal jadi suami. Azmi jahat. Hukum Azmi mmi" tangis Azmi pecah dipelukan ummi Laila.

Ummi Laila membiarkan Azmi menumpahkan semua tangis diperlukannya. Sudah lama ia tak melihat anaknya menangis seperti ini.

"Nak, tenangkan dirimu. Ini semua bukan salah kamu. Ini udah menjadi takdir Allah".
.
.
.
.
Assalamu'alaikum... Bentar lagi ending nih...
Vote nya yok...

Berawal Dari Danau [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang