Save me / chapter 15

737 78 11
                                    

TW : VIOLATION⚠️

5000+ words

Ember berisi air itu diguyur ke arahnya. Sisanya menabrak dinding berlapis keramik, yang membuat percikan berlawanan arah. Tak ada yang bisa pemuda itu lakukan kecuali menekuk lutut dengan tangan terbogol yang membentengi wajahnya. Bergetar akan dinginnya air, serta ketakutan yang merasuk.

Tujuh atau delapan. Bahkan sudah kehabisan ingatan untuk berhitung. Mungkin bisa jadi itu guyuran kesembilan yang ia dapatkan. Kepalanya terus menunduk, menatap lantai keramik berwarna putih. Entah untuk menghindar dari air, atau mengalihkan pandangan dari pemuda di depannya.

"Kau mau disiksa seperti apalagi hingga kau mau membuka mulutmu?" Naoya menjatuhkan ember yang menciptakan suara lumayan keras ketika menyentuh lantai. Memberikan tatapan bagaikan tusukan yang mematikan.

"Kenapa diam? Bukankah kau tadi berani untuk berteriak kepadaku?" Dia lalu menendang pemuda itu cukup keras. Memaksanya agar membuka mulut atas apa yang telah ia lakukan.

Namun caranya yang kasar itu malah membuatnya tidak mendapatkan balasan apa-apa melainkan rintihan. Dan Naoya saat itu sudah berada di puncak emosi tertingginya. Rambut pemuda itu ia tarik menggunakan satu tangan, hingga nampak wajahnya yang sembab. Air mata yang telah kering terlihat sangat jelas.

"M-maaf." Ucapnya gagap.

Naoya menyeringai saat merasa berhasil membuat pemuda itu tertunduk patuh. "Heh.. kenapa dengan dirimu? Dimana wajahmu yang terlihat sombong itu sekarang? Kau pikir aku yang seumuran denganmu ini tidak dapat memperlakukanmu seperti ini? Kau pikir aku akan selalu menghormatimu? Hm?!!" Remeh pemuda pirang itu, menggoyangkan kepala Satoru dengan kasar.

"Aku tidak ingin membuang waktu untuk ini. Satoru! Jawab saja 'Ya' atau 'Tidak'!!!!!"

Brakk! Pintu kamar mandi tiba-tiba terbanting dari luar. Dan ketika Naoya tau siapa pelakunya, dia dengan cepat melepaskan tangannya dari Satoru, menghampiri pria yang pangkatnya lebih tinggi itu dengan memasang wajah melas.

"Naoya! Jangan terlalu kejam! Cukup bujuk saja dia untuk mengatakan apa yang terjadi sebenarnya."

"Tuan.. maaf, aku sudah tidak kuat lagi untuk menanganinya. Dia berani untuk menantangku, bahkan dia telah melukaiku!" Tuduh Naoya menunjukkan cakaran di balik lengan jasnya. Yang bahkan Satoru tidak tahu darimana ia mendapat luka itu. Sudah jelas ia berbohong pada kepala laboratorium. Namun apa daya, saat ingin membantah, pita suaranya malah tertahan.

"Kau bisa mengobatinya ke klinik nanti, sekarang aku benar-benar menyerahkan Satoru kepadamu. Sebagai sahabat satu-satunya. Kau yang paling mengerti dengannya."

'Sahabat satu-satunya? Seluruh orang di laboratorium ini pasti sudah gila. Aku tidak berteman dengan siapapun disini.'

"Baik, tuan. Aku akan mencoba cara apapun, hingga aku mendapatkan hasil memuaskan dari jawabannya." Jawab Naoya menunduk.

Pintu kembali ditutup. Dan Satoru dapat merasakan hawa neraka itu kembali.

PLAK!!!

Panas terasa dua detik setelah tamparan itu didaratkan pada Satoru yang masih berusaha mengatur nafasnya.

Naoya membungkuk, kini menangkup wajah pemuda albino itu dengan sebuah tangan. Memaksa untuk berbicara secara empat mata. Tatapan penuh amarah itu berhadapan langsung dengan mata birunya yang ketakutan.

"Gojou, Satoru." Bisik Naoya, menyipitkan matanya.

"Kau hampir saja menghancurkan kepercayaan kepala laboratorium padaku..." Naoya menguatkan cengkramannya. Membuat Satoru kembali merintih terhadap tindakannya yang kasar.

Find Your Way Home. SuguSato AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang