12

799 137 12
                                        

Pulang piknik, mukanya Rose masih cemberut. Ditanyain cuma ham hem ham hem. Veedan sampai bingung mengatasi istrinya. Belum lagi tadi bawa oleh-oleh, bukannya ditawarin malah dimakan sendiri. Padahal sih Veedan pengen minta, soalnya enak sepertinya.

Veero tidur di kamar, kedua orang itu ada diruangan tengah. Rose rebahan nonton TV sambil nyemil beraneka ragam makanan yang dia beli disofa panjang sementara Veedan duduk di sofa sebelahnya. Seperti anak anjing yang menunggu sang tuan memberi perhatian.

Dari tadi Veedan sudah kode-kode mesra, tapi tidak digagas. "Bunda, masa iya mau diemin mas cuman karena monyet." Rengek Veedan.

Pindah duduk di sofa tempat Rose berbaring, agak memaksa duduk sehingga kaki kesempitan.

"Bunda nih ah, mas cium loh."

Bibir Veedan sudah mau menyosor sampai akhirnya Rose mendorong kepala suaminya. "Ih mas, mulutmu bau durian." Rosie sampai rasanya mau pingsan. Dia mengibas-ibaskan tangan di depan hidung.

Berbeda dengan Veedan, dia meniup tangan kontan mendekatkan tangan  kehidung. Ebuset, bener bau durian dong. Veedan jadi ingat kalau belum sikat gigi.

"Wah iya. Baunya nyesss banget."

Tadi pas sesi curcol manja dengan bapak-bapak kompleks, Veedan dan para tetangga itu keasyikan makan durian, sampai durian yang harusnya disisihin buat Rose, dilibas sekalian.
Gimana ya? Enak sih.

Sesaat kemudian Rose pun bangun, posisi jadi duduk seperti Veedan. Dia berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

Veedan galau sekali. Dia melenguh karena mbak istri mengabaikannya sudah begitu Veedan malu karena tragedi bau durian. Akhirnya diapun pergi dari ruang tengah guna pergi gosok gigi. Veedan sesampainya di kamar mandi, manatap pantulan diri. Kumis sudah makin tebal, padahal dia dua minggu lalu sudah cukuran.

"Aku kok semakin ganteng ya? Apa mitos punya anak cowok bikin awet muda itu beneran?" Mengambil sikat dan odol. Kontan dia gosok giginya.
Busa-busa memenuhi mulut lantas dia berkumur, tidak lupa memakai listerine agar mulut semakin segar.

"Huah, sudah wangi mulutku. Pamer ke bunda ah." Veedan keluar, kembali ke ruang tengah.

Dia merapikan rambut terlebih dulu yang tadi sudah diklimisin pakai air. Berjalan gagah menghampiri Rose yang masih ngemil tidak habis-habis sampai mulut penuh, tetap dicokoli keripik. "Bunda," Ucap Veedan.

"Hmmm, kenapa?" Rose atensinya fokus ke TV. Lagi nonton kisah tanah jawa, dianya. Veedan melirik, berani banget bunda nonton. Dia saja tidak ada nyali. "Apasih mas." Ucap Rose saat Veedan mencoel-coel pipinya. Lengan mas Veedan menutupi jarak pandangnya. Rose jadinya tambah kesal.

"Ih galak amat deh cantik. PMS apa gimana bun." Veedan duduk, kakinya Rose dia pangku di atas paha. Rose  memutar bola mata.

"Aku itu sariawan mas, nih lihat." Dia buka bibirnya, sungguhan sariawan besar banget. Pasti sakit. Tiwasnya Veedan sudah overthinking kalau si mbak istri masih pundung gara-gara monyet. Namun realitasnya, istrinya cuma sariawan.

Segera Veedan bertanya. "Lah tapi kok malah ngemil pedes-pedes sih bunda?"

Rasa-rasanya Rose pengen nyumpal  mulut mas Veedan memakai bubuk boncabe. "Biar sariawanku kesetrum mas. Katanya pedes bisa sembuhin sariawan."

Veedan percaya anak cowok bikin awet muda, Rose percaya makanan pedas obat sariawan. Memang dua sejoli tersebut tidak terpisahkan dari mitos-mitos tanpa empiris. Emang benar kalau makanan pedas bisa sembuhin sariawan? Veedan baru tahu loh.

"Yaelah bunda, bukanya malah—

Nguek....Bram. "Astagfirullah! Apa itu." Veedan memegang dadanya. Padahal tadi suara efek jumpscare kisah tanah jawa yang Rose tonton.
Meskipun lelaki tulen, Veedan agak ngeri gimana gitu sama film horor.

"Hahahah cupu deh mas. Gitu aja takut." Ejek Rose. "Nah lihat pocong di balik semak mas." Rose menunjuk TV supaya Veedan menatap layar itu tetapi sang suami palingkan muka.

Rose baru tahu kalau sang suami begitu anti sama film horor.

Tokipedia. Notif mendadak masuk ke ponsel Rose. Dia menoleh ke arah nakas, lantas mengecek. Jadi Rose sudah pindah user dari Shopi ke Toki karena warnanya ijo dan lebih unyu. Dia perlihatkan pada Veedan barang yang dia keranjangi sekarang sudah restock lagi.

"Mas, bayarin dong." Rose berubah manjalita. Bangun duduk, langsung nguyel ke Veedan. Kepala bersandar di dada suaminya. "Temenku pada punya ini semua tahu."

Veedan melirik. "Apaan? Oalah baju lagi. Kamu tiap hari beli baju ya bun udah kayak syahrini. Tapi gak papa sih, mas mah oke-oke aja. Anuh itu, sekali-kali belilah bikini buat dipakai pas sama mas."

"Adahhh duhh duh." Kepala Veedan ketarik ke bawah. Jelas karena sang istri menarik rambutnya. Kenapa lagi sih? Perasaan dia salah mulu. Cuma bercanda padahal. Memangnya dia kalau bercanda itu kedeteksinya jadi serius ya?[]


Senja dan Fajar[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang