Berbaring di atas kasurnya sendiri, HyeSoo masih tidak habis pikir bagaimana bisa selama ini orang yang berusaha untuk membunuhnya dan selalu mengancamnya adalah saudaranya sendiri. Seseorang yang ternyata masih berhubungan darah dengannya. Hal yang lebih HyeSoo terkejut adalah fakta Ichiro yang berusaha untuk menutupi ini semua, seakan-akan HyeSoo tidak berhak untuk tau kebenarannya hanya karena dia kehilangan sebagian dari ingatannya itu. Justru, dengan fakta bahwa ingatannya sudah hilang membuatnya merasa semakin menderita. Dia berharap bisa mengingat sesuatu tentang Shigaki. Bila mereka berhubungan darah, pasti ada sesuatu yang membuatnya menarik.
Dengan susah payah HyeSoo berusaha untuk mengingat sesuatu. Bukannya jawaban yang dia dapatkan, justru sakit kepala menghantamnya kuat. HyeSoo meringis dan mengerang kecil, mencoba untuk menahan rasa sakit yang terus bertambah. Dia merasa muak, muak dengan dirinya sendiri juga dengan semua yang ada di hadapannya. Mengapa dia tidak bisa mengingat apa-apa? Mengapa dia harus menderita seperti ini hanya karena keluarganya? Karena sudah tidak tahan, HyeSoo akhirnya keluar dari kamarnya dan langsung mencoba mencari obat untuk meredakan sakit kepalanya. Dia berusaha untuk membuat suara sepelan mungkin, tidak ingin ibunya yang sudah tertidur terbangun karenanya.
"Di mana? Sial ... di mana Eomma menyimpannya?" Satu hal yang HyeSoo sadari dan merasa bersyukur adalah karena Bahasa Koreanya yang semakin fasih. Jika dia bertemu dengan orang asing, mereka tidak akan mengira kalau HyeSoo bukan berasal dari Korea.
Setelah beberapa menit, dipenuhi dengan suara erangannya, HyeSoo menemukan obat pereda sakit dan langsung meminumnya seperti dia sudah biasa. Dia bahkan tidak membaca instruksi yang ada di sana sebelum kembali masuk ke dalam kamarnya. Begitu melihat kasurnya, HyeSoo langsung membaringkan tubuhnya dan menutup mata, berharap bisa beristirahat tanpa ada rasa sakit sama sekali. Cara kerja obat tersebut atau mungkin karena HyeSoo yang salah menggunakan, bekerja lebih cepat. Tidak butuh waktu lama baginya untuk terlelap. Pikirannya dibuat tenang dan matanya juga terasa berat. HyeSoo benar-benar dibawa ke alam mimpi terdalam.
HyeSoo yang tertidur terbangun dengan mendengar suara ketukan pintu yang tidak kunjung berhenti. Rasa sakit kepala yang semula sudah hilang kini perlahan kembali dengan suara gedoran yang nampak ingin merubuhkan seluruh rumah. Dengan gontai, HyeSoo berjalan menuju pintu, membukanya untuk mendapati seseorang di luar sana dengan tangan yang siap untuk mengetuk kembali. Nyaris kepala HyeSoo menjadi tempat untuk mengetuk tersebut. Entah apa yang akan terjadi kepadanya bila memang orang tersebut mengetuk kepala HyeSoo. Ada beberapa reaksi yang mungkin akan dia berikan, salah satunya membanting sang lawan bicara tanpa ampun.
"Apa?" tanya HyeSoo ketus. Orang yang di hadapannya, dengan sangat tidak disangka, adalah dokter itu. "Kau mengganggu tidurku dan membuatku kembali merasa sakit kepala."
"Justru karena itu aku datang." HyeSoo mengerutkan keningnya ketika mendengar balasan sang dokter. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang berjalan di kepalanya. Dia juga tidak mengerti apa yang diinginkan oleh dokter ini. "Masuklah. Kau tidak ingin ibumu mendengar, kan?"
Bujukan singkat tersebut berhasil membuat HyeSoo sadar akan posisinya. Dia merengutkan wajahnya dan mempersilahkan dokter itu masuk ke dalam. Tanpa basa-basi, HyeSoo langsung duduk di kursinya dan menunggu sang dokter untuk memeriksa keadaannya sekarang. Hanya dalam sekali lihat, dia bisa menyadari kalau HyeSoo semakin tidak baik-baik saja. Dia bahkan tidak bisa menjamin anak tersebut bisa bertahan lebih lama lagi dengan sikapnya yang keras kepala. Sebuah helaan keluar begitu saja, berhasil menimbulkan kerutan di kening gadis yang bersamanya. HyeSoo sangat mengerti dengan maksud helaan tersebut, jelas seperti ingin berkata dia lagi-lagi membuat masalah.
Bermenit-menit lamanya hanya ada keheningan di antara mereka. HyeSoo terus menurut selama sang dokter melakukan pemeriksaan. Kalau boleh jujur, HyeSoo merasa sangat takut juga penasaran dengan hasil kali ini. Dia harus tau berapa lama dia akan bertahan dengan semua tekanan yang dia terima. Tidak ingin mengacaukan segalanya atau membawa orang lain ke dalam masalah, HyeSoo juga tau cara untuk menjaga dirinya sendiri. Bila tubuhnya sudah tidak bisa bertahan, dengan sangat disayangkan dia akan mundur beberapa saat sampai tubuhnya kembali kuat. HyeSoo benci menjadi lemah, tapi dia berharap kondisinya yang sekarang tidak akan mempengaruhi ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
秘密 - Himitsu {COMPLETED}
FanficIt all started by mistake. Apa yang akan dilakukan seorang gadis keturunan Jepang-Korea ketika mendapati sang ayah mengalami koma ketika bekerja? Keluarganya yang menyimpan banyak hutang seketika mendapat tuntutan dari sekitarnya hingga gadis terse...