Merangkak dari ranjangnya, menatap langit biru dari balik jendela, angin sepoy-sepoy menyapa lembut wajah cantiknya, dan sesekali menerbangkan rambut panjang merah muda yang kini masih sangat berantakan. Matahari sebenarnya sudah ada di atas kepala, tapi Rosé baru terbangun dari tidurnya semalaman penuh.
Jika saja Rosé tidak memiliki jadwal untuk hari ini, tak sudi bagi Rosé untuk beranjak dari ranjang hangatnya. Apalagi menghentikan mimpi indahnya tadi malam.
Dan kini perutnya malah sangat lapar. Biasanya, pagi-pagi sekali Chanyeol akan datang dan membawakan berbagai macam makanan kesukaan Rosé.
Pria itu akan tiba-tiba masuk kamar Rosé dan berteriak sekencang-kencangnya.
"Sayanggggg... Amunisi pagi datang..."
Chanyeol itu seperti alarm hidup untuk Rosé, Chanyeol akan memeluk dan menciumi seluruh wajah Rosé. Hingga Rosé yang sebenarnya tak bisa bangun pagi itu, benar-benar bisa bangun dengan cepat pagi-pagi buta.
Tapi, sekarang...
Ah sudahlah, Rosé tak mau memikirkan laki-laki itu lagi. Rosé bukanlah tipe perempuan licik yang menghancurkan pernikahan orang lain. Rosé selalu berpikir, tanpa perlu mengotori tangannya sekali pun, setiap pernikahan akan selalu hancur. Entah karena pihak ketiga atau waktu dan Tuhan sendiri yang menghancurkannya.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu kamarnya mengalihkan perhatian Rosé. Dia menolehkan kepalanya. Mata sayunya menatap pintu yang masih tertutup itu dengan malas.
"Rosé, boleh aku masuk?"
Suara laki-laki yang terkesan berat itu terdengar dari balik pintu.
"Masuk aja Jae, gak dikunci!" jawab Rosé.
Pintu kamar Rosé langsung terbuka. Di ambang pintu itu berdiri laki-laki tampan dengan lesung pipi di pipi kiri dan kanannya
"Ya Tuhan! Rosé! Tak bisakah kamu berpakaian dengan benar saat aku masuk?!" pria itu langsung nyembur saat melihat penampilan Rosé di atas ranjang sana.
Saat ini, Rosé memang hanya menggunakan gaun tidur tipis yang bahkan sebagian bajunya tersingkab tak karuan.
"Ayolah Jung Jaehyun, bahkan kita pernah mandi bersama!" sahut Rosé.
"Park Chaeyoung, saat itu kita masih kecil." timpal Jaehyun tak terima.
Rosé mendekati Jaehyun. Dia berjinjit untuk mengusak rambut legam pria itu. "Oho.. Apa sekarang Jaehyun-ku sudah sangat besar?" tanyanya.
Jaehyun kembali merapikan rambutnya yang berantakan. Pria berkemeja hitam itu mendesis kesal. "Berhentilah menganggapku sebagai anak kecil, kita hanya selisih 3 hari." gerutunya.
"Tetap saja! Aku sudah mengalami manis pahitnya hidup di dunia ini selama tiga hari. Sedangkan kamu, bahkan belum menghirup udara di dunia ini sama sekali." timpal Rosé
"Terserah apa katamu! Cepat siap-siap ada jadwal pemotretan hari ini."
Bukannya beranjak untuk bersiap-siap. Rosé malah melompat, bergelanjut manja layaknya seekor koala di punggung Jaehyun. "Tapi cacing-cacing di perutku lebih penting. Mereka sangat kelaparan." rengeknya.
"Turun! Atau aku lempar ke luar jendela!" ancam Jaehyun.
"Lempar saja. Aku tak takut! Setelah aku mati, kamu akan jadi orang pertama yang aku hantui." balas Rosé.
Perempuan cantik itu malah mengeratkan pelukannya, melingkarkan kedua lengannya di leher Jaehyun hingga pria itu tercekik. Bahkan, kedua kaki Rosé juga ikut melingkar di perut Jaehyun.
Jaehyun menggulirkan matanya. Jika bukan kewajibannya sebagai manager dan persahabatan asimetrinya dengan Rosé, mana mau dia berhubungan dengan perempuan seperti Rosé. Namanya saja seperti bunga mawar, bagi Jaehyun, Rosé lebih mirip benalu. Sejak dulu, Jaehyun selalu menjadi tameng dari kelakuan nakal Rosé.
"Jaehyun... Aku mau makan... Tolong masak sesuatu untukku. Semangkuk ramyeon juga gak masalah, yang penting aku bisa makan." Rosé kembali merengek di atas punggung Jaehyun.
"Turun! Aku bukan si brengsek Chanyeol yang selalu menuruti kemauanmu!" sentak Jaehyun.
Entah karena sentakan itu atau kata-kata yang keluar dari bibir Jaehyun, hati Rosé sedikit terbetrik. Mood-nya seketika hancur. Dia turun dari dari punggung Jaehyun. Wajah cantiknya langsung berubah menjadi dingin. Dia bergegas mengambil pakaiannya dengan brutal. Bahkan suara pintu lemari yang tertutup begitu nyaring.
Jaehyun yang menyadari perubahan suasana hati Rosé, langsung meraih tangan model cantik itu dan mengenggamnya.
"Maafkan aku. Aku tak bermaksud menyinggungmu. Demi Tuhan." ucap Jaehyun.
Rosé menepis genggaman tangan Jaehyun dengan kasar. "Tidak, kamu benar. Kamu bukan Chanyeol!" ucapnya.
Perempuan cantik itu langsung masuk ke kamar mandi. Memang benar, sampai kapanpun takkan pernah ada yang seperti Chanyeol, bagi Rosé.
Setelah hampir setengah jam membersihkan diri, Rosé keluar kamar mandi dengan handuk kecil yang melingkar di tubuhnya. Jaehyun sudah tak terlihat lagi sana. Tapi, di atas meja dekat ranjangnya terhidang semangkuk ramyeon yang masih mengepulkan asap tipis.
Rosé mendekati meja itu. Ada sebuah sticky note juga yang menempel di samping mangkuk itu.
Rosé tersenyum tipis saat membaca sticky note itu. Memang tipikal seorang Jung Jaehyun, pikirnya
<<<>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
TRICHER | Wendy, Chanyeol, Rosé
Fanfiction"Keterpaksaan berujung pengkhianatan" Chanyeol menempatkan Wendy dan Rosé pada sebuah neraca kehidupan yang tak pernah seimbang. Jika Wendy menari dalam kebahagiaan, maka Rosé yang berkubang dalam kenestapaan. Begitu seterusnya. Bagi Chanyeol, Rosé...