11

768 146 25
                                    

"Aduh, ini gimana sih cara pakein pampers?" Veedan mengangkat pampers ke udara, menimang yang mana bagian depan dan mana yang belakang. Sama semua sih! Bingung dia.

Hari ini menjadi hari paling kampret sedunia karena Veedan sendirian di rumah njaga dek Veero. Alasannya karena sang istri tercinta ada piknik ibu-ibu arisan ke taman safari. Padal hari ini Veedan libur loh. Seharusnya ketimbang ikutan piknik RT, Veedan bisa membawa Rose pergi tamasya ke tempat yang lebih uwow trulalala.

Sayang, mbak istri lebih milih pergi sama para perkumpulan julid. Mana Veedan yakin pasti istrinya dihasut oleh trio setan kompleks ini. "Huft, piknik arisan kok ke taman safari? Pada mau cuci mata sama monyet apa gimana!"

Veedan menatap foto pernikahannya dengan Rose yang terpampang di dinding. "Ah! Baru setengah hari aja aku  kangen sama kamu bundaku. Hshshsh perkumpulan arisan emang kampret. Waktu weekend aku sama bunda jadi hilang."

"Oek, huaa oaa." Veero yang sudah kedinginan tidak lekas dipakaikan pampers, menangis menggero-gero. Veedan langsung kelabakan. Asal hendak memakaikan pampers, tapi

Currrrrr.....belum sempat dipakaikan pada Veero, anaknya malah pipis di wajah Veedan. Sang papa tertegun, agak ngefreeze sebentar sebab pipis sang anak mengenai semua sisi. Itu bahkan sampai mengalir ke bawah dari pelipis.

Ya Allah. Salah apa sampai dipipisin anaknya sendiri? Veedan padahal itu sudah mandi dan wangi bagai anak muda, tetapi malah kena ompolnya anak sendiri. Veedan menahan dada karena masih tidak percaya, tangan kontan mengelus pipinya yang kena basah.

Veedan mencium tangan sehabis dia mengelap pipi. Baunya ompol anak bayi menyengat banget. Dia sampai agak hoek..hoek.

"Kejam bener nak ngompolin papa? Dulu penuh perjuangan loh papa pas proses buat kamu."

Dramanya bapak Veedan keluar lagi. Agak cemberut, dia menyeset tisu basah untuk mengelap anaknya lalu memakaikan pampers. Barulah dia mengelap wajahnya sendiri.

"Hihihi. Kikikki." Veero tersenyum sambil mengangkat-angkat tangan menepuk pipi Veedan. Anak satu itu pinter sekali kalau suruh nakal.

"Pp a papapapapa."

Sedang mengelap wajah, tiba-tiba sang anak berkata demikian sebut  papa. Tentu Veedan langsung girang bukan main. Dia mengangkat sang anak. "Apa sayang? Apa tadi papa? Aduh pinter." Menciumi kening sang anak. Buru-buru mengambil ponsel di saku guna membuat video call dengan bunda.

"Sini sayang. Aduh tadi bilang apa? Papapa?" Veedan menggendongnya dengan satu tangan. Menciuminya gemas. "Hallo bunda."

"Aloo anak bunda. Aduh udah mandi yah sayang?" Rose lambaikan satu tangan. Dari balik sambungan telfon nampak girang. "Mas, kamu oke-oke aja kan? Dek Veero suka nakal haha mas."

Pengen sekali Veedan mengadu jika dia barusan diompolin, tetapi agak tidak tega melihat bunda kepikiran padahal lagi tamasya. Perlahan dia tidak sengaja melihat monyet ada di kandang belakang bunda.

"Monyet." Ucap Veedan pelan.

Mendengarnya, Rose langsung buka mulut. Tidak menyangka kalau mas Veedan malah mengatainya monyet. Awas saja kalau sampai rumah, dia bakal grues-grues mas Veedan.

"Oh jadi sekarang aku dah gak cantik lagi dan jadi kayak monyet?" Gerutu Rose. Total Veedan menaikan kedua alis karena tidak paham.

Veedan buru-buru berucap. "Ha kok bisa? Aku itu nunjuk—

"Dah-dah males. Bye!" Panggilanya dimatikan sepihak. Veedan sampai memundurkan kepala. Apaan yang salah? Bener kan kalau di belakang Rose kandang monyet? Kenapa jadi bawa-bawa cantik?

Gendeng. Veedan baru saja sadar kalau mbak istri pasti ngiranya dia ngatain Rose = Monyet. Buru-buru Veedan nelfon lagi tapi ditolak. Dua kali tiga kali sampai sebelas kali dia ditolak juga.

"Aduh ini itu yang goblok aku atau bunda sih?" Veedan mengetik pesan untuk dikirim ke mbak istri.

Bunda cantik, aduh maksud mas itu monyet ada di belakang kamu. Ihh, bukan kamu yang monyet.
Dibaca

Bunda read doang? Lah pundung nih masa?
Dibaca

Bunda😭 haduh kok marah. Mass jadi cedih buanget nich.
Dibaca

Benar-benar diread dong dong! Dan sekarang sudah hampir lima belasan menit. Veedan sampai pusing sebab tidak dibalas. Seperti remaja galau dighosting kekasihnya. Bahkan dia sampai tidak sadar — kalau Veero digendongan mepuk-nepuk lehernya.

"Ueee, pppapopaaa." Rengek sang anak. Atensi Veedan langsung paku ke anaknya.

"Eh aduh iya nak. Gara-gara monyet nih mamamu ngambek." Masukkan ponsel ke saku. "Cup-cup mau mam adek? Apa minum asi bunda yang udah dipumping?"

Ting Tong Ting Tong

Veedan menoleh ke pintu. Posisinya itu sekarang ada di ruangan tengah jadi dia dekat dengan pintu. Segera dia melangkah menuju sumber dan membuka pintu seperdetik setelah itu.

Cuping hidung Veedan melebar kala dia mendapati para suami trio setan berdiri di depan pintu. Oalah Veedan paham, pasti kondisinya lagi ngenes sama kayak dirinya karena istri lagi pada piknik ke kebun binatang. Duh itu pasti pada ke sini mau numpang makan, curhat sama wifinan. Secara wifinya dia itu kecepatan 91 Gpmbs, setara sama koneksi internet NASA. Orang sultan ya pastinya bebas.

"Apaan kalian pada kemari? Maaf ya saya enggak lagi open house."

Haidar, Naren, dan Jinan pun pasang
wajah melas. Veedan mah tak taruh peduli, hampir dirinya menutup pintu sebelum akhirnya si Haidar angkat sesuatu disusul Jinan dan Naren ;  melakukan hal sama.

Besar dan montok, tentu saja durian bangkok. Mata Veedan langsung ijo, sejemang buka pintu lebar-lebar. Dia mempersilahkan para tamunya yang terhormat agar masuk. "Silahkan ya para bapak-bapak sadboy yang hari ini ditinggal istrinya piknik, saya lagi open house khusus untuk kalian. Itu durian bangkoknya ada tiga, satunya tolong taruh di pojok pintu ya. Buat istri saya tercinta."

Jinan menarik dagu mundur. "Oalah emang sing paling gemblung itu ya kamu Vee!"[]

Senja dan Fajar[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang