Negatif.
Sisil mendesah pelan. Punggungnya bersandar pada dinding kamar mandi, sambil terus memperhatikan tanda garis pada alat tes kehamilan di tangannya. Seolah dengan begitu bisa menambah garis baru lagi di sana. Bukan hanya satu saja.
Selama delapan bulan menjadi istri Farid, munculnya dua garis pada testpack adalah sesuatu yang selalu dinantikan. Namun sayangnya hal tersebut tak kunjung datang juga. Padahal Sisil sudah melakukan beragam cara agar bisa hamil.
Mulai dari cara yang paling sederhana dengan rajin melakukan hubungan intim di masa subur, hingga mengonsumsi makanan yang baik bagi kesehatan organ reproduksi. Pun memeriksakan diri ke dokter telah mereka lakukan, yang tidak menunjukkan sama sekali adanya indikasi kurang baik atau hal mengkhawatirkan lainnya. Baik Sisil maupun Farid memiliki kondisi yang bagus untuk bisa menghasilkan anak.
Pintu kamar mandi terbuka. Wajah tampan Farid muncul dari balik pintu. Memberi pandangan heran pada Sisil, karena sudah cukup lama berdiam diri di kamar mandi. Farid kemudian melihat testpack yang ditunjukkan Sisil.
"Negatif lagi," ungkap Sisil lalu melempar testpack itu ke dalam keranjang sampah dengan pandangan kecewa.
Farid menghampiri Sisil, lalu merengkuhnya ke dalam pelukan. "Jangan sedih. Kita masih bisa terus berusaha."
"Aku hanya takut bikin kamu kecewa," ucap Sisil yang begitu nyaman merasakan belaian lembut Farid di kepalanya.
"Kata siapa aku kecewa? Aku punya kamu aja udah bersyukur, Sayang."
"Orang lain kayaknya gampang banget punya anak. Sebulan menikah udah hamil."
"Hei, jangan berpikiran kayak gitu." Farid mencoba menenangkan. "Kita baru nikah delapan bulan. Bukan delapan tahun, Sayang."
Ada alasan yang tak bisa Sisil ungkapkan pada Farid. Sesuatu yang menjadikannya begitu terobsesi untuk segera hamil. Kekhawatiran itu kadang menyusup di dalam pernikahannya ini.
Sisil mendongak dan menatap sepasang mata yang juga balik menatapnya. Ia sangat mencintai laki-laki ini.
"Kamu mau?" tanya Farid yang mengira ada maksud lain ketika Sisil terus menatapnya.
"Mau apa?" Mata Sisil mengerjap beberapa kali.
Farid tersenyum. "Mau buat anak."
"Sekarang?"
"Ya sekarang aja. Ngapain ditunda-tunda." Tangan Farid mulai bergerak nakal menelusuri punggung Sisil.
"Eh, tapi kalau Mama datang gimana?" cegah Sisil. Ia teringat kalau setiap sabtu pagi, ibu mertuanya rutin datang ke rumah.
"Nggak pa-pa, biar Mama tunggu di teras sampai kita selesai. Kita siapin aja makanan dan minuman buat Mama. Kalau perlu sekalian juga sama makan siang. Jaga-jaga kalau kita bikin anaknya nanti kelamaan."
Sisil terkekeh dan menarik pelan hidung mancung Farid. "Dasar anak durhaka."
"Mama pasti mengerti. Anaknya sedang usaha biar istrinya nggak pusing lagi soal testpack."
"Jadi tujuan kamu itu buat bikin anak atau buat aku, sih?"
"Dua-duanya, dong, Sayang "
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found a Love for Me [TAMAT]
RomanceMenikah dengan Farid membuka banyak hal yang selama ini tidak Sisil ketahui tentang suaminya. Farid ternyata tidak bisa lepas dari banyak wanita lain di sekelilingnya. Meski Sisil tahu Farid bermain di belakangnya, ia mencoba untuk bertahan. Berhara...