Heejin mengerjab beberapa kali. Mata gadis itu mengedarkan pandangnya ke langit-langit ruangan yang belum familiar.
Jam berapa ini? Kenapa belum ada pelayan yang mengetuk pintu kamarnya?
Ah, benar juga. Sesaat Heejin lupa bahwa ia tinggal di dorm sekarang.
Heejin sendiri memutuskan untuk tinggal di dorm karena kembarannya, Ryujin. Pada awalnya sang papa memang sempat melarang, mengingat kondisi tubuh gadis itu.
Heejin meraba sekitarnya, mencari ponsel dengan casing putih miliknya. Ia mengucek matanya beberapa kali, memastikan yang ia lihat tidak salah.
06.49
Begitulah yang muncul di layar ponsel Heejin ketika ia membukanya. Sialan! Ia terlambat!
Tanpa membuang waktu, gadis itu keluar dari kamarnya, mengetuk semua pintu kamar teman-temannya.
Tok tok! Tok tok!
"Ryu, bangun! Kita telat!" Ucapnya, masuk ke kamar kembarannya yang tidak dikunci.
Ryujin menguap, sempat terdiam sebentar, mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya pulih.
Melihat Ryujin sudah terbangun, Heejin keluar dari ruangan itu, membangunkan teman-temannya yang lain.
Glek!
Heejin meneguk ludahnya ketika berhadapan dengan pintu kamar mantan. Ah, haruskah ia mengetuk?
Tok tok!
Dengan ragu, tangan itu terulur, mengetuk pelan pintu bercat putih di depannya.
"Jaemin! Kita telat! Banguun!"
Lelaki yang diteriaki dari luar kamar itu terbangun, membuka pintu, menatap Heejin yang berada di depannya kini.
"Hai, pagi-pagi udah dibangunin bidadari. Berasa dibangun istri sendiri jadinya." Kata Jaemin, menyugar surainya ke belakang.
Ah, sialan! Kenapa Jaemin dua kali lebih tampan saat menyugar rambutnya sih?
Heejin memalingkan wajahnya, beranjak dari sana, mengetuk pintu temannya yang lain.
"Somi, Haechan, Jeno, sama Hyunjin mana sih kok gaada di kamar ya?" Bingungnya setelah mengintip satu persatu kamar temannya.
"Tidur di ruang tamu." Suara berat khas bangun tidur milik Jaemin itu sempat mengejutkan Heejin.
"O-oh oke, udah sana mandi. Lima menit lagi kita mas---OMG! 5 MENIT LAGI KITA MASUK!"
Dengan buru-buru Heejin berlari ke ruang tamu, menatap tak percaya para manusia yang tidur di antara kartu dan minuman beralkohol yang harusnya tak boleh dibawa ke asrama.
"Somi bangun! Chan, bangun!" Heejin menggoyang-goyangkan tubuh kedua temannya.
Haechan membuka matanya, menguap sebentar kemudian merenggangkan tubuhnya yang pegal karena tidur satu sofa dengan Somi.
"Kenapa, Jin?"
"Kita telat parah! Ini kalian lagi ngapain sih? Kok banyak kartu?"
"Abis judi semalem, nih gue menang." Suara lain di belakang Heejin membuat gadis itu menoleh, ada Hyunjin di sana, menunjukkan banyak kunci dan kertas.
Sepertinya lelaki itu berhasil memenangkan beberapa kendaraan dan surat tanah dari perjudian mereka. Ck ck.
"Ih, gak boleh gitu! Ngapain sih judi-judi! Udah kaya juga!"
"Nih, gue bagi salah satu apartemen." Hyunjin menyodorkan satu kertas yang dirinya pegang ke Heejin.
Heejin mengernyit, "Apartemen satu unit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Private A ✦ | Millenium
Fanfic✦We are rich, we are expensive, we are luxurious✦