01

1.7K 281 41
                                    

Banyak hal yang berubah setelah menikah. Contohnya saat membuka mata selepas bangun tidur, ada yang berada di samping kita. Bukan setan seperti dikebanyakan film horor, tapi eksistensi pasangan dengan bare face-nya. Hal lain misalnya, tatkala hendak sarapan, tidak sendirian lagi di meja makan.

Rose sedari dulu tidak pernah kira bahwa dia akan menikah. Menikah dengan seorang lelaki dan berbagi di dalam segala aspek kehidupan. Dia tidak pernah berekpektasi sejauh itu. Dulu, karsa Rose adalah lulus kuliah, kerja dengan salary dua digit. Sudah, itu saja. Sekali dua kali Rose pernah berpacaran memang. Akan tetapi, itu saja dia tidak serius alias pacaran demi keuntungan pribadi.

Seperti minta jemput dan lainnya ; tapi tidak memoroti juga.

Umur dua puluh lima, Rose putus dari pacarnya karena diajak nikah tidak mau. Namun, takdir malahan membawa dia dalam suatu ikatan suci dengan lelaki yang sama sekali tidak dia kenal ; dulu. Sudah begitu umurnya sembilan tahun lebih tua dari Rose.

Rose sudah perawan tua mendapat perjaka tua pula. Maklum, di Jawa umur segitu belum menikah sering jadi bahan omongan tetangga.

Sebenarnya ada cerita lucu dibalik Rose yang menerima perjodohan dengan Veedan. Kakek Rose punya riwayat gula, dengan penuh drama mengatakan nyawa tidak lama lagi. Rose sayang sekali pada kakeknya ; karena selalu memberi uang jajan meski dirinya semakin menua. Jadi dia menerima perjodohan itu. 

Dipertemukanlah Rose dengan sang calon suami. Veedan Arfajar. Pada awalnya, Rose mengira bisa saja itu nanti calon suaminya burik trulala capcay. Bagaimana lagi? Sudah tiga puluh lima, tetapi masih melajang. Sebelum bertemu Veedan, Rose pun sangat yakin kalau alasan bujangan lapuk itu karena tidak laku. Sewaktu itu Rose ingin balik saja ke mantan pacarnya.

Namun, praduga Rose salah total. Sebab orang bernama Veedan itu tampan bukan main. Garis rahang tajam. Hidung bangir dan kulitnya bersih. Jauh dari kata burik trulala capcay. Mereka pendekatan alias PDKT hanya seminggu ; kaku lagi.

Lantas pada akhirnya mereka resmi menikah. Rose sempat bertanya ke Veedan mengenai alasannya belum menikah. Kata Veedan, dia merasa belum menemukan wanita yang cocok.

Flashback

"Lah menurut mas aku wanita cocok gitu buat kamu?" Tanya Rose sehabis selesai resepsi.

Veedan saat itu menggeleng. "Mana aku tahu. Aku nikahin kamu karena kakek aku aja."

"Kalau suatu hari nih kamu ketemu orang yang bikin kamu jatuh cinta, kamu bakalan ninggalin aku?" Rose bertanya lagi.

"Orang yang mau aku cintai itu cuma istriku dan istriku kamu. Jadi wajib bagi aku dan kamu belajar mencintai satu sama lain." Jawab Veedan.

Flashback End

Setiap mengingat itu Rose merona dibuatnya. Sebenarnya dia sudah menaruh rasa pada Veedan. Cuma masih gengsi mengatakan. Wanita gitukan, maunya dikejar.

Satu hal paling malu untuk Rose ingat adalah fakta kalau mereka sama-sama masih suci dan bingung bagaimana menghabiskan malam pertama. Jadi malam pertama itu mereka hanya tidur saking lelahnya untuk belajar. Bahkan Rose sampai bertanya pada temannya bagaimana cara melakukan malam pertama.

Akhirnya, Rose dan Veedan suatu hari benar-benar belajar. Mereka nonton bersama video 21+ untuk referensi.

Flashback

"Wah-wah apaan tuh. Aduh masa iya harus gitu?" Gerutu Rose, menutup mata memakai jemari. Veedan lalu menurunkan tangan Rose.

Lelaki itu berkata. "Tonton dulu biar pinter." 

Rose mengaduh. "Halah kamu itu pasti pengalaman nonton begini kan?"

"Dulu waktu SMA pernah. Sudah lupa sekarang." Veedan fokus pada layar laptopnya. "Praktek sekarang ayo!"

Memang manusia ternyata mudah terdorong nafsu. Belum saja selesai video 21+, mereka praktekkan terlebih dahulu.

Flashback End

Seperti itulah singkatnya sampai Rose sekarang berakhir membawa seenggok jiwa di dalam perutnya.
Ngomong-ngomong, Rose masih tetap bekerja. Dia mendapatkan cuti hamil lebih awal. Bosnya memang sangat pengertian.

Baiklah. Sepertinya sudah cukup dengan rentetan-rentetan impresi. Rose memutuskan untuk bangun dari ranjangnya. Berdiri di samping kasur lalu meregangkan otot.

Saat punggung baru saja hampir berbunyi kretek-kretek, Veedan yang entah sejak kapan bangun menahan tangannya.

"Bun bun. Aduh jangan kretek-kretek. Kamu lagi hamil tau." Veedan lantas menurunkan tangan Rose.

Wanita itu sontak mengerucutkan bibirnya. Menghadap Veedan sambil menaikkan alis.

"Emang kalau lagi hamil enggak boleh kretek-kretek mas?"

Veedan menyilangkan tangannya di depan dada. "Enggak boleh. Nanti nih ya, kalau anak kita mleot karena kamu kretek-kretek gimana?"

Kepala Rose mundur ke belakang. Sungguh. Veedan memang tampan tapi pikirannya terlalu primitif dan sulit sekali Rose hendak jelaskan.

"Mas, mana ada bayi mleot cuma karena ibunya peregangan otot."

Mendengus. Veedan menatap Rose dengan lekat.

"Tapi bundaku sayang dan manisku, kamu lagi hamil tua."

Detik itu, mulut Rose menganga lebar. Dia tarik pipi Veedan sampai lemak di pipi terangkat.

"Mas kamu kalau ngomong suka seenak jidat gajah ya! Siapa yang tua?"

Rose itu anti sekali dibilang tua. Wanita itu selalu merasa dirinya muda seperti gadis delapan belas tahunan.

Veedan mengaduh. "Aduh.duh duh bunda. Sakit tahu. Iya kamu masih unyu-unyu kok."

Melapas tarikannya, Rose menarik nafas panjang. "Tau deh. Sana mas mandi aja. Katanya ada peninjauan kerja."

"Aku mau sama bunda aja seharian. Males deh. Biar entar diurusin Yoga peninjauannya."

"Halah kamu segitu cintanya sama aku ya sampai maunya berduaan terus. Awas ketiganya setan."

Rose memegang perut lalu duduk di tepi kasur dan melipat selimut.

Anggukan kepala, Veedan menoleh sesaat kemudian. "Aku emang udah cinta sama bunda. Bunda sendiri gimana?"

Jantung Rose berpacu tiga puluh kali lipat tatkala mendengar kalimat Veedan. Dia melirik sebentar, lantas memicingkan netra.

"Hm. Masa sih? Tulus enggak tuh?" Goda Rose. Suka saja melihat sang suami kesal.

"Aku sudah menemukan cintaku mas. Cintaku ini hanya untuk mas fajar seorang."

Manik Veedan membola. "Hah apa? Siapa itu Fajar? Bunda jatuh cinta ke orang lain?"

Kepala Rose mendidih saat ini. Lain hal dengan Veedan yang menunggu jawaban. Rose sungguhan tak habis pikir, seberapa besar kapasitas otak suaminya sampai tidak menangkap maksud perkataannya.

Rose berkacak pinggang. "Mas ih! Coba deh cek akta kelahiran mas. Mungkin mas bisa tahu siapa sih Fajar?"

Dengan polos, Veedan lari ke nakas. Dia mengambil map yang berisi akta kelahirannya. Saat melihat Veedan panik dan kalut, Rose sedikit kesal dan lucu. Wanita itu usap-usapkan tangan ke perut ; mengajak anaknya berbicara.

"Baby Veero  (nama calon anak Rose) kamu jangan kayak papa ya? Bunda enggak habis thinking deh baby."

Veedan yang belum menemukan aktanya lantas berhenti sejenak.

"Tunggu. Fajar nama belakang aku bukan? Lah iya. Duh malu." Veedan meringis ke arah Rose. Sang istri kontan tertawa kecil.

"Ya Gusti mas. Terus Fajar siapa lagi kalau bukan Veedan Arfajar?!"[]

Senja dan Fajar[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang