Epilog

948 87 13
                                    

5 tahun kemudian...

"Huaa ini terdengar membosankan. Kenapa mereka selalu menuliskan biografi dengan kalimat penutup seperti itu." Keluh Satoru, menutup kembali laman majalah di ponsel yang berisikan biografi hidupnya. Kini Satoru tengah duduk di sebuah halte dimana dia sedang menunggu taksi yang ia pesan melalui ponsel. Saat itu musim panas, dan tentu saja Satoru benci dengan terik matahari yang menyengat. Oleh karena itu dia mengosongkan jadwal selama seminggu hanya untuk berlibur ke Hokkaido. Udara di wilayah paling utara di Jepang itu masih terasa sejuk walau sinar matahari masih tanpa malu memberikan sinar hangatnya.

Bip! Bip!

Ponsel Satoru berdering. Ketika Satoru melihat layar, tertera kontak sahabat terdekat yang sekarang menjadi managernya sendiri.

"Ya! Ada apa Mahito?! Kau merindukanku?" Ucap Satoru, sedikit mengeluarkan tawa.

"Tch! Tidak ada yang merindukanmu, aku mengkhawatirkanmu!"

"Merindukan dan mengkhawatirkan itu bukan dua hal yang berbeda. Kau sama-sama memikirkan orang tersebut, bukankah begitu!"

Mahito semakin emosi mendengar hal itu. "Dimana kau sekarang?!" Tanya Mahito mencoba untuk tidak basa-basi.

"Aku tengah duduk di halte sekarang. Aku akan kembali ke hotel setelah ini."

"Bagus. Kau harus kembali dengan cepat karena aku benar-benar mengkhawatirkanmu kali ini."

Satoru mengernyitkan alis. Tidak biasanya Mahito berkata seperti itu, apalagi dengan kecemasan pada nada suaranya. "Ha!? Apa maksudmu, kau ingin pesawatku terbang lebih awal dari jadwal yang kupesan?"

"Bukan Satoru..." Mahito terdengar sangat frustasi. "Ini terakhir kalinya aku mengizinkanmu berlibur sendirian tanpa body guard sekalipun." Ujar Mahito dengan nada menyesal.

Tapi Satoru malah tertawa. "Oh ayolah! Aku ini pria yang tinggi. Tidak ada yang akan berani mendekatiku, atau bahkan menyentuhku. Aku bisa menumbangkan siapapun dengan sekali tinju."

"Tutup mulutmu! Aku tidak ingin sesuatu buruk terjadi. Pastikan setelah sampai di hotel kau jangan keluar lagi. Kau mendengarku kan, Satoru?"

Satoru mengangguk dengan senyuman tipis. "Aku mengerti..." Pria itu menjeda. "...omong-omong kau ingin dibelikan apa?"

"Hmmm..." Mahito berpikir sejenak. "Kau tahu kue gulung salju yang terkenal itu?"

"Maksudmu Shiroi Roll Cake?"

"Ah benar! Aku butuh lima kotak. Aku akan membayarnya besok ketika menjemputmu di bandara."

"Ah tidak perlu! Anggap saja ini hadiah untuk manager terbaikku." Satoru tertawa sementara Mahito hanya meng-iya-kan aksi pria itu. Tak lama, mata Satoru menangkap mobil taksi yang ia pesan beberapa menit yang lalu. "Aku akhiri dulu, taksiku sudah datang! Sampai jumpa besok!" Satoru menutup panggilan, kemudian dia berdiri menghampiri mobil yang sudah terpakir tepat di hadapannya.

Tanpa basa-basi Satoru membuka pintu mobil dan langsung duduk nyaman di kursi belakang. Taksi pun berjalan sesuai dengan rute yang dipesan. Selama perjalanan, Satoru memandang ke luar kaca. Menikmati pemandangan terakhir kota yang tentram ini sebelum kembali bergelut dengan jadwalnya yang padat. Benar kata Nanami, bekerja itu susah tapi kau tidak akan bisa hidup tanpanya. Satoru saja tidak akan pernah mengira dirinya menjadi model terkenal dan bisa bersanding dengan model lain di jepang. Hal yang paling membuatnya bangga adalah ketika wajahnya terpampang di layar hologram di persimpangan Shibuya yang terkenal itu ketika mempromosikan salah satu merek parfum terkenal di Jepang.

Satoru memang sangat menikmati pekerjannya. Tapi bukan berarti dia akan terus memberikan waktunya hanya untuk mencari nafkah. Cuti adalah jawabannya, dan kini bahkan liburannya yang berlangsung selama seminggu itu tak terasa akan berakhir malam ini. Dan tak terasa juga taksi yang ditumpangi Satoru berjalan begitu lambat, bahkan mobil di belakang mereka harus menyalip ke depan.

Find Your Way Home. SuguSato AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang