Matahari sama sekali belum muncul. Sekelilingnya masih pekat oleh gelap. Namun, Sisil sudah berada di dalam kolam renang. Tubuhnya bergerak luwes menelusuri air. Kepalanya timbul tenggelam seiring gerakan kaki dan tangannya yang padu.
Tiga putaran lagi, ia akan selesai menggenapi targetnya sebanyak dua puluh putaran. Berenang bolak-balik dari ujung ke ujung kolam berukuran 4 x 10 meter ini. Sisil menyentuh bagian tepi kolam begitu menyudahi sesi berenangnya. Mengatur napasnya sebentar. Menarik napas panjang, dan mengembuskannya lewat mulut.
Sisil kemudian mengangkat dirinya keluar dari dalam air. Diikuti hawa dingin yang langsung menyergap. Embusan angin terasa menusuk kulit. Membuat bulu kuduknya meremang kedinginan. Ia lantas buru-buru meraih handuk di bangku, dan melingkupi tubuhnya yang mulai menggigil.
Jejak basah tertinggal di lantai, seiring dengan tiap langkahnya saat kembali memasuki rumah. Sisil berniat membuat susu hangat setelah dirinya mandi, lalu bergelung nyaman di balik selimut. Berenang di pukul tiga dini hari memang bukan ide yang bisa sering-sering ia lakukan. Itu hanya sebagai bagian pelampiasan kala ia tidak bisa tidur.
Ia butuh meleburkan diri bersama segala kegundahannya ke dalam air. Satu-satunya cara yang bisa meredam ketidakstabilan perasaannya yang terkadang dipenuhi kalut.
Berada di dalam air membuat Sisil bisa merasakan dunia yang sunyi tanpa interupsi. Membungkam permasalahannya yang tidak pernah bisa ia perbaiki seorang diri. Sedangkan konflik yang dihadapi mustahil akan membaik dengan sendirinya. Walau Sisil selalu berharap keajaiban tiba-tiba datang menolong hubungannya dengan Farid.
Tapi apa mungkin bisa orang yang dicintainya berubah dalam sekejap?
Sisil selalu berharap Farid tidak lagi bermain di belakangnya. Namun, ia juga sadar kalau sebagian dirinya tidak berani mengungkapkannya pada Farid. Keterdiamannya bukan berarti ia menerima kecurangan suaminya. Nyatanya, kehilangan Farid lebih menakutkan bagi Sisil.
Ia mengakui kalau jalan yang dipilihnya ini merupakan kebodohan. Akan tetapi, ia merasa lebih baik begini daripada cela tersebut muncul dalam biduk rumah tangganya dengan Farid. Biarlah kehidupannya bersama Farid berjalan sewajarnya rumah tangga harmonis. Menutup mata dari apa pun yang Farid lakukan di luar sana. Menepikan rasa sakit yang sebenarnya sudah mendesak hingga batas maksimal. Dan lagi-lagi, Sisil hanya perlu mengaktifkan mode bertahannya.
Pintu kamar dibukanya sepelan mungkin. Sisil tidak mau mengganggu tidur Farid. Melangkah di tengah pencahayaan kamar yang redup, sambil memeriksa ke arah tempat tidur, di mana Farid masih terlelap.
Jarinya meraba dinding, menekan saklar kamar mandi. Sisil segera menanggalkan swimsuit-nya yang basah, melemparnya ke dalam keranjang pakaian kotor, kemudian melangkah ke dalam shower stall. Tubuhnya menghangat begitu guyuran air meluncur dari kepala shower.
Tak sampai lima menit, Sisil sudah keluar dari dalam shower stall. Baru saja ia hendak mengambil handuk yang biasanya tergantung. Namun, handuknya sudah tersedia di depan mata. Bukan berpindah sendiri, tapi Farid yang mengangsurkannya. Tentu saja Sisil sedikit kaget dengan kemunculan Farid di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found a Love for Me [TAMAT]
RomanceMenikah dengan Farid membuka banyak hal yang selama ini tidak Sisil ketahui tentang suaminya. Farid ternyata tidak bisa lepas dari banyak wanita lain di sekelilingnya. Meski Sisil tahu Farid bermain di belakangnya, ia mencoba untuk bertahan. Berhara...