09

143 48 3
                                    

When I was younger I saw my daddy cry
And curse at the wind
He broke his own heart and I watched
As he tried to reassemble it.

Seorang seniman jalanan membuat Rosé tergugu dalam diam, terpaku dalam bungkam. Langkah kaki Rosé tiba-tiba terhenti. Rosé urung untuk masuk ke dalam mobil. Di tempatnya, pandangan Rosé tak lekang menatap seorang gadis yang asyik dengan gitarnya. Setiap petikan gitar gadis itu, mengiris hati Rosé. Ke-enam senar panjang itu seakan membawa Rosé pada sebuah kenangan akan sebuah lagu. Lagu yang pertama kali dia nyanyikan untuk seseorang. Setiap lirik lagu yang dilantunkan gadis itu, membuat hati Rosé kembali terenyuh sekaligus teringat.

Rosé masih mengingat dengan betul. Hari itu teriknya mentari tak membuat Rosé enggan untuk bernyanyi, bersama deru ombak biru yang menyapanya dan kicau burung yang menari dibawah langitnya, Rosé mulai memetik setiap nada dari senar gitarnya, menyanyikan sebuah lagu yang sama dengan lagu yang saat ini Rosé dengan dari gadis itu.

And my momma swore
That she would never let herself forget
And that was the day that I promised
I'd never sing of love if it does not exist
But darling, you are the only exception

Rosé sangat ingin bernyanyi seperti dulu lagi, tapi Rosé seakan patah lidah. Bibirnya terus bungkam meski batinnya ikut bernyanyi dalam kesunyian. Senyuman getir tercipta dari wajah cantiknya, Rosé melihat dirinya yang dulu dari diri gadis itu, gadis itu bak kuncup mawar yang lugu dan penuh dengan impian. Namun sekarang, Rosé bukanlah bunga mawar itu. Kini, Rosé benar-benar menjadi mawar yang telah kehilangan kelopaknya. Mawar yang sudah kehilangan keindahan dan mahkotanya.

Rosé memalingkan wajahnya, memutus pandangannya pada gadis itu. Dia mengeratkan genggaman tangannya pada gagang pintu mobil di depannya. Sekarang Rosé ragu akan makna lagu itu. Karena, dalam hidupnya tak pernah ada pengecualian dan cinta itu tak pernah ada. Meski ada, mereka akan tetap pergi saat Rosé membuka mata.

I know you're leaving in the morning
when you wake up.

Sama seperti Chanyeol yang pergi saat Rosé membuka matanya.

Bohong, jika Rosé baik-baik saja saat Chanyeol pergi. Munafik, jika Rosé tak marah saat Chanyeol tak mempertahankannya. Tapi, apa yang bisa Rosé lakukan sekarang. Jangankan bernyanyi, Rosé bahkan enggan untuk menyentuh senar gitar. Senar gitar yang selalu membuat Rosé bergetar takut.

Kadang, Rosé ingin berhenti tersenyum di depan kamera. Kadang, Rosé ingin berhenti memamerkan durinya.

Tapi, lagi dan lagi. Rosé hanyalah mawar berduri yang kehilangan kelopaknya.

"Rosé, cepat masuk! Kita akan terlambat!"

Ucapan Jaehyun dari dalam mobil, mengembalikan pikiran Rosé yang berkelana jauh. Perempuan cantik itu segera masuk ke dalam mobil, meninggalkan gadis kecil, lagu, dan kenangannya di sana.

Dari kursi kemudi, Jaehyun memeriksa keadaann Rosé dari pantulan cermin di atas kepalanya. Perempuan cantik yang duduk di kursi belakang itu membuat Jaehyun khawatir. Akhir-akhir ini, Rosé lebih banyak melamun.

"Kamu baik-baik saja?" tanyanya.

"Ya, tentu! Aku baik-baik saja." jawab Rosé

Jaehyun tahu, tak ada satupun kejujuran atas kata-kata yang keluar dari bibir Rosé. Karena, Jaehyun tahu dengan betul seberapa berartinya Chanyeol bagi Rosé. Jaehyun juga tahu dengan betul kebebasan yang selalu diagung-agung Rosé, hanyalah sebuah topeng pertahanan diri dari ketakutan Rosé terjatuh lebih dalam akan sebuah cinta.

Tapi, Rosé akan selalu menjadi perempuan munafik yang penuh dengan ketidakterusterangan.

"Oh ya, Jae. Tadi aku mendapat tembusan email tawaran menjadi Brand Ambassador dari Son Jewelry. Menurutmu bagaimana? Bukankah itu kesempatan yang bagus?" tanya Rosé.

"Oh itu. Seperti kita akan menolaknya." jawab Jaehyun. Pria itu tetap fokus pada kemudi dan jalanan yang tengan disusurinya.

"Kenapa?" tanya Rosé.

"Kegiatanmu terlalu padat, Rosé."

"Oh ya? Seingatku, jadwalku biasa saja. Bahkan aku masih bisa tidur seharian!"

"Untuk kali ini, kita tolak dulu."

"Kenapa? Apa karena brand itu milik istrinya Chanyeol?"

Iya. Karena, hal itu akan membawamu pada si brengsek Chanyeol lagi. ucap Jaehyun dalam batinnya.

"Ayolah Jaehyun. Kalau aku menolaknya, berarti aku kalah. Aku tahu, wanita itu pasti sengaja memintaku untuk jadi BA perhiasan miliknya. Entah apa tujuannya. Namun, jika aku masuk ke dalam permainan wanita itu, sepertinya akan seru. Wah, bahkan aku sudah berdebar menantikan permainan apa yang wanita itu siapkan." ucap Rosé dengan menggebu-gebu.

Jaehyun menghela napasnya begitu berat. "Rosé,  sekarang izinkan aku berbicara sebagai sahabat bukan sebagai manager. Berhentilah, Rosé. Kamu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Lebih baik kamu berdamai, lupakan Chanyeol, dan mulai lembaran baru. Aku janji akan membantumu." ucapnya.

"Jaehyun, aku benar-benar kecewa. Kamu tidak mengenalku, Jae. Aku tak selemah itu. Aku bukan wanita yang mengemis pada laki-laki. Apalagi memohon sebuah cinta. Aku hanya ingin menikmati hidupku dan membuktikan bahwa aku tak pernah menangis meski harus tertatih sendirian." jelas Rosé.

"Aku tetap menolaknya!"

"Terlambat, aku sudah mengirimkan email balasan. Dan aku menerima tawaran itu."

<<<>>>

Saran dan dukungannya sangat ditunggu ya. Terima Kasih 🥀

TRICHER | Wendy, Chanyeol, RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang