Satu tahun yang lalu ...
"Duh ... yang sebentar lagi mau nikah. Auranya udah beda aja, nih! seru Taya begitu melihat Sisil sedang duduk di teras belakang. Wanita berbandana hijau toska itu lalu mencium kedua sisi pipi Sisil dan duduk di kursi yang bersebelahan dengannya.
"Deg-degan yang pasti, Kak,"ujar Sisil. Majalah yang tadi sedang dibacanya ia tutup, lalu ia letakkan di atas meja. Hari ini ia menghabiskan waktu cuti di rumah.
"Wajar kalau deg-degan, tapi pasti senang."
"Gimana dia nggak senang, Bun. Nikah udah pasti enak," sahut laki-laki berpostur tinggi yang muncul dengan sepasang anak laki-laki kembar di samping kanan kirinya. Ditambah seorang batita yang dia gendong di punggung.
"Iya, sama seperti kamu. Karena keenakan sampai nggak berhenti bikin aku hamil," sindir Taya pada suaminya yang juga kakak kandung Sisil.
Arman tertawa, kemudian menurunkan Ansel dari punggungnya. Bocah laki-laki itu langsung menghambur ke arah Sisil, meminta dipangku. Sisil mencium pipi keponakannya yang begitu menggemaskan itu.
"Kakak kamu udah berhasil buat aku hamil lagi," ungkap Taya.
"Hamil lagi?" Sisil menaikkan alis. Tak menyangka mereka berdua masih akan kehadiran seorang anak lagi. Ia tadi mengira kalau tiga orang anak laki-laki sudah cukup bagi mereka.
"Iya, udah sebulan usia kandungannya," ujar Arman lalu meraih tangan Taya untuk digenggamnya. "Terima kasih sudah mau mengandung anak aku, Bun."
Taya tersenyum mendengar kata-kata Arman. "Tapi ini yang terakhir, ya ...."
"Kalau itu aku nggak bisa janji, Bun."
Sontak saja sebuah cubitan melayang ke paha Arman. Membuat dia meringis kesakitan lalu tertawa. Namun jelas sekali kalau baik Arman maupun Taya, sama-sama saling mencintai. Sisil bisa melihat sorot mata kakaknya yang selalu penuh rasa sayang pada Taya.
Padahal sebelumnya mereka berdua tidak pernah terlihat akan mengarah ke hubungan yang lebih dari teman. Persahabatan mereka terasa lebih masuk akal dibanding status sebagai pasangan kekasih. Namun mungkin cupid tak pernah mau pilih-pilih kalau ingin melesakkan panah cintanya.
Si kembar Rafa dan Rafi yang berusia enam tahun, sedang asyik bermain bola. Halaman belakang rumah orang tua Sisil terbilang luas dan mendukung untuk melakukan beragam kegiatan. Arman kemudian ikut bergabung dengan si kembar. Di balik perawakannya yang mirip bodyguard, Arman adalah sosok ayah penyayang dan juga baik untuk anak-anaknya.
Ponsel Sisil berdering. Ia lalu melihat nama si penelepon di layar.
Daniel.
"Sini Ansel sama Bunda dulu. Tante Sisil mau jawab telepon." Taya langsung mengambil alih Ansel dari pangkuannya.
Sisil berjalan masuk ke rumah. Dan suara yang didengarnya pertama kali di telepon adalah suara bising seperti di keramaian.
"Ada apa, Dan?" tanya Sisil yang sekarang sudah duduk di sofa ruang keluarga. Namun Daniel tak langsung menjawab karena ia mendengar temannya itu sedang berbicara dengan orang lain di sana. Sisil menunggu sampai Daniel selesai dengan urusannya.
"Sorry, tadi Edo ada sedikit masalah sama kameranya," kata Daniel yang kemudian ada jeda sejenak sebelum laki-laki itu berkata lagi, "Hari ini aku mau berangkat ke Papua."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found a Love for Me [TAMAT]
RomanceMenikah dengan Farid membuka banyak hal yang selama ini tidak Sisil ketahui tentang suaminya. Farid ternyata tidak bisa lepas dari banyak wanita lain di sekelilingnya. Meski Sisil tahu Farid bermain di belakangnya, ia mencoba untuk bertahan. Berhara...