19. Basket

113 15 2
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

Bel berdering menunjukkan bahwa pergantian jam pelajaran. Kini kelas yang ditempati Zoya tengah ricuh karena hari ini adalah jadwal olahraga. Murid-murid perempuan berjalan keluar kelas dengan kaos olahraga yang berada di tangannya. Sementara Zoya, gadis itu masih santai di tempatnya.

Zoya melirik ke arah Dara yang sedari pagi hanya diam. Gadis itu nampak berbeda dengan biasanya. Ya, Zoya tahu masalahnya. 

"Gue duluan," ucap Zoya yang tak mendapat respon sama sekali. Perlahan, ia meninggalkan Dara yang menelungkupkan kepalanya di antara lipatan tangan.

Zoya membuka lokernya guna mengambil kaos olahraga miliknya. Zoya menatap loker yang telah terbuka. Loker yang tak pernah ia kunci itu kini dipenuhi dengan coklat serta surat, dan jangan lupakan beberapa tangkai bunga mawar yang ikut memenuhi loker. Zoya berdecak, mungkin lain kali ia harus mengunci lokernya itu.

Zoya mengambil kaos olahraganya yang berada di tumpukan paling bawah. Dan tanpa sengaja, Zoya menjatuhkan setangkai mawar dan sepucuk surat yang menarik perhatiannya. Pasalnya, dari puluhan mawar berwarna merah, mengapa terdapat setangkai mawar hitam. Dan juga surat yang ikut serta berwarna hitam. Karena penasaran, akhirnya Zoya memilih untuk membawa keduanya ikut bersamanya.

Gadis itu memasuki salah satu bilik kamar mandi, dan mengganti pakaiannya disana. Tak membutuhkan waktu lama, kini Zoya telah memakai baju olahraga. Zoya membiarkan rambutnya tergerai.

"Zoya."

Zoya sedikit terkejut karena kehadiran Dara yang tiba-tiba. Gadis itu berdiri di depan bilik kamar mandi dengan kepala menunduk.

"Kenapa?"

Dara mendongak, ia memilik ujung jarinya. "Gue sebenernya gengsi sih. Tapi, gue mau minta maaf!" ujar Dara dengan mempercepat ucapannya di akhir kalimat.

"Buat apa?" balas Zoya. Gadis itu menyenderkan tubuhnya pada dinding, lalu menatap Dara intens.

"Ya... masalah yang kemarin itu. Gue sadar, gue terlalu kekanak-kanakan."

"Lagian, gue juga cantik, pasti banyak yang mau sama gue. Pokoknya, gue harus bisa move on dari dia!" imbuhnya dengan diiringi kekehan.

Zoya meraup wajah Dara dengan tangannya, ia merasa sebal sekaligus senang mendengar perkataan gadis itu. "Kemarin aja nangis-nangis. Lo gak ngerti perasaan gue, Zoy," ejeknya dengan menirukan kalimat yang kemarin terucap dari bibir Dara.

Dara berdecak sebal. Wajahnya cemberut kala mendengar ucapan Zoya. "Udahlah, anggap aja kemarin itu gak terjadi."

Zoya menggelengkan kepalanya, sifat gadis di depannya ini memang susah ditebak. Ia melirik ke arah bahunya, dimana lengan Zoya bertumpu disana. Keduanya berjalan menyusuri koridor. Zoya tersenyum tipis, saat mendengar celotehan dari bibir Dara. Akhirnya gadis itu kembali seperti semula.

Sampai di kelas, Zoya hendak menyimpan setangkai mawar yang ia pegang. Namun, aktivitasnya terhenti kala sura Dara mengintrupsi.

"Apa itu?" tanya Dara.

"Mawar."

"Dari siapa? Atau jangan-jangan lo punya pacar?" tanya Dara menatap Zoya penuh selidik. Zoya sendiri mengangkat bahunya pertanda tidak tahu.

"Pinjem suratnya dong. Gue bacain deh," tawarnya dengan senyum pepsodent. Dirinya sangat penasaran dengan isi surat yang nampak indah itu.

"Ogah," tolak Zoya. Gadis itu menyimpan surat itu di dalam tas.

ZoyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang