• Bagian empat

1K 84 0
                                    

Tataplah aku, agar dirimu tahu jika aku ternyata diam-diam menaruh harap padamu.

- Bulan Untuk Kaivan -


✨ HAPPY READING DAN SELAMAT MEMASUKI DUNIA PERHALUAN ^^

---

Hari libur adalah hari yang sangat dinantikan oleh hampir seluruh manusia. Karena di situ, mereka bisa beristirahat sepuas mungkin tanpa memikirkan banyak tugas sekolah, kampus, ataupun pekerjaan. Sama halnya dengan Kaivan saat ini, tepat pukul 20.00 Ia tengah berjemur di tepian kolam renang seorang diri. Perutnya sedari tadi berbunyi karena memang Ia belum sarapan apapun.

Bukan tanpa alasan Ia belum makan, tetapi memang Bulan belum selesai masak. Ya, perempuan itu kesiangan karena kembali tidur selepas sholat subuh. Soal semalam, Kaivan sama sekali tak merasa bersalah, baginya semua apa yang Ia ucapkan adalah benar.

Ia malah merasa lega karena sudah berhasil jujur dan menjelaskan semuanya dengan Bulan alasan Ia menikahinya. Walaupun dirinya memang tidak menceritakan secara detail siapa perempuan yang Ia cintai. Sebab, menurut Kaivan itu tidaklah penting.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba terdengar suara seperti pecahan piring dari arah dapur. Kaivan pun segera berlari memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.

"Awh!"

Kaivan menggelengkan kepalanya melihat Bulan jongkok dengan jari telunjuk yang berdarah.

"Lo kalau nggak bisa pegang piring bilang!" Suara itu seketika membuat Bulan mendongakkan kepalanya.

Kaivan pun ikut jongkok kemudian menarik kasar tangan Bulan dan melihat jari telunjuk yang masih mengeluarkan darah segarnya. Dengan cekatan Ia langsung menghisap darah tersebut dan meludahkannya.

"Tunggu di sini!" ucap Kaivan kemudian berjalan ke arah tangga.

Tak berlangsung lama, Kaivan kembali dengan tangan membawa sebuah kotak P3K dan mengambil sebuah plester.

Dengan perlahan Kaivan memakaikan plester tersebut ke jari telunjuk istrinya. Melihat sikap Kaivan, membuat Bulan terdiam dengan degup jantung yang entah kenapa menjadi terpompa begitu cepat, ditambah posisi wajah mereka benar-benar dekat, aroma manis laki-laki itu pun bisa dengan jelas Bulan rasakan.

Merasa diperhatikan oleh Bulan, setelah selesai memasang plester Ia menatap balik perempuan itu.

"Biasa aja ngeliatinnya, gue tau gue ganteng!" celetuk Kaivan kemudian Ia berdiri melangkah untuk mengembalikan kotak tersebut.

"Ish! Apaan sih, siapa juga yang ngeliatin Lo!" tutur Bulan yang baru saja ingin membersihkan pecahan piring tersebut.

Melihat hal itu, Kaivan langsung membuka suaranya.

"Nggak usah Lo pungutin! Gue tau tangan Lo tuh tangan anak manja, jadi gue yakin Lo bakal luka lagi dan ngerepotin gue. Mending lo balik siapin makanan gue udah laper!" ucap Kaivan dengan tatapan sinisnya.

"Lo bego? Terus nih kaca cuma dibiarin diem aja di sini? Ini sama aj--"

"Nggak usah bawel! Nanti siang pembantu baru rumah ini bakal dateng!"

Bulan Untuk Kaivan [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang