• Bagian delapan belas

686 56 0
                                    

Tidak ada yang lebih indah dari memandang wajah polosmu ketika tertidur nyenyak di pagi hari.

- Bulan -

---

Allahu Akbar, Allahu Akbar ....

Suara adzan di masjid komplek membuat Bulan menggeliat, menandakan jika dirinya akan segera bangun. Kelopak matanya bergerak-gerak hingga akhirnya terbuka dengan kerjapan singkat untuk menyesuaikan penglihatannya pada intensitas cahaya di kamar tersebut.

Ketika Ia ingin bergerak untuk duduk, Ia merasa ada sesuatu yang berada di perutnya. Ketika Ia menunduk ke bawah, terlihat tangan Kaivan yang begitu setia memeluknya dari belakang. Bulan tak bisa menahan senyumnya untuk terbit, Ia sangat senang karena Kaivan mulai terbiasa memeluknya ketika tidur.

Bulan bergerak pelan untuk menghadap ke arah Kaivan agar bisa melihat wajah laki-laki itu.

Deg

Ya Tuhan ... sempurna banget sih ciptaan-Mu. Batinnya seraya terkekeh kecil.

Tangannya terangkat untuk membangunkan Kaivan tetapi, Ia menghentikannya. Bulan pikir Ia akan memanfaatkan waktu ini sebentar untuk bisa memandangi wajah suaminya. Sebab, Ia merasa laki-laki itu terlihat sangat berbeda ketika tertidur. Terlihat polos, tenang, dan jauh lebih tampan.

Bulan mengamati setiap bagian wajah Kaivan, mulai dari kedua alis tebal, bulu mata lentik nan lebat, kelopak mata yang menyembunyikan sorot tajamnya, hidung mancung, serta bibir tipis merah alami. Bulan baru menyadari, Kaivan sangat terlihat sempurna jika dilihat dari jarak sedekat ini.

"Aisyah beruntung banget dicintai sama cowok kayak elo, Van. Kalian sama-sama punya banyak kesamaan, bahkan dia lebih baik dari gue. Seharusnya elo bukan milih gue, tapi Aisyah."

"Gue emang cinta sama elo, tapi gue nggak mau Lo bertahan dipernikahan dengan terpaksa, Van. Karna itu ... itu mungkin akan nyakitin gue," lirih Bulan.

Bulan tersenyum untuk berusaha menguatkan dirinya, Ia rasa sudah cukup, Ia tidak mau sampai menangis lagi. Bulan pun menyingkirkan tangan Kaivan yang memeluk perutnya dengan pelan kemudian memutuskan turun dari ranjang lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum Ia membangunkan Kaivan.

Tanpa Bulan sadari, Kaivan mendengar apa yang dia ucapkan. Kaivan terbangun ketika merasakan pergerakan dari Bulan, dan Ia berpikir untuk tetap memejamkan kedua matanya.

"Maaf, Lan. Maafin gue, gue emang terpaksa bertahan dipernikahan ini, karna gue nggak mau nyakitin Lo dengan cara mengakhiri hubungan ini."

---

Siang ini setelah mata kuliah pertama selesai, Kaivan menikmati makan siangnya di kantin bersama Billar, sang sahabat. Di tengah makannya, Kaivan mendongak melihat Billar yang begitu fokus pada sepiring pastanya.

"Lar!" panggil Kaivan.

Billar hanya berdehem sebagai jawaban, Ia masih asik melahap makannya tanpa melihat ke arah Kaivan sedikitpun. Sedangkan Kaivan merasa ragu untuk bercerita dengan Billar pasalnya, Ia sangat yakin jika sahabatnya tersebut pasti akan menegurnya habis-habisan.

Merasa aneh dengan Kaivan yang malah diam tidak melanjutkan perkataannya, akhirnya Billar mengalihkan pandangannya pada Kaivan.

Bulan Untuk Kaivan [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang