10. Gelang hitam

163 15 0
                                    


~Happy Reading~

.

.

Hari-hari berganti, kini tiba dimana hari yang paling Zoya benci. Hari senin, dimana semua murid harus rela terkena sinar matahari. Namun, bukan itu masalah bagi Zoya. Zoya tidak suka saat anak-anak OSIS memeriksa penampilannya, dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Zoya berdecak, ia merasa pegal dengan kakinya. Padahal, ia baru berbaris untuk mengikuti kegiatan upacara bendera. Atribut yang di kenakan Zoya lengkap, topi dan juga dasi sudah terpasang rapi. Sangat  jarang Zoya berpenampilan rapi seperti ini, bahkan biasanya seragam sekolah yang harusnya di masukkan malah dengan sengaja Zoya keluarkan. Zoya pernah bilang ia tidak mau terlihat culun dengan baju di masukkan.

"Ck, lama banget dimulainya," gerutu Zoya. Gadis itu menurunkan sedikit topinya agar matahari tak mengenai wajahnya.

Tepukan di bahunya membuat Zoya terperanjat. Untung saja ia tak berkata kasar. Zoya menoleh, ia memutar bola mayanya saat salah anggota OSIS itu meneliti penampilannya.

"Sepatu lo bewarna putih, aturannya sepatu sekolah harus hitam. Rambut juga, gak boleh di warna. Lo maju ke depan, baris sama anak-anak yang gak di siplin lainnya."

Zoya mendesis tak suka. "Apaan sih lo. Yang penting 'kan atribut gue udah lengkap. Gak usah ngatur-ngatur gue deh,  lo!"

"Tapi itu peraturan sekolah."

Zoya hendak kembali beebicara, tetapi Dara mendahuluinya. "Udahlah, Zoy. Mending lo kedepan aja. Guru-guru gak bakalan belain lo, yang ada mereka bakalan belain para murid kesayangannya ini."

Zoya melirik ke arah gadis dengan name tag 'Fatimah Andara'. Zoya mendengus lalu berjalan ke tengah lapangan, dimana semua murid yang tidak disiplin dikumpulkan.

Azka menatap Zoya, barisan mereka yang bersebelahan membuat Azka mendengar apa yang Zoya dan anak OSIS tadi bicarakan. Azka menatap dasi yang dikenakannya, satu ide terlintas di benaknya. Azka melepas dasi yang sudah terpasang rapih, lalu memasukkannya ke dalam kantung celana. "Woy, Sukiman. Gue gak bawa dasi, nih. Berati gue harus baris ke depan, 'kan?"

Elvino dan Davian menatap Azka tak percaya, padahal tadinya Azka memakai atribut lengkap.

"Az, lo jangan gila deh. Dasi lo 'kan--"

Davian tak melanjutkan ucapannya kala tangan Azka menutup mulutnya. Entah apa yang cowok itu lakukan.

Anggota OSIS yang Azka panggil itu menoleh dengan bingung. "Lo manggil gue?"

"Ya iya lah, siapa lagi."

"Nama gue Gunawan, bukan Sukiman, jauh banget. Udah sana, ke depan."

Azka tak menjawab lagi, ia melangkahkan kaki menuju barisan depan dengan santainya. Senyum Azka mengembang saat dirinya berada di dekat Zoya, tetapi tak lama senyum itu memudar, saat melihat Zoya tengah berbincang dengan cowok lain. Dan Azka, tidak menyukai itu.

Azka menerobos kerumunan hingga kini ia berada di tengah-tengah antara Zoya dan cowok yang tidak ia kenali itu. Azka menoleh ke arah Zoya dengan senyum tipisnya lalu menatap cowok berkacamata di sisi kirinya dengan tajam.

"Lo ngapain sih!" Zoya merasa risih karena Azka berdempetan dengannya. Ia menggeser tubuhnya menjauh.

Azka diam. Ia menatap keringat yang keluar di pelipis Zoya. Upacara bendera masih belum selesai, dan perkiraan masih lama lagi. Azka menatap Zoya dengan cemas, ia takut gadis  itu pingsan seperti di drama-drama yang pernah ia lihat.

ZoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang