12

177 49 13
                                    

"Wah, hari yang sangat melelahkan."

Wendy menggeliat sambil meregangkan badannya. Dia melempar tas kecilnya ke atas ranjang dan segera duduk di depan meja rias untuk membersihkan wajahnya yang seharian ini tertutup make up tebal. Acara malam tadi benar-benar sesuai dengan ekpektasi Wendy. Tapi, sepertinya tidak bagi Chanyeol. Pria itu sepertinya enggan untuk mengeluarkan suaranya. Wendy memperhatikan Chanyeol dari pantulan cermin di depannya. Pria itu hanya duduk di tepi ranjang sejak tadi. Entah apa yang ada di kepalanya, tapi pria itu terus menatap Wendy.

"Terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk menghadiri acaraku." ucap Wendy lagi.

Chanyeol yang diajak bicara, hanya terus menatap Wendy. "Wendy, apa maumu sebenarnya?!" tanyanya.

Satu demi satu make up di wajahnya Wendy hapus. Dia malah menyeringai saat mendengar pertanyaan dari Chanyeol. "Maksudmu?" tanyanya.

Tak ada jawaban dari pria itu. Keheningan Chanyeol membuat Wendy menghentikan kegiatannya. Dia sengaja mendekati suaminya itu. "Oh... Apa ini tentang mantan kekasihmu? Kenapa? Kamu keberatan? Bukankan kalian sudah tak memiliki hubungan lagi?" tanyanya lagi.

"Jangan buat aku marah Wendy!"

"Apa salah, jika aku menjadikan wanita itu sebagai model perhiasanku? Dia bahkan menerima dengan baik. Kenapa kamu marah?" sahut Wendy dengan santai.

Chanyeol beranjak dari duduknya. Dia mengcengkeram wajah Wendy kuat-kuat. Bahkan sorot matanya sudah dipenuhi kabut amarah. "Aku benar-benar bisa marah Son Wendy!"

"Argh! Chanyeol! Sakit! Brengsek!" Wendy menggeram kesakitan sambil mencoba melepaskan cengkeraman tangan itu dari wajahnya.

"Kamu mau tahu apa itu rasa sakit?!"

Chanyeol mengangkat dan membantingkan tubuh mungil Wendy ke atas ranjang dan dengan cepat mengkungkung perempuan cantik itu di bawah kakinya.

"A-apa yang ma-mau kamu laku-kan?" tanya Wendy dengan terbata-bata. Dia begitu ketakutan melihat Chanyeol yang seakan menjadi orang berbeda. Entah orang berbeda atau mungkin memang wujud asli seorang Park Chanyeol.

Sretttt!

Tanpa ampun, Chanyeol merobek pakaian Wendy, melucuti setiap lehai kain yang menutupi kulit putih Wendy. Chanyeol menyeringai melihat tubuh polos Wendy di bawahnya. Chanyeol tak pernah mengira tubuh perempuan yang dia nikahi itu akan seindah ini.

"Kamu istriku kan? Layani aku. Aku menginginkannya sekarang juga!"

"Kau gila!"

Teriakkan Wendy seakan bisu di telinga Chanyeol. Pria itu malah menarik dasi yang melingkar di lehernya dan mengikat kedua lengan Wendy yang terus menganggunya menggunakan dasi itu. Dengan cepat Chanyeol mencumbu perempuan di bawahnya dengan penuh nafsu.

"Bajingan!" Wendy kembali berteriak saat bibir Chanyeol lepas dari bibirnya.

"Kamu menyebut suamimu dengan kata-kata kasar seperti itu. Sayang... Aku tak suka bibirmu yang manis ini mencaciku." Chanyeol mengusap bibir Wendy yang masih basah karena salivanya.

Wendy bergerak tak karuan, mencoba melepaskan diri dari kungkungan itu. Kakinya menendang-nendang tanpa arah. Namun, sekuat apapun Wendy mencoba untuk melawan, dia tak bisa mengibangi Chanyeol. Pria itu melucuti seluruh pakaiannya di tengah kegiatan brutalnya di atas dada Wendy.

Malam itu pun menjadi mimpi buruk bagi Wendy. Chanyeol mengagahinya tanpa belas kasih. Pria itu seperti binatang buas yang tak punya nurani sebagai seorang manusia.

"Arghhh... Hentikan Chanyeol... Kumohon..."

Berulang kali Wendy memohon pada Chanyeol. Tapi berulang kali juga Chanyeol menanamkan benihnya di dalam rahim Wendy. Chanyeol menarik pinggang Wendy agar miliknya tenggelam makin dalam.

Lolongan dari Chanyeol lepas begitu saja saat milik Wendy mencengkeram kuat miliknya. Namun Chanyeol terus mendesahkan nama Rosé dari bibirnya. Bajingan itu benar-benar menghancurkan harga diri Wendy.

Akhirnya, tangisan Wendy dan desahan dari keduanya menjadi lagu kematian untuk Wendy.

Benar, Wendy lebih memilih mati daripada harus diperkosa oleh binatang seperti Chanyeol. Malam mengerikan ini seolah takkan pernah berakhir. Wendy yang sudah tak mampu untuk bertahan lagi, akhirnya kehilangan kesadarannya.

Hingga hari pun sudah berganti. Wendy mulai membuka matanya perlahan dan mendapati sekujur tubuhnya begitu kesakitan. Bahkan untuk bergerak pun Wendy tak mampu. Wendy mengerenyit saat merasakan sebuah handuk basah menempel di dahinya. Dia melempar handuk kecil itu dengan emosi.

Ternyata malam mengerikan itu bukanlah sebuah mimpi buruk. Tapi, sebuah kenyataan yang membuat Wendy membenci dirinya sendiri. Tubuhnya tak memakai sehelai kain pun. Aroma tubuh Chanyeol masih menempel di tubuh Wendy.

"Kubunuh kau! Park Chanyeol!" Wendy berteriak emosi.

Dipandanginya kamar yang berantakan seperti sudah terjadi perang. Pakaian berserakan di mana-mana, semua benda pergi meninggalkan tempat mereka masing-masing, tak sedikit pula pecahan kaca yang berceceran. Tapi, bajingan itu sudah tidak terlihst lagi batang hidungnya.

Dengan susah payah, Wendy bangkit dari ranjangnya. Dia melilitkan selimut tebal di tubuhnya, menutupi tubuh polosnya. Dia segera masuk ke kamar mandi dan kembali mencaci dirinya sendiri saat melihat bagaimana tubuhnya penuh dengan tanda kepemilikan Chanyeol.

"Arghhhh!! Bajingan!" Wendy kembali berteriak.

Urung untuk membersihkan dirinya, Wendy memilih untuk mengeluarkan seluruh isi lemarinya, mencari kartu nama Chanyeol yang sengaja dia sembunyikan.

Wendy tersenyum miring saat menemukan kartu berwarna hitam itu.

"Baiklah Chanyeol! Jangan salahkan aku, jika aku juga menghancurkan milikmu!"

<<<>>>

TRICHER | Wendy, Chanyeol, RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang