Bab 16

62 8 0
                                    

.
.
.
.
Mentari pagi telah menampakkan wujudnya. Dengan membawa kehangatan. Akhir-akhir ini cuaca begitu cerah. Tak hujan dan tak terlalu panas. Awan-awan putih yang menghiasi langit tertata begitu rapi.

Usia kandungan Firda telah genap sembilan bulan. Dinyatakan dari hasil USG, Firda mengandung bayi berjenis kelamin perempuan. Azmi kini telah berangkat kerja. Firda?, Dia sendirian dirumah. Akhir-akhir ini Firda merasa sangat bosan jika ditinggal Azmi ke rumah sakit.

"Sendirian lagi... Huft".

Tak lama kemudian Firda berinisiatif untuk membuat roti kesukaan suaminya. Semua bahan telah tersedia didalam kulkas rumahnya. Bergantian Firda mengeluarkan bahan-bahan yang menurutnya terpakai. Setelahnya ia pun mengambil peralatan masaknya dilemari.

Kurang lebih sepuluh menit ia membuat adonan roti. Tak lama kemudian handphone nya berdering menandakan adanya panggilan masuk.

Mas Azmikuh

Telepon on
"Assalamu'alaikum mas".
"Wa'alaikumsalam.. kamu gapapa kan?".
"Firda gapapa kok... Ini lagi buatin kue buat mas Azmi".
"Ya udah, jangan capek-capek yah... Kasian debay nya".
"Iya mas".
"InsyaAllah sebelum Dzuhur mas mau pulang, mas pengen makan siang sama kamu".
"Iya mas, hati-hati dijalan... Jangan ngebut-ngebut".
"Siap sayang, ya udah Assalamu'alaikum".
"Wa'alaikumsalam Babah nya adek".
Telepon off

Setelah menutup telponnya dengan Azmi. Firda menuangkan adonan roti tersebut kedalam loyang dan memasukkan nya kedalam oven.

Lima belas menit menunggu. Akhirnya roti pun siap. Kini Firda menghiasnya dengan sangat niat. Terlihat sangat lucu. Setelah Firda rasa selesai. Ia pun membereskan peralatan masaknya yang telah terpakai. Namun...

"Aaaaaaarrgghh"

Brakk.

*****

Azmi kini tengah berjalan kearah mobilnya terparkir. Ia pun menjalankan mobilnya untuk pulang. Seperti yang Azmi janjikan, ia akan makan siang bersama istrinya dirumah. Sebab, ia rasa telah cukup lama tak makan siang bersama istrinya.

Tak butuh waktu lama untuknya sampai dirumah. Kini Azmi telah turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu.

"Assalamu'alaikum" salam Azmi sembari mengetuk pintu.

Tak ada jawaban. Hingga Azmi mengulang salamnya beberapa kali. Namun nihil, tak ada jawaban satu kalimat pun dari dalam. Azmi mulai panik dan langsung mendobrak pintu.

"Fir?, Kamu dimana?" Teriak Azmi berlarian.

Hingga akhirnya, ia menemukan keberadaan istrinya yang tergeletak dilantai dapur. Ternyata benar firasat Azmi. Akan terjadi apa-apa dengan Firda.

"Astaghfirullah hal adzim, Fir... Kamu kenapa?" Tanya Azmi sembari menepuk-nepuk pipi Firda yang terlapisi oleh cadar.

Dengan segera ia membopong Firda ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Diperjalanan, Azmi terlihat begitu panik. Ia khawatir akan terjadi apa-apa dengan istrinya dan calon bayinya. Azmi pun berinisiatif untuk memberi kabar kepada Hafidz.

Azmi membawa Firda ke rumah sakit tempatnya bekerja. Setelah sampai di depan rumah sakit. Firda langsung dibawa ke dalam ruang operasi. Ia akan melakukan operasi Caesar.

"AZMI" Teriak Hafidz yang baru sampai berdua dengan istrinya.

Mereka berdua pun berpelukan. Terlihat jelas, Azmi begitu panik akan keadaan istrinya. Tangis Azmi pun pecah dipelukan Hafidz.

"Udah-udah... Kamu tenang dulu, InsyaAllah gak istri dan calon bayimu pasti selamat" ujar Hafidz berusaha menenangkan Azmi.

"Mas, aku takut... Azmi gak mau kehilangan mereka berdua".

Selang beberapa menit. Dokter Ratna, salah satu dokter kandungan yang menangani Firda keluar dari ruangan operasi.

"Maaf pak, disini ada keluarga nya?" Tanya dokter.

"Saya suaminya dok, gimana keadaan istri saya?" Sahut Azmi.

"Maaf pak sebelumnya. Kemungkinan besar, kami terpaksa harus menyelamatkan salah satu dari mereka berdua. Disini saya minta persetujuan dari bapak, siapa yang harus kami selamatkan terlebih dahulu. Bayinya atau ibunya?" Jelas dokter.

Azmi bimbang.

"Bagaimana pak, kami harus bertindak cepat".

Dengan sangat terpaksa Azmi harus mengatakan "Bayinya dok".

"Apa yang kamu katakan mi?, Coba berpikir ulang sebelum mengatakan sesuatu" bentak Hafidz.

Tubuh Azmi melemas. Dirinya begitu down. "Maafkan Azmi mas, Azmi terpaksa mengatakan ini".

"Aku kecewa sama kamu mi. Segampang itulah kamu mencari pendamping hidupmu?, Bisa-bisanya kamu memilih bayimu daripada istrimu yang telah berjuang sembilan bulan mengandung calon anakmu?".

"Tolong dengarkan penjelasan Azmi mas. Azmi punya alasan kenapa Azmi mengatakan ini"

Flashback on.

Firda menghampiri Azmi yang tengah santai duduk dikursi depan tv sembari memainkan handphone nya.

"Mas Azmi" Firda duduk disamping Azmi dan menyenderkan kepalanya kebahu Azmi untuk mencari posisi nyaman.

Azmi pun membelai Khimar Firda.

"Si dedek lagi kangen nih sama Babah nya".

Azmi langsung mengelus perut Firda dan menciumnya.

"Mas, kalau suatu saat nanti mas Azmi harus memilih antara aku sama anak kita. Mas Azmi  selamatkan anak kita yah" ujar Firda.

"Ish... Jangan ngomong gitu, InsyaAllah kalian berdua selamat".

"Intinya mas Azmi harus selamatkan anak kita" kukuh Firda.

"Gak mau, aku mau selamatkan kamu aja. Kalau bisa dua-duanya mas selamatkan".

"Aku kasihan sama anak kita mas. Aku pengen dia bisa lihat dunia ini. Nanti kalau aku udah gak ada, mas Azmi harus janji. Mas Azmi harus Carikan pengganti umah yang baik untuk anak kita. Janji yah?!".

"Iya sayang... Mas janji".

Flashback off.
.
.
.
.
Assalamu'alaikum... Sampai sini dulu yah...

Komen yok, bintangnya diklik...

Berawal Dari Danau [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang