Dua pria menggunakan jubah putih dan topeng rubah tampak berjalan santai menyusuri lorong. Ya, tampak santai dari luar. Tapi dibalik jubah putih yang dingin dan lembut itu bermacam senjata berbahaya menempel pada tubuh mereka. Kedua pria itu berjalan bukan tanpa alasan. Tugas dari sang atasan lah yang membuat mereka harus mengecek setiap lantai pada gedung laboratorium. Kebetulan belum ada yang memeriksa lantai yang kini mereka pijaki. Jadi kedua orang itu merupakan orang pertama yang ke lantai itu.
Awalnya tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Tidak ada sampai salah satu orang tersebut menemukan sebuah ruangan yang mempunyai pintu yang telah hancur pada bagian gagang. Setiap pintu di gedung laboratorium dikunci menggunakan sidik jari para anggota tertentu, selian itu mereka hanya memasang kunci biasa untuk ruang darurat. Seperti ruangan yang kali ini mereka amati kali ini. Klinik 2A merupakan 1 dari 3 klinik yang terletak pada Gedung laboratorium A. Ketiga ruangan tentu memiliki kunci yang dibuka secara manual. Karena jika terjadi sebuah kerusakan, maka akan ada alternatif lain dengan menggunakan kunci fisik.
Kedua pria itu telah menghadap ke arah daun pintu. Mereka berencana untuk mendobrak. Jika dilihat dari luar, ada sesuatu yang menghalangi jalan masuk pintu sehingga pintunya nampak tertutup rapat. Setelah dirasa rencana mereka cukup matang, mereka kemudian melakukan aksinya.
Satu orang akan mendorong pintu dengan tendangan yang cukup keras dan lainnya akan bersembunyi dibalik dinding dengan pistol di tangan seraya mengawasi rekannya. Sebuah pistol menodong sejajar dengan sudut lengannya, menandakan rekannya itu telah bersiap untuk membuka paksa pintu dan menembak siapapun.
BRAKKK!!!!!
Pintu terbuka, bukan hanya terbuka saja, tapi engselnya bahkan rusak. Namun, rekan yang tengah menodongkan senjatanya tidak bereaksi apapun. Hanya diam dan termenung. Tentu saja si rekan yang tengah mengawasinya kebingungan. Mungkin saja tidak ada orang disana. Itulah yang dipikirakannya, hingga-
DOR!
Peluru yang melesat cepat membelah udara sebelum mendarat pada tubuh seseorang. Si rekan berpikir rekannya lah yang menjadi pelakunya. Dia tidak tahu apa yang dilihat oleh rekannya itu, tapi dia penasaran kenapa dia sampai membuang satu peluru dari pistolnya. Atau mungkin saja, target ada di depan mata, dan atasannya, Sukuna, memerintahkan untuk langsung mengeksekusinya di tempat.
Ada dua target yang mereka kejar. Target pertama, merupakan target yang harus dieksekusi langsung ketika di temukan. Dan target kedua, merupakan target yang harus ditangkap tanpa menciptakan luka sedikitpun pada tubuhnya. Terdengar mustahil, akan tetapi setiap penjaga sudah mempunyai strategi masing-masing. Awalnya mereka hanya memiliki satu tugas untuk menangkap target yang pertama. Tapi ada penambahan tugas baru ketika Sukuna mendapatkan laporan lain dari penjaga yang berada di Pusat Laboratorium Biologi.
Namun setelah mengira bahwa rekan tersebut telah menemukan target pertama dan menembaknya, tidak berselang lama, tubuh rekannya malah jatuh dan tergeletak begitu saja. Si rekan yang menyaksikannya tentu kebingungan. Dia memang tidak melihat jelas darimana tembakan itu berasal, tapi dia tahu rekannya itu menodong pistol ke dalam ruangan. Bahkan jarinya sudah menyentuh pemicunya.
Dalam beberapa saat, dia lalu menemukan jawaban, peluru milik siapa yang ditembak. Setelah ia melihat darah segar mengalir dan menggenangi lantai.
Rekannya tertembak, tapi dia tidak mengerti kenapa rekannya tidak membalas dengan tembakan. Kenapa dia malah mematung seolah-olah dia telah melihat tatapan dari mata dewi medusa. Padahal dia yakin, ada jeda cukup lama sebelum tembakan itu, dan menurutnya dalam jeda tersebut dia dapat menembak hingga dua kali.
Tidak ada waktu untuk berpikir. Dia yang akan melakukannya dengan cepat. Pasti yang berada di dalam ruangan merupakan target pertama. Tidak ada susahnya menembak dan mengeksekusi dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Way Home. SuguSato AU
FanfictionKabur dari rumah, tinggal di tempat terbengkalai di Tokyo, dan membaur menjadi masyarakat biasa adalah lembaran baru yang ditulis seorang mantan kepala polisi di departemen kepolisian metropolitan kota Tokyo. Suguru Getou merasa itu satu-satunya car...