Satoru. The Last Descendants / chapter 9

729 74 13
                                    

21 Tahun yang lalu...

Butiran salju jatuh dari angkasa. Hinggap di helai helai rambut yang warnanya tak jauh berbeda. Musim dingin telah datang. Setelah penantiannya yang cukup panjang. Ia kini bebas. Menghirup udara dingin lalu ketika ia menghembuskannya terkepul asap keluar dari mulutnya.

Sejumlah salju turut menampakkan bentuk aslinya ketika berefleksi dengan netra yang tak kalah birunya dengan langit. Suhu udara yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, menciptakan semu merah di kedua pipi anak itu.

Gojou Satoru. Dia berlari penuh sukacita. Membuat jejak kaki kecil di lapisan salju yang tebal di halaman belakang laboratorium. Sesekali ia menjatuhkan dirinya di gumpalan salju, kemudian berbaring di atasnya. Ini sudah menjadi kegiatan wajib Satoru setiap musim ini tiba. Melampiaskan kerinduan dengan dunia luar walaupun areanya masih harus dibatasi dengan pagar besi. Tapi itu bukanlah masalah. Cukup dengan hal sederhana ini, mampu membuat dirinya kembali hidup.

"Satoru, sudah cukup waktumu untuk diluar." Seorang wanita menggunakan jas lab dengan syal di leher itu datang kepadanya.

Satoru yang merasa terganggu kemudian bangkit memposisikan dirinya duduk. "Yah.. ini tidak adil. Aku baru saja keluar dan profesor malah menyuruhku masuk?" Protesnya tidak terima.

Sang profesor menghela nafas. "Ya.. kau baru saja keluar setelah lima belas menit yang lalu."

"Oh ayolah professor, ini adalah musim favoritku. Lagipula, matahari hanya bersinar redup hari ini." Bujuk Satoru memeluk gundukan salju yang ia buat. Seolah-olah dia tidak ingin dipisahkan dengan butiran kristal putih itu.

"Tapi Satoru sayang. Bukan berarti kau boleh bermain sepuasnya di luar. Tak ingatkah kau sempat demam tinggi musim dingin yang lalu?" Sang professor mendekatinya dan berjongkok di depan anak itu.

Merasa bujukannya gagal, Satoru kemudian menunjukkan wajah melas. Haus akan belas kasihan. "Aku berjanji ini terakhir kalinya untuk hari ini. Tolong izinkan aku terus bermain. Aku juga sudah memakai dua jaket seperti yang profesor anjurkan." Mata Satoru berbinar, membuat wanita berambut pirang itu semakin tak tega dengannya.

Padahal sudah berkali-kali Satoru melakukan hal itu, tapi sang professor tetap jatuh dalam jebakannya. Mungkin ini juga karena wanita itu sudah menganggap Satoru sebagai anaknya sendiri. Dan semua ibu tentu saja menginginkan anaknya tetap bahagia.

"Baiklah kalo begitu. Tapi hanya sepuluh menit atau kepala laboratorium akan memarahi professor lagi." Ujarnya tersenyum seraya membelai helai putih Satoru dengan lembut. Satoru yang akhirnya mendapatkan izin dari professor, kegirangan dan beralih memeluknya.

Bagi Satoru tidak ada sumber kebahagiaan lain kecuali professornya sendiri. Hanya beliau seorang yang merawatnya tulus dengan kasih sayang.

Namun sayangnya, dibalik rasa sayang itu. Sang professor harus menyembunyikan rahasia besar tentangnya. Ya. Tentang bagaimana Satoru bisa berada di sini dan tentang bagaimana ia menjadi salah satunya manusia dengan penampilan fisik yang berbeda dari manusia lainnya.

Berawal dari kasus virus baru yang menjangkit pengidap Albino. Hingga terjadinya demostrasi bahkan konflik dunia. Ketika rapat pertemuan para ilmuwan antarnegara usai. Salah satu lembaga kesehatan Amerika serikat secara diam-diam mengundang Jepang dalam pertemuan rahasia. Di pertemuan itu, Amerika serikat mengungkapkan bahwa masih ada satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini. Hanya saja cara yang satu ini sangat berisiko tinggi. Namun efektif. Penelitian dan eksperimen langsung dengan sang pengidap. Yang berarti mereka akan langsung mempraktekannya pada pengidap. Tentu saja ini yang akan menjadi risiko terbesarnya, kepunahan dari ras itu sendiri. Walaupun cara ini sangat efektif karena para ilmuwan dapat memperbaiki dan mengevaluasi vaksin atau metode pemulihan yang mereka buat menjadi lebih baik.

Find Your Way Home. SuguSato AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang