• Bagian empat puluh

893 55 10
                                    

MENGAPA KAU MERASA BERAT UNTUK MENGGAPAI CINTA ALLAH TETAPI, SANGAT RINGAN UNTUK MENGGAPAI CINTA MANUSIA?

Semua dari kita pasti pernah berada di fase itu, bukan?
Terutama, ketika kita berada pada fase remaja. Kita seolah tak mempunyai rasa lelah sedikitpun ketika mengejar cintanya manusia, kita bahkan sempat berdoa kepada Allah "Ya Allah, persatukanlah hamba dengannya" dan yang kita maksud adalah dalam hubungan yang haram "pacaran". Lantas, ketika kita mendapatkan rasa sakit dalam mengejar dan menaruh harap pada manusia, kita kemudian menyalahkan Allah dan berpikir jika Allah tidak adil. Hey ... kau bercanda? Hahaha

Manusia remaja memang kadang sekonyol itu, bukan? Dan author pun pernah berada di momen itu, jadi nasihat ini bukan karena author sok suci, tidak! Ini hanya sebagai pengingat untuk author sendiri sekaligus berbagi ilmu untuk kalian, sesama muslim.

So ... jika kalian begitu mudah mengejar cintanya manusia, mengapa sangat terasa sulit untuk menggapai cinta dan ridho-Nya Allah pencipta kita sendiri? Apa kita tidak merasa malu, sesaat kita bermaksiat, Allah masih dengan baiknya menutupi aib kita. Jika Allah mau, Allah bisa membuka aib kita semua pada semua orang agar kita merasa terhina tetapi, lihatlah kebesaran dan kasih sayang Allah untuk kita.

Lantas, apa hatimu masih belum tergerak untuk berubah dan memperbaiki hubunganmu dengan-Nya? Pikirkan ini baik-baik, mati tak harus tua, jika kau ingin mendapat naungan Allah di akhirat nanti, maka jadilah anak muda yang tumbuh dalam agama yang baik. Semangat gais .... : )

---


Malam ini, tampak begitu indah, langit pun seolah ikut berbahagia atas bersatunya kembali dua insan yang saling mencintai. Bulan bersinar terang, ribuan bahkan jutaan bintang tampak gemerlap di atas sana. Suara binatang malam pun ikut bersenandung ria menghiasi malam yang hampir sempurna ini.

Di sinilah mereka berdua, di gazebo belakang rumah mereka, ditemani dengan terpaan udara malam yang terasa sedikit dingin. Siapa lagi jika bukan Kaivan dan Bulan. Dengan posisi Kaivan yang tidur di pangkuan sang istri, di sana Ia bisa menggunakan kesempatan itu untuk melihat wajah ayu dan manis Bulan, sungguh menenangkan.

Kaivan sangat merindukan istrinya, Ia bahkan merindukan setiap omelan demi omelan perempuan itu. Namun, sepertinya Bulan sama sekali tak merindukannya tetapi, tanpa Kaivan sadari, jauh dari lubuk hati Bulan, Ia juga teramat merindukan Kaivan. Hanya saja Ia tak mempunyai keberanian untuk itu.

"Kamu nggak kangen sama aku? Dari tadi diem aja," tanya Kaivan.

Bulan menunduk, menghentikan aktivitas tangannya yang sedari tadi mengusap lembut rambut Kaivan. Melihat wajah bebek suaminya, Bulan terkekeh.

"Kamu harus tau, bahkan untuk rasa rindu pun tak perlu diungkapkan, karna sesungguhnya, kamu sendiri bisa merasakannya tanpa harus aku jelaskan. Sebab, tak ada kalimat yang paling tepat untuk menjabarkan bagaimana tersiksanya menahan rasa rindu yang setiap detiknya menginginkan sebuah temu."

Kaivan tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum, Ia merasa salting dan lucu dalam satu waktu.

"Idih ... kok kamu kaya cewek sih, Van. Pipinya merah-merah gitu," lontar Bulan disusul dengan gelak tawanya. Kaivan yang merasa bertambah malu pun hanya bisa menekuk wajahnya dengan muka bak kepiting rebus.

Namun, seakan menyadari sesuatu dari wajah istrinya, Kaivan mengulas senyum penuh arti. "Kamu cantik yah kalau ketawa."

Deg

Bulan Untuk Kaivan [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang