"Na-Nama?"'Gawat sekali..' Suguru membatin panik.
Seharusnya pertanyaan itu sangat sederhana untuk dijawab. Mau berbohong atau tidak, selama kau mengatakannya dengan mantap, sang lawan bicara akan dapat mudah percaya. Lagipula, ini pertama kalinya Mahito menemui Satoru. Dia dapat membohongi wanita itu dengan apapun nama samarannya.
Namun.. yang menjadi masalah disini, Satoru malah mematung kaku tak segera menjawab. Dia merasa lidahnya menempel dengan rongga mulut, enggan mengucapkan kata. Entah apa yang terjadi, apa karena kepanikan yang di alami Satoru. Ia tidak dapat menemukan nama yang tepat sebagai samarannya. Seakan-akan pertanyaan tadi otomatis menghapus jawaban Satoru yang akan ia ucapkan.
Hingga akhirnya, Suguru membuka suara.
"Satoru... Getou Satoru." Kata pria itu, lalu merangkul bahu Satoru dari samping sehingga tubuh mereka bersentuhan.
"Apa?!"
'APA!?'
Ucap kedua dari mereka kompak. Lalu tercipta suasana canggung serta bingung di antara ketiganya.
"Dia.. keluargamu?" Tanya Mahito menangkup dagunya. Mencoba memastikan ucapan Suguru tadi.
Suguru memaksakan senyum. "Ahaha, iya. Dia.. eumm saudara jauh dari keluarga pamanku. Kami mengadakan reuni secara diam-diam. Ya kan Satoru!"
"Ha apa! I-iya." Satoru mengiyakan terbata bata karena mendadak terbangun dari lamunannya.
Mahito mengamati kedua lelaki itu cukup lama. "Hmmm jadi begitu... Baiklah silahkan menggunakan layanan kami. Jika ada gangguan teknis, seperti biasa kau dapat menghubungiku." Mahito memunggungi dan mulai meninggalkan mereka.
"Dengan senang hati." Ucap Suguru mengakhiri-masih menahan senyumnya.
Lengan Satoru kemudian diseret begitu saja ke dalam ruangan. Pintu dibanting. Tak peduli dengan Mahito apabila ia mendengar suara itu atau tidak. Yang pasti kini mereka aman. Hanya berdua tanpa adanya manusia lain. Mereka bersandar lega di balik pintu, lalu perlahan jatuh terduduk bersebelahan.
Pergelangan Satoru rasanya sedikit panas setelah Suguru menggenggamnya erat. Membuat Satoru berpikir bahwa Suguru tengah kesal padanya. Jika diingat-ingat lagi, Satoru merasa seperti orang yang tidak berguna. Yang ada dia hanya merepotkan Suguru. Ya~ walaupun hubungan di antara mereka adalah sandera-penyandera. Tapi Satoru merasa tidak dapat menguasai perannya. Dan kini, ia sudah bersiap-siap menerima omelan dari Suguru. Lagipula dia pantas mendapatkannya.
"Kau tidak apa-apa?" Satoru sontak menoleh padanya. Ia lihat wajah Suguru, tidak menampilkan rasa amarah sedikitpun. Malah terlihat mencemaskan keadaan Satoru.
"Kau terlihat pucat. Apakah kau merasa sakit?" Pria itu kembali bertanya, masih mengenai keadaan Satoru.
Lantas, Satoru menurunkan pandangannya, merasa tak punya nyali menatap iris coklat Suguru. "Tidak. Aku tidak apa-apa...". Ia menggigit bibir bawahnya sebelum melanjutkan kalimat. "... Terimakasih." Ucapnya hampir berbisik.
Pria itu menghembuskan nafas lega. Seolah-olah dia sungguh peduli dengan Satoru. Namun ini sangat aneh. Kenapa Suguru sangat peduli pada orang yang pernah mengancam nyawanya. Satoru benar-benar dibuat tak mengerti dengan perlakuannya.
Tanpa basa-basi lagi, Suguru bangkit. Tak lupa mengajak Satoru untuk mengikutinya dari belakang.
Ketika memasuki ruangan lebih dalam, Satoru melepas kacamata. Bukan tanpa sebab. Namun ruangannya minim cahaya. Sumber cahaya satu-satunya berasal dari sebuah televisi tabung berdebu terletak di atas lemari. Layar hanya menampilkan bar warna warni pertanda tak terdeteksi sinyal. Dan tak jauh di hadapannya, dia melihat sebuah komputer-paling aneh yang pernah ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Way Home. SuguSato AU
Fiksi PenggemarKabur dari rumah, tinggal di tempat terbengkalai di Tokyo, dan membaur menjadi masyarakat biasa adalah lembaran baru yang ditulis seorang mantan kepala polisi di departemen kepolisian metropolitan kota Tokyo. Suguru Getou merasa itu satu-satunya car...