3. Dva is in Action

211 14 1
                                    

"Siapa kau?" tanya Shinwoo pada sosok di depannya itu. Pihak Kedua tidak menjawab pertanyaannya dan ia kembali menyerang Shinwoo.

WUSSS SET

Shinwoo menghindar, masih sembari memegang kerah seragam Ikhan. Agak berat, memang. Tetapi, apapun ia akan lakukan asal ia dan sahabatnya selamat.

'Gerakannya cepat sekali,' ucap Shinwoo dalam hati. Ditatapnya sosok di hadapannya ini dengan tatapan tajam sementara sosok yang ternyata adalah Pihak Kedua mendarat di tanah. Ia sendiri berdiri membelakangi Shinwoo namun tidak lama kemudian ia menghilang.

"Eh, kemana dia?" tanya Ikhan. Melihat Pihak Kedua menghilang membuat Shinwoo melepas pegangannya pada kerah baju Ikhan. Namun, tiba-tiba, Shinwoo dan Ikhan membelalakkan kedua matanya. Itu karena Pihak Kedua mendadak muncul di belakang mereka berdua. Shinwoo dan Ikhan menoleh ke belakang dan mereka menghindar ketika Pihak Kedua menyemburkan sinar merah ke arah keduanya.

WURRRRR

"Menghindar!"

Shinwoo dan Ikhan berlari ke samping kiri dan kanan lalu keduanya terjatuh. Sinar merah menyembur mengenai mobil yang terparkir di dekat trotoar jauh di belakang Shinwoo karena arah semburannya dibelokkan oleh angin yang berhembus di sekitar mereka.

WURRRR BLARRRR

Mobil tersebut terbakar dan Ikhan menoleh ke arah mobil tersebut. Ia kembali menatap ke arah Pihak Kedua yang masih menjulurkan tangan kanannya namun sinar di telapak tangannya lenyap. Ia dan Shinwoo terengah-engah dengan jantung yang berdegup kencang. Bukan hanya karena deg-degan akibat serangan demi serangan yang dilancarkan Pihak Kedua. Tetapi juga karena kelelahan.

"Gila! Apa ini mimpi?" tanya Ikhan. Ia buru-buru menepuk kedua pipinya dengan kedua tangannya lalu ia mencubitnya. Ia rasakan sakit di kedua pipinya sementara Shinwoo masih mengatur nafasnya.
"Sayangnya ini nyata."

"Sebenarnya ada apa ini? Siapa wanita ini? Apa dia seorang penyihir? Tunggu, zaman modern seperti sekarang masih ada sihir?"
"...."

"Atau kita terlempar ke zaman lain di masa lalu? Atau masa depan? Atau ke dimensi lain?"
"Berhenti bercanda, Ikhan!" seru Shinwoo kesal. Ya, siapa yang tidak kesal. Sudah diserang berkali-kali tanpa alasan yang jelas, ditambah sahabat sendiri malah berkhayal. Aih.

"Lalu apa? Apa kau bisa menjelaskan ini?!" kini giliran Ikhan yang kesal dan ia pun berseru keras.
"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Tetapi yang pasti, kita diserang oleh wanita aneh."

"Hiiii!" seru Ikhan ketakutan. Tubuhnya berubah gemetaran sementara Shinwoo berdiri tegap, tidak lagi dalam mode bertarung (tidak memasang gerakan kuda-kuda).

"Siapa kau? Kenapa kau menyerang kami?" tanya Shinwoo pada Pihak Kedua.
"...."

"Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jadi, aku tidak punya urusan denganmu. Tetapi, kenapa kau menyerang kami seolah kau mengenal dan punya urusan dengan kami?"

"Ha, aku hanya sedang bermain-main dengan kalian," jawab Pihak Kedua dengan tegas walau tidak bernada tinggi.
"Apa????"

"shinwoo, sebaiknya kita pergi. Kalau tidak, kita akan mati!" ajak Ikhan lalu ia berjalan ke belakang menjauhi Pihak Kedua.
"Y-ya," jawab Shinwoo gugup lalu ia berjalan mengikuti Ikhan.

Ketika menjauhi Pihak Kedua, Pihak Kedua menjulurkan tangannya lalu jari telunjuk tangan kirinya mengarah ke punggung Shinwoo. Mendadak Shinwoo merasakan nyeri di punggungnya karena muncul cahaya merah melesat dan menembus punggung Shinwoo.

"Arrgh!!!!"
"Shinwoo...!!!!"

Pihak kedua mendekati Shinwoo lalu ia renggut kerah belakang baju Shinwoo kemudian ia melemparnya jauh di belakangnya. Akibatnya, Shinwoo tersungkur sementara Ikhan berbalik lalu ia menjerit.

Noblesse: Between Past & NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang