8. The Story of Old Traitor Clan Leaders

61 9 5
                                    

Sementara itu....

"Cento dan Sada belum kembali," keluh Pihak Ketiga.
"Jangan-jangan mereka tewas diserang musuh," terka Pihak Kelima.

"Atau mungkin mereka bertiga pelakunya," duga Pihak Keempat.
"Bisa jadi," jawab Pihak kedua.
"Ini tidak bisa dibiarkan," ucap Pihak Pertama tidak terima.

"Aku sarankan sebaiknya kita mengirim anak buah kita lagi. Tetapi satu diantara mereka tidak bertarung sehingga mereka bisa mengumpulkan informasi dan bisa melaporkannya kepada kita dalam keadaan hidup. Kalau dibiarkan begini terus, bagaimana kita mau melenyapkan 'dia'?" usul Pihak Kelima.

"Baiklah. Mertxika, Groene, Sorte, kalian bertiga pergilah ke Korea! Bunuh 'dia' dan cari tiga pengkhianat menjijikan itu!"

"Baik, Tuan," jawab Mertxika, Groene, dan Sorte bersamaan. Mereka membungkuk patuh lalu mereka melesat pergi guna menunaikan tugas yang diberikan kepada mereka.

"Setelah berhasil membunuh 'dia' dan tiga pengkhianat itu, kita akan menyerang Lukedonia, Tanah Para Werewolf, dan manusia. Kita hancurkan mereka dan jadikan mereka subjek eksperimen untuk memperkuat kelompok kita. Dengan begitu, tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk menggunakan kekuatan kita sesuka kita dan memaksa kita untuk tidur selamanya. Hahahahaha! Hahahahaha!" ucap sang Ketua dan ia tertawa bahagia diikuti oleh Pihak-Pihak lainnya.

.
.
.
°°°°°°°°°°°°°° N∅b|£§§£ °°°°°°°°°°°°°°°°°°
.
.
.

Saat pulang sekolah, Seonju malah berpapasan dengan Shinwoo dan kawan-kawan termasuk Cyan. Seonju jawdrop melihatnya sementara Shinwoo dan yang lainnya kaget.

"Kau...." seru Shinwoo menggantung.
"Anak yang di gerbang sekolah kemarin," sambung Ikhan.
"Ya. Panggil aku Seonju."
"Oh, aku Shinwoo. Ini Ikhan, Yuna, Sui, dan Cyan."

"Hai semuanya, salam kenal," ucap Seonju sembari melambaikan tangan. Ia pun tersenyum manis. Melihat senyumannya membuat Shinwoo dan Ikhan meleleh hatinya.

"Salam kenal juga, Seonju," jawab Sui sembari tersenyum.
"Kalau begitu, aku pamit pulang. Dah."

"Eh, eh, lebih baik kau ikut kami saja," tawar Shinwoo.
"Kemana?"
"Ke rumah kepala sekolah. Itung-itung kita kenalan lebih baik lagi."

"Ke-Kepala sekolah? Maksudnya, Pak Frankenstein?"
"Ya."
"Oh, aku tidak tahu kalian akrab dengannya."

"Ceritanya panjang. Yang pasti, kami kenal Rai dan Rai adalah kerabatnya. Karena kami penasaran, kami main ke rumah Rai untuk mengenalnya lebih jauh. Dan siapa sangka dia tinggal serumah dengan Pak Kepala Sekolah?"
"Ah...."

'Lebih tepatnya, tujuan awal kami membantunya karena Rai tersesat, bukannya mau mengakrabkan diri dengan cara berteman agar kami bisa mengenalnya lebih jauh,' gumam Ikhan, Yuna, dan Sui dalam hati dan kedua mata mereka pun menghitam. Seonju yang melihatnya pun tertawa hambar sementara Rai dan Cyan diam saja.

"Kamu ikut, ya. Ya, ya, ya," pinta Shinwoo dengan riang diikuti senyuman Ikhan, Yuna, dan Sui. Seonju menatap Rai dan Cyan sejenak lalu ia bersuara sembari menatap ke arah Shinwoo, Ikhan, Yuna, dan Sui.

"Apa tidak masalah? Itu kan tidak sopan."
"Tidak masalah. Pak Kepala Sekolah itu orang yang sangat baik," jawab Shinwoo dengan penuh keyakina.
"Yang dikatakan Shinwoo benar," jawab Sui mendukung ucapan Shinwoo.

Seonju terdiam, berpikir. Tidak lama kemudian, ia menangguk pelan tanda setuju.

"Baiklah."
"Yay!" seru Shinwoo dan Ikhan senang. Yuna dan Sui yang mendengarnya juga ikutan senang.

"Lebih baik kita belanja sekarang mumpung masih sore," ajak Yuna.
"Ayo!" jawab Ikhan semangat.

Mereka berenam berjalan menuju ke minimarket untuk berbelanja. Shinwoo, Ikhan, Yuna, dan Sui berjalan lebih dulu karena merekalah sang penunjuk jalan sementara Cyan dan Seonju berjalan agak berdampingan di belakang mereka.

Noblesse: Between Past & NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang