Disappointment / chapter 3

1.1K 121 1
                                    

Matahari telah tinggi dari tempat terbitnya. Suhu udara perkotaan perlahan naik, tapi tidak terlalu panas. Cukup hangat untuk kedatangan musim semi setelah kepergian sang musim dingin yang membeku. Para penduduk kota Tokyo telah memulai aktivitas mereka. Beberapa ada yang bekerja, bersekolah atau sekedar berkeliling kota. Dan beberapa di antaranya berjalan di trotoar, bersepeda, ataupun dengan kendaraan umum.

4 jam. Ya selama 4 jam itulah pemandangan yang dilihat Suguru dari dalam mobilnya. Sejak 4 jam yang lalu, ia masih berada di pinggir jalan tempat biasanya ia memangkal taksinya itu. Bukan karena tak ada pelanggan. Suguru sengaja tidak mengaktifkan pesanan taksinya. Biasanya untuk 4 jam, dia sudah mendapatkan 10 atau bisa sampai 15 pelanggan apabila di hari biasa, entah itu untuk jarak dekat atau jauh. Namun, sejak awal ia berangkat dari rumahnya, berbagai teori memenuhi kepalanya. Kemudian memutuskan berhenti dipinggir jalan, mengambil secarik kertas dan menuliskan beberapa kata diatasnya. Itulah yang ia lakukan selama 4 jam sebelumnya. Memandangi hasil coretan kertas yang coba ia simpulkan secara sederhana.
Tentu saja ini semua karena kalau bukan cerita karangan-yang meyakinkan-milik Satoru. Kalau dipikir pikir lagi, Suguru merasa dia tidak akan membuat dongeng konyol seperti itu. Apalagi setelah ia mendapatkan jutaan yen darinya. Dan tampak dari rencana awalnya, Satoru memang bersungguh-sungguh mewujudkan tujuannya tersebut. Terlihat bagaimana ia tidak bergetar saat mengarahkan senjata api pada dirinya.

"Ah!" Desah Suguru lelah dengan teori yang ia buat.. Menyandarkan punggungnya di kursi mobil sambil memejamkan mata. Padahal dulu saat masih menjabat sebagai polisi, Suguru dapat menyatukan beberapa kasus menjadi kasus lainnya dengan mudah, dari kasus lama lalu muncul kasus baru yang saling berkaitan, dari orang yang ia rasa tak bersalah kemudian malah jadi tersangka utama. 

Kalau sudah merasa stress begini, Suguru akan melampiaskan pada sebatang tembakau yang digulung rapi dengan kertas. Namun sebuah kesialan terjadi padanya, menambah level kesetressan seorang Suguru. Pemantik yang ia gunakan, tidak menghasilkan api sama sekali. Belum setengah hari penuh tapi Suguru sudah lelah dengan hari ini. Walau itu perkara pemantik saja.

Dengan rasa terpaksa dari hati terdalamnya demi meredakan kacaunya pikiran. Ia menancap gas, memutar kemudi mobil, dan menuju mart terdekat. Martnya memang tak jauh, dan tempat parkirnya cukup luas. Tapi perlu mengumpulkan niat pergi ke sana bagi Suguru, sama seperti seseorang yang dipaksa bangun pagi pagi saat hari libur.

Suguru memakirkan mobil di samping mobil lainnya. Tanpa basa-basi, masuk melewati pintu otomatis dan melirik benda yang ia cari di meja kasir. Mengambil lalu membayar dengan uang pas agar pegawai kasir tidak menawarkan donasi uang kembalian. Dan selanjutnya adalah, kegiatan konsumen, menikmati hasil produksi. Suguru langsung menyalakan pemantik yang baru saja ia beli, dan mulai menghisap gulungan tembakau merk favoritnya. Marlboro. Perlahan ia keluarkan asap dari mulutnya membiarkan asap itu terbang tinggi karena massa udaranya yang lebih ringan. Cukup satu batang ia nikmati di depan toko. Suguru berjalan kembali ke mobil yang tak jauh dari tempatnya. Wajahnya cukup terlihat tenang daripada 10 menit yang lalu. Seperti habis keluar dari tempat terapi mental.

Saat sudah di dalam mobil. Tiba-tiba saja ada orang yang membuka pintu belakang mobil, dan langsung menduduki kursi penumpang tanpa izin Suguru. Ayolah, Suguru baru saja mengembalikannya moodnya dengan susah payah-maksud susah payah adalah lampu merah yang tiba tiba menyala saat mart sudah didepan mata membuat Suguru harus menunggu 30 detik lebih lama. 

Cukup. Seharusnya dia tidak pergi hari ini. Walau sudah menerima 10 juta Yen, tidak dapat menyelesaikan beberapa masalah dan malah membuat kepalanya pusing. Kalau sudah kelewat kesal, sudah pasti ia akan membeli jalan menuju mart ini atau sekaligus membeli saham perusahaan tembakau, dan pensiun di pulau pribadi tanpa satu manusia yang mengganggunya.

"Maafkan aku tuan, sepertinya anda salah memasuki mobil. Jika ingin memesan perjalanan, aku belum membuka pelayananku sama sekali. Silahkan keluar, atau kuantar ke kantor polisi sekarang." Ancam Suguru dengan nada sedikit kesal. Bukannya malah keluar, si penumpang masih terduduk nyaman di bangku belakang. Semakin lama semakin memancing emosi Suguru yang tidak sabaran. Suguru mencoba melirik orang itu dari spion tengah. Orang asing itu berbusana tertutup, menutupi wajah dan rambut yang secara tidak langsung menutupi juga identitasnya. De javu. Itu yang dialami Suguru sekarang. Melihat penampilan pria itu, dia teringat akan pria albino aneh menjengkelkan yang sekarang mungkin tertidur nyaman di ranjangnya.

'Tahan Suguru. Kembalikan akal positifmu. Pelanggan adalah raja. Bisa jadi dia seorang tuna rungu, atau mungkin bisu.' Batinnya menenangkan diri.

Tak lama, orang asing itu lalu membuka suara. Membuat Suguru sedikit terkejut akan vokal yang sangat tidak asing di telinganya. Raganya mematung. Jemarinya sedikit bergetar diiringi suara detak jantung yang bisa ia dengar tanpa menyentuh dadanya. Suara yang tidak pernah ia dengar sejak 4 tahun mereka berpisah.

"Lama tidak bertemu. Suguru.."

Suguru menyatukan kedua alis. "Apa yang membuatmu menemuiku...Ryomen Sukuna." lirihnya.

*****

Suasana sedikit tegang diselimuti rasa waspada terjadi di dalam mobil yang masih terparkir di depan sebuah mart. Dari sekian kesialan yang dialami Suguru, mungkin ini yang akan menjadi finalnya. Tak ada angin, Tak ada hujan, Ryomen Sukuna hadir secara tiba-tiba tanpa perkiraan Suguru. Wajah yang telah lama tidak ia jumpai, membangkitkan rasa benci Suguru dari masa lalu. Melampiaskan rasa benci itu dengan memegang erat kemudi mobil daripada memberi pukulan keras di wajah Sukuna. Karena Suguru tidak mau membuat masalah baru apalagi berurusan dengannya.

"Apa maksud kedatanganmu?" Rahang Suguru mengeras usai memberikan pertanyaan.

"Tidak ada maksud lain, hanya ingin bertemu kawan lama. Apakah hal itu dilarang?" Jawab Sukuna sambil menyandarkan punggungnya di kursi mobil.

"Maaf tapi aku tidak punya waktu luang untuk meladenimu sekarang." Jelas Suguru menyipitkan kedua matanya.

"Kalau punya, kau akan meladeniku, begitu?"

"Entahlah, tapi jadwal untuk meladenimu sudah kadaluarsa sejak 4 tahun yang lalu." Balas Suguru menambahkan sedikit sindiran tersirat. Sukuna hanya tersenyum kaku, mengerutkan dahi menanggapinya.

"Baiklah aku menyerah, dari dulu masih saja aku tidak bisa melawan sikap 'to the point' mu. Jika kau masih menjadikannya kebiasaan, kau tidak akan bisa menikmati hidup, Suguru." Kata Sukuna, kemudian membuka map berisi beberapa lembar kertas yang disatukan dengan klip.

"Aku memberimu sebuah misi. Anggap saja misi tambahan yang belum kau tuntaskan."

"Aku bukan siapamu, dan kau bukan siapaku." Tolak Suguru singkat dan padat. Namun Sukuna masih belum menyerah merayunya.

"Ayolah, Suguru-kun~..." Kalimat itu terdengar menjijikkan saat masuk ke telinga.

"Padahal kau hanya perlu membuka jasa transportasi seperti biasa. Dan upahnya juga tetap milikmu. Hanya itu saja misinya. Kau berharap mendapatkan misi besar begitu? Oh tentu saja tidak, ketahuilah posisimu sekarang." Bujuk Sukuna diakhiri sebuah ejekan.

Suguru mencoba mengatur nafas agar dapat mengendalikan emosinya. Meski tangan kanannya mulai menunjukkan urat rasa gatal ingin menghajar orang yang masuk tanpa seizinnya itu.

Dengan mendengar misi yang bahkan tidak terdengar seperti misi. Suguru juga perlu informasi mengenai apa tujuan misi tersebut.

"Dan misimu yang sebenarnya akan dimulai, ketika..." Sukuna menyerahkan lembaran tadi untuk diberikan kepada Suguru."... Kau menjumpai orang ini."Suguru membelalakkan matanya.

TBC

Find Your Way Home. SuguSato AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang