02

1.4K 238 45
                                    

"Nih keluaran baru bun. Kalau bunda pakai ini, dijamin suami makin cinta."

Seorang sales parfrum promosikan barang dagangannya pada ibu-ibu kompleks yang sedang arisan hari ini. Tidak tahu juga, bagaimana bisa ibu RT mengizinkan orang dagang di arisan mereka.

Rose yang mendengarkan sales itu promosi jadi ngantuk sendiri. Lagian dia pengen cepet balik habis itu tidur lagi. Namun, mau bagaimana lagi. Rose hidup dalan masyarakat serta dia adalah seorang istri dari salah satu oknum kaya di komplek Melati Baru. Oleh karena itu, mau tidak mau Rose harus tetap menampakkan muka.

"Ih mahal tapi ah. Masa parfumnya semahal tiket konser BTS." Ucap si ibu-ibu paling Julid sekomplek alias bu Jeni. Dia adalah istri dari juragan beras paling famous di Surakarta. Bu Jeni itu ibu RT kompleks ini. Wanita empat puluh tahun, punya dua orang anak. Satu masih SMP kelas dua, satunya masih TK. Soal suami Bu Jeni, kebetulan sahabat karibnya Veedan. Siapa lagi kalau bukan pak Naren.

Selepas itu, salah satu ibu kompleks di sana ikutan menimpali. "Nah iya itu. Mahal ah. Buat beli ayam dapet berkilo-kilo." Kata Marlisha. Orang yang memegang keuangan arisan kompleks. Bu Lisha itu ibu rumah tangga biasa yang seumuran sama Rose, tetapi menikah muda dan kini anaknya kelas satu SD, sedangkan suaminya adalah dokter umum di salah satu rumah sakit swasta di Surakarta ; bapak Haidar namanya.

Mbak Sales yang mendapat sekian banyak protes dari ibu-ibu kontan memasang muka kesal. "Haduh bu, ini memang parfum yang dipakai Jungkook BTS." Berusaha untuk meyakinkan lagi.

Sekretaris arisan, bu Juliah lantas nyinyir. "Jungkook BTS kok pakai parfum bantet gitu. Bohongan kali sih mbak." Bu Juliah itu sama julid seperti Bu Jeni. Seorang ibu rumah tangga dan istri perwira polisi, pak Jinan. Wanita itu sudah punya anak yang kelas dua SMA. Masih ada dua lagi, masih SMP dan SD.

Masih banyak ibu-ibu lainnya. Tapi tiga orang itu sudah seperti pentolan kompleks ini. Jadi kesimpulannya, di sini Rose paling bontot alias masih sangat baru. Dia pindah ke sini  saja waktu hamil ini karena Veedan mau  mereka mandiri dan tidak tinggal lagi sama orang tua. Teman karib Veedan yaitu pak Naren bilang kalau ada rumah baru di kompleks melati. Jadilah mereka pindah ke sini.

"Yaudah deh bu. Ibu aja silahkan ini dibeli." Sales tadi kontan menawari Rose yang sedari tadi diam.

Rose mengerjap. "Hah apa? Tidak mbak. Suami saya suka wangi alami tubuh saya kok."

Sales kecewa, Jeni di sana tertawa. Dia menatap lurus pada Rose. "Heh emang suamimu sering ngendusin kamu Rose?"

"Ih bu Jeni apaan sih." Rose cubit tangan Jeni. Bu Jeni memang agak suka membahas hal-hal plus-plus. Buat bercandaan aja sih.

Jeni berkata, "Hayo. Kamu semakin hari tak lihat makin ehem-ehem loh sama dek Veedan."

"Ih-ih bener. Masa kemarin bu Jen, aku lihat Rose sama mas Veedan di taman mesra banget. Mana Rose dikecup-kecup pipinya. Aw so sweet deh." Lisha menambahi dan dukung perkataan Jeni. Bu Juliah kemudian ikut-ikutan.

"Nah iya, kita waktu itu lihat ya Lis pas mau ke pasar." Kata Bu Juliah. "Mana lumat-lumatan bibir lagi di taman kompleks. Untuk anak-anak sini enggak ada di sana waktu itu."

Rose merona tersipu malu. Sudah begini, mau bagaimana lagi. Itulah kalau punya suami yang sukanya ngerdus tidak tahu tempat. Jadilah Rose korban bully di arisan. Lantas dia menanggapi dengan senyuman malu-malu kucing sembari usapi perut buncitnya.

"Rose, kamu kalau mitoni jangan lupa undangin kita loh ya." Lisha berujar beda topik. "Nih ya kan ini kehamilan pertama kamu, kamu itu harus banyakin makan sehat sama yoga. Supaya nanti pas lahiran jadi gampang Rose."

Senja dan Fajar[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang