08. Hasil ulangan

158 15 0
                                    

Tandai typo⚠

~Happy Reading~

.

.

Pagi-pagi sekali Zoya sudah berada dalam kelasnya, gadis itu memejamkan mata dengan kepala yang terletak di atas tumpukan tangan. Sesekali helaan nafas panjang terdengar.

Zoya merasa terusik kala suara yang keras memasuki indra pendengarannya. Ia menatap ke arah pintu yang terbuka. Dengan malas, Zoya melangkahkan kakinya menuju sumber suara.

Di sana, Zoya melihat seorang gadis yang ia kenal sedang di tindas. Ingin sekali Zoya bersikap acuh, tetapi entah mengapa ia merasa tak tega. Apa lagi saat melihat punggung gadis itu bergetar.

Zoya melangkah dengan angkuh menghampiri Rena dan para dayang-dayangnya yang masih tertawa melihat keadaan Disha. Zoya bergumam kecil, merasa sebal dengan sikap Disha yang lemah.

"Ngapain? Lagi seneng-seneng? Kenapa gak ngajak gue." Tangan Zoya bertengger di bahu Rena, arah matanya tertuju pada Disha.

Rena berdecih, ia menepis kasar tangan Zoya. "Udah lah, lo gak usah ikut campur!"

Zoya memanggut-manggut. Ia bersedekap  dada. "Sebenernya gue gak mau ikut campur, tapi suara kalian yang berisik itu ganggu acara tidur gue."

Zoya menatap koridor yang mulai sedikit ramai. Pandangannya kini jatuh pada buku tulis yang Disha pegang. Zoya mengambilnya dengan kasar lalu membaca nama yang tertera di sana.

"Lo di bayar berapa? Mau-mau aja lo di suruh dia." Zoya melempar buku itu sembarang arah, hingga membuat pemiliknya melotot tak terima.

"Lo!" Rena ingin kembali berucap, tetapi terpotong oleh bel masuk yang sudah berbunyi.

"Awas aja lo!" Rena berbalik badan meninggalkan Zoya dan Disha.

Zoya menatap Disha yang masih duduk di bawah, sepertinya gadis itu tak ada niatan mau berdiri. "Lo masih mau di situ? Yaudah, gue duluan."

Zoya melangkahkan kakinya, tak mau terlalu lama berada di sana. Menurutnya, percuma ia mengubah penampilan Disha jika akhirnya gadis itu tetap bersikap lemah. Bahkan, dia tetap diam saat dirinya di tindas.

"Hai, Zoya!"

Baru saja Zoya hendak memejamkan mata kembali, tetapi lagi-lagi terurung karena suara itu. Zoya berdecak malas, kemudian menatap Dara datar.

"Tadi malem lo gak pa-pa 'kan? Gue telfonin lo, tapi gak di angkat."

Zoya memutar bola matanya, ia masih ingat betul kejadian tadi malam dimana Dara menghilang begitu saja. "Lo ninggalin gue!"

Dara menyengir lebar. "Ya.. sorry, 'kan gue panik."

"Eh, tapi lo harusnya berterimakasih ke gue! Karena gue, motor kesayangan lo itu gak kena angkut polisi." Dara berucap dengan bangganya.

Mendengar motornya di sebut membuat Zoya menegakkan tubuhnya. "Beneran? Sekarang motor gue dimana?"

"Ada di Robby."

Zoya mengangguk sekilas, kemudian kembali pada posisinya semula. Entahlah, Zoya merasa malas beraktivitas pada hari ini.

"Assalamualaikum, anak-anak. Hari ini ada ulangan harian di mata pelajaran saya, harap masukkan buku ke dalam tas, dan pastikan di kolong meja tidak ada buku satu pun," ucap seorang guru wanita dengan kipas yang selalu dia bawa.

"Yaah, Bu kok gak bilang sebelumnya kalau mau ulangan. Saya belum belajar loh, Bu," seru salah seorang murid.

Guru yang bernama Tiwi itu menatap Tomi garang. "Ya salah kamu! Kenapa tadi malam gak belajar?!"

ZoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang