03

1.3K 212 68
                                        

"Bunda masih belum nemu merek gandum yang kamu cari?" Veedan mendorong trolly belanjaan seraya mengikuti langkah Rose. Mereka kini sedang belanja bulanan. Tapi dari tadi mereka masih berputar di rak bahan dapur karena Rose cari-cari merek gandum yang diminati.

Rose bilang itu merek terbaik untuk membuat beragam kue. Percayalah Rose sedang mengidam ingin buat kue ini dan itu. " Bentar mas, sedari tadi aku enggak lihat. Apa habiskah ya mas?"

Veedan lelah. Trolly sudah penuh, mendorong terus juga capek. Tapi mungkin lebih capek Rose karena membawa beban di perutnya. Jadi, Veedan tidak banyak protes.

"Merek gandumnya apa sih bunda?" Tanya Veedan.

Nampak berpikir, Rose diam sesaat. Dia berhenti. Kontan membuat sang suami juga berhenti. Rose menoleh ke belakang. "Segitiga bermuda mas mereknya."

"Hah?! Mana ada merek gandum segitu bermuda bunda?" Veedan kini nampak lelah. Dia membusungkan dada. "Setahu mas, adanya segitiga biru bun."

"Iya tahu. Tapi aku maunya bilang segitiga bermuda soalnya ada logo segitiga." Rose tidak mau kalah. Dia masih melirik-lirik mencari merek gandum itu. "Hish ini supermarket kok enggak lengkap banget sih."

Veedan menggaruk tengkuk. Untung orang didepannya istri tercinta. Coba kalau bukan, Veedan tendang sudah ke Mars.

"Mungkin habis stok gandumnya. Nanti kita mampir ke Alfamart aja beli segitiga biru." Berusaha untuk membuat perhatian Rose teralihkan. Sedari tadi cari gandum aja makan waktu.

"Segitiga bermuda mas. Ih," Susah sekali Rose dibantah. Jika Rose tadi bilang bermuda, artinya tidak boleh biru.

Sabar bapak Veedan. Sang istri ini memang agaknya mengalami masa kehamilan dengan mood yang super duper tidak tertebak. Masalah merek saja jadi sensi. Baby Veero mungkin nakal di dalam sana. Sampai bunda emosi setiap waktu.

"Astaga bunda. Okedeh segitiga bermuda." Veedan mendorong lalu dia menyamakan posisi di sebelah Rose. "Jangan cemberut dong. Nanti tak makan kamu."

Mendadak Rose merona. "Ih apaan sih mas."

"Loh? Roseanne! Ketemu kita!" Ada vokal lelaki yang membuat atensi Rose dan Veedan teralihkan. Orang itu ternyata Jekandirta alias Jeka.
Veedan yang kebingungan menatap ke arah Rose. Alis Veedan naik satu seperti bertanya lewat mata hati.

Rose berkedik bahu. Lelaki bernama Jeka itu mendekat. Dia berada satu garis lurus di depan Veedan. Jeka lalu mengulurkan tangan.

"Hallo! Kenalin saya Jeka. Mantan pacarnya Rose."

Membeku sebentar, mulut Veedan ternganga lebar. Rose memang dulu pernah bilang ada mantan dua. Satu mantan SMA dan satu mantan dua tahun lalu. Wah parah. Sudah begitu oknum Jeka ajak Veedan kenalan seperti pamer.

Hilih! Apa gunanya pacaran cuma buat jadi mantan? Tidak mau kalah, Veedan menerima uluran tangan itu dan berkenalan sembari meremat kuat tangan Jeka.

"Oalah. Kenalin. Saya suami Rose dan ayah dari calon anak kami." Ada penekanan dalam kalimat terakhir Veedan. Maklum, Veedan tidak mau kalah keren.

Jeka tertawa singkat, sedangkan Veedan masih menatap nyalang. Ini sih, Veedan agak tersaingi karena oknum Jeka bisa dibilang tampan seperti dirinya. Mana sudah gitu masih muda. Veedan jadi kepikiran untuk perawatan menghilangkan kerutan diwajah biar mulus seperti oknum Jeka.

"Astaga. Santai mas. Saya bercanda, endak akan saya rebut mas. Wkwk. Cuma mantan SMA."

Veedan buru-buru melepas tangan.
Jadi Jeka mantan SMA Rose. Okei Veedan bisa tenang sebab Rose dulu juga bilang kalau mantan SMA-nya cuma cinta monyet aja. Sekarang Veedan merangkul Rose. Walaupun hanya mantan, tetapi Veedan harus tetap waspada.

Senja dan Fajar[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang