Aestale's Note
Halo semuanya, baru bisa nyapa.
Mungkin memang gak banyak yang baca cerita ini. Tapi, terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca, vote, dan komen. Jika ada saran, kritik, dan masukan, sangat dipersilahkan ya.Di cerita ini, aku buat Chanyeol emang agak brengsek hehe. Padahal, dia bias aku. Hahaha. Soalnya, aku gemes banget sama Wenyeol, tapi gak bisa menutup mata juga sama Chanrosé.
Anyways. Aku bukan penulis. Hanya orang gabut yang suka ngetik. Jadi, jangan sungkan kalau misalnya ada kekeliruan dalam cerita ini. Jikapun ada Typo, itu bonus. Manusiawi, tolong dimaafkan dan diberitahu, kalau gak keberatan.
Mari berteman, kalian bisa panggil aku Ale. Salam kenal dan selamat membaca.
Tertanda,
Aestale 🥀______________________
Perlahan gedung-gedung tinggi mulai bergerak bersamaan dengan sebuah mobil silver melaju, membelah jalanan Seoul siang ini. Di kursi penumpang bagian belakang, Wendy duduk sendirian. Gadis 27 tahun itu tengah menanti mobil yang ditumpanginya sampai tujuan.
Gaun putih, cantik, dan mewah yang membalut tubuh Wendy menjadi perpaduan yang sangat sempurna dan sangat disayangkan jika dilewatkan oleh netra. Perempuan cantik itu bak seorang putri raja yang keluar dari buku dongeng. Rambut cokelatnya ditata sederhana dengan sedikit sentuhan hairpin mutiara berbentuk bunga, riasan tipis yang menghiasi wajah cantiknya memperelok tampilan gadis kelahiran 21 Februari itu.
Perlahan bibir merah mudanya melengkung, mengukir sebuah senyuman tipis. Akhirnya hari ini tiba, hari yang Wendy tunggu-tunggu, hari di mana dia keluar dari rumah itu dan meninggalkan 'penyihir' yang bahkan Wendy sendiri tak sudi untuk sekedar menyebut namanya.
Bukan tanpa alasan Wendy menjadikan pernikahannya bersama Chanyeol sebagai bentuk pelarian dirinya. Entah apa tujuan dari mendiang ayahnya yang memberi wasiat, agar Wendy terus terikat pada ibu tirinya selama gadis itu masih melajang.
"Nona, apa saya perlu menghubungi Nyonya untuk menjemput Anda di luar gedung. Sepertinya banyak wartawan yang menanti di sana."
Ucapan sang sopir mengintrupsi lamunan Wendy. Dia segera menglongok, memeriksa gedung pernikahan yang tinggal berjarak beberapa meter di depan sana. Dan benar saja, kerumunan orang berbaju hitam dengan berbagai macam bentuk kamera sudah berkumpul di sana.
"Tch, padahal hanya pernikahan. Kenapa bisa seramai ini?!" gerutunya pelan.
"Bagaimana, Nona?" tanya sang sopir lagi.
"Tidak perlu. Saya tak mau merusak hari baik ini! Lagipula, Siwon Ahjussi sudah menanti saya di sana." ucap Wendy.
Sang supir di bangku kemudinya terlihat menganggukkan kepalanya.
Perlahan Bentley Continental berwarna silver itu terparkir tepat di depan pintu masuk gedung mewah yang akan menjadi tempat pernikahan Wendy dan Chanyeol berlangsung. Sesaat pintu mobil terbuka, kerumuman wartawan dan paparazi dengan otomatis terbelah, mereka tak henti membidik sang mempelai wanita dengan lensa kamera mereka.
Kini Wendy berjalan masuk ke dalam gedung sambil menggandeng adik dari mendiang ayahnya--Siwon. Pria tinggi berlesung pipi itu tak henti tersenyum. Sesekali, Siwon melirik gadis cantik yang sudah dia anggap sebagai putri sendiri.
"Kamu gugup?" tanyanya.
Wendy menolehkan kepalanya. "Sedikit. Tapi, tidak terlalu. Oh ya Ahjussi. Bisa tunggu dulu di sini. Aku perlu ke toilet dulu, sebentar. " ucapnya.
Setelah mendapat anggukkan dari Siwon, Wendy berjalan ke salah satu bagian gedung. Langkah kakinya terkesan buru-buru. Dengan sedikit mangangkat gaun putihnya, Wendy berlari kecil.
Tapi, belum sampai langkah kaki itu membawanya ke dalam toilet, tubuhnya lebih dulu bertabrakkan dengan seorang perempuan cantik berambut merah muda. Perempuan itu tersungkur sambil meringis kesakitan.
Wendy langsung membungkuk, meminta maaf. "Mianhae. Anda tidak terluka, kan?" tanyanya.
Wendy segera mengulurkan tangannya untuk membantu perempuan itu berdiri. Tapi, tangannya hanya menggantung di udara tanpa mendapat balasan.
Perempuan dengan baju sedikit terbuka itu berdiri sambil membersihkan pakaiannya. "Senang bisa bertemu denganmu secara langsung, Son Wendy!", ucapnya.
Wendy hanya tertegun. Tapi, perempuan itu terkekeh pelan.
"Ah bodoh sekali. Kenalkan Aku Roséanne Park. Panggil saja Rosé." ucap Rosé sambil membalas uluran tangan Wendy.
Wendy kembali melepaskan jabatan tangan itu. "Maaf, apa saya mengenal Anda?" tanyanya.
"Sepertinya tidak. Tapi, calon suamimu mengenal aku dengan baik." ucap Rose.
Kening Wendy langsung mengkerut.
"Aku mantan kekasih Chanyeol. Tapi, tenang saja. Meski aku benci pernikahan, aku datang ke sini tanpa niat menghancurkan penikahan kalian berdua. Tadinya, aku mau menyaksikan pernikahan kalian juga. Tapi sayangnya, jadwalku terlalu padat." ujar Rosé.
Wendy tak merespon apapun. Dia hanya mengatupkan bibirnya sambil memandangi perempuan di depannya dari atas hingga bawah. Rosé itu benar-benar seperti bunga mawar yang menjadi kesukaan setiap orang. Cantik dengan dandanan yang sedikit lebih mencolok dibanding orang biasa.
Perempuan itu telihat merogoh tas kecil yang dibawanya.
"Selamat atas pernikahan kalian. Aku hanya ingin mengembalikan ini." ucap Rosé sambil memberikan sebuah vape ke tangan Wendy.
Wendy hanya memandangi vape berwarna galaksi yang terbuat dari titanium itu.
"Tadi pagi Chanyeol meninggalkannya di kamarku. Sebenarnya beberapa pakaiannya juga masih tertinggal. Tapi, aku lupa membawanya. Mungkin lain kali saja." sambung Rosé.
Wendy tersenyum tipis. Tangannya langsung menggengam vape itu dengan erat. "Terima kasih sudah mengembalikannya. Padahal Anda bisa menyimpannya sebagai kenang-kenangan." ucapnya.
Rosé mendekatkan wajahnya ke telinga Wendy. "Maaf, karena kamu harus menikahi mainan yang sudah lama kupakai." bisiknya.
Bisikan dari Rosé membuat Wendy meremat vape dalam genggamannya dengan erat, meski raut wajahnya tak berubah sama sekali.
"Oh ya, Chanyeol itu sangat ganas di ranjang. Semoga berhasil!" sambung Rosé sambil menepuk pundak Wendy sebelum dia kembali melangkahkan kakinya lagi.
Tapi langkah kaki Rosé terhenti karena cekalan tangan dari Wendy.
"Tunggu!" ucap Wendy.
Rosé memandangi cengkeraman tangan Wendy pada lengannya, kemudian dia beralih menatap wajah Wendy.
"Wae?", tanya Rosé.
"Sebenarnya, aku tak peduli masa lalu Chanyeol denganmu seperti apa. Tapi mulai hari ini, dia akan jadi suamiku. Aku harap, mulai hari ini juga kamu tahu posisimu ada di mana!" final Wendy sambil menghempaskan cengkeraman tangannya dan langsung meninggalkan Rosé yang masih mematung di sana.
<<<>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
TRICHER | Wendy, Chanyeol, Rosé
Fanfiction"Keterpaksaan berujung pengkhianatan" Chanyeol menempatkan Wendy dan Rosé pada sebuah neraca kehidupan yang tak pernah seimbang. Jika Wendy menari dalam kebahagiaan, maka Rosé yang berkubang dalam kenestapaan. Begitu seterusnya. Bagi Chanyeol, Rosé...