13. The Story of Another Traitor Werewolves

74 6 1
                                    

.
.
.
°°°°°°°°°°°°°°°° N∅b|£§§€ °°°°°°°°°°°°°°°°
.
.
.

"Jadi, begitu ceritanya?" ucap Muzaka dan ia menghela nafas.
"Ya, Tuan."
"Dimana bukunya?"

"Ini," ucap Lunark lalu ia mengambil buku yang tersimpan di kanan belakang jubahnya. Lunark menyerahkan bukunya lalu Muzaka membaca buku itu bersama dengan Rai dan Frankenstein.

📒 📒 📒 📒

Ribuan tahun silam....

Semua bermula ketika pemilihan menjadi lord kaum werewolf diadakan. Para petarung dengan kekuatan yang luar biasa hebat melangkah menuju panggung guna memamerkan taring mereka di hadapan rakyatnya. Saat itu, semua tampak normal dan masih tampak normal. Tidak terjadi apapun yang bisa mengundang kecurigaan maupun kekacauan karena kupikir saat itu semua baik-baik saja, baik pada acara pemilihannya, situasi di tanah kaum werewolf, maupun pada para kaum werewolf itu sendiri, baik mereka yang menjadi rakyat maupun mereka yang mengajukan diri sebagai 'calon pemimpin'.

Siapa sangka, kedamaian di tanah itu hanya berlangsung dalam hitungan jam saja. Kesucian pemilihan lord kaum werewolf ternodai karena perasaan iri dari calon pemimpin yang kalah dalam adu fisik melawan calon pemimpin lainnya. Jika iri dalam hati menjadi motivasi dan batu loncatan bagi mereka untuk menjadi lebih baik di pemilihan selanjutnya, atau sebagai bukti bahwa mereka bisa diandalkan guna membantu pemimpin yang telah terpilih karena menjadi juara (yang terkuat) dalam adu fisik itu, maka rasa itu tidak akan menjadi masalah. Tetapi, nyatanya tidak demikian. Rasa iri dalam hati mereka pelihara sehingga entah mereka menyadarinya atau tidak, rasa itu mengakar dan tumbuh kuat di dalam hati mereka.

Ya, rasa itu berkembang pesat dan semakin lama semakin meluas. Itu karena mereka terus memupuknya dengan perasaan amarah yang mereka rasakan di setiap detiknya dan mereka siram rasa itu dengan keluhan dan mimpi yang sukar untuk diwujudkan karena terkekang oleh aturan dan kenyataan. Daripada menyampaikan isi hati kepada yang terkait dan meminta solusi agar rasanya bisa sirna (siapa tahu Lord saat itu bisa membantu. Kalaupun tidak, paling tidak, ia bisa menjadi pendengar yang baik, bukan?), mereka malah memilih untuk terus memupuk dan menyirami rasa itu di balik bayang-bayang kesetiaan dan kepatuhan yang mereka sengaja condongkan kepada 'junjungan'nya itu.

Melihat fenomena itu, aku hanya bisa menghela nafas. Aku tidak mempermasalahkan siapa yang terpilih. Yang penting, ia adalah sosok yang bijaksana, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya, disamping kuat tentunya. Bukan, aku bicara begitu bukan karena aku lemah ataupun kuat. Bagiku, lemah atau kuat bukanlah penentu sifat seseorang. Yang menentukan sifat adalah orang itu, bukan kekuatan. Tetapi, tidak semuanya berpikir sama denganku. Makanya, mereka yang menganggap diriku netral atau 'tidak memihak' yang kalah mencapku sebagai pria 'bermuka dua', dan mereka pun menjauhiku. Aku hanya bisa diam dan berlalu meninggalkan mereka saat berada dekat dengan mereka, karena aku tidak mau menyebabkan kekacauan yang bisa membuat ''Sang Penguasa' susah karena tindakan mereka kepadaku. Aku bersyukur aku masih hidup dan masih bisa berdiri meski akhirnya aku hanya sendiri. Dan beruntung aku hanya sendiri. Bila aku bersama mereka, maka aku akan menjadi sosok yang paling jahat di muka bumi ini.

Kenapa?

Itu karena iri dalam hati mereka telah berkembang dan sudah mencapai puncaknya. Ya, puncak. Kalau aku memihak mereka, maka aku akan menjadi seperti mereka. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Apapun itu, aku setia dan harus tetap setia pada Tuanku.

Dan puncak dari rasa iri mereka adalah momen ketika Sang Penguasa telah bertahta, dan beberapa waktu kemudian ia menerima kedatangan seorang manusia. Kedatangan manusia itu disambut baik oleh Sang Penguasa. Rupanya, kedatangannya adalah untuk mengusulkan adanya perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak. Siapa sangka, Sang Penguasa menyetujui hal itu. Sejak saat itu, kedamaian tercipta diantara mereka selama beratus-ratus tahun lamanya.

Noblesse: Between Past & NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang