• Bagian empat puluh dua

721 58 2
                                    

Tak ada yang lebih baik dari mendengarkan ketika seorang perempuan tengah berada di ambang kemarahannya.

- Bulan untuk Kaivan -

---

Brak!

Kaivan menutup pintu mobilnya sedikit kasar, Ia merasa hari ini begitu lelah, karena Ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya yang sempat Ia tunda tadi siang karena harus membahas kerja samanya bersama perempuan menyebalkan seperti Catlyn.

Kaivan berjalan itu membuka pintu rumahnya yang Ia rasa tidak dikunci, dan benar saja ... pintu itu langsung terbuka.

Sangat sepi.

Ia melirik jam tangannya yang saat ini menunjukkan hampir jam sepuluh malam, Kaivan rasa Bulan sudah tidur lebih dulu. Sebenarnya Ia ingin menanyakan mengapa Bulan tadi tidak jadi ke kantornya, bahkan Kaivan juga merasa aneh pada Bulan, perempuan itu bahkan tidak membalas pesannya sama sekali. Apa dia marah? Tapi marah karena apa? Kaivan merasa mereka tidak mempunyai masalah lagi, pikirnya.

Ia meletakkan tas kantornya di meja, Ia melangkah ke dapur karena perutnya terasa lapar. Ketika Ia membuka tudung saji di dapur, terdapat sup iga dan sambal di sana tetapi, perhatiannya teralih pada sebuah kertas yang diletakkan di dekat piring kosong.

Kalau laper makan aja itu! Jangan bangunin aku!

Dahi Kaivan berkerut, mengapa Bulan seolah terlihat marah dari cara penyampaiannya?

Masa bodo, Kaivan duduk di ruang makan untuk menyantap makanan itu dengan lahap, membuang perasaannya yang mulai khawatir jika Bulan memang benar-benar marah padanya.

Di tempat lain, Catlyn tengah tersenyum-senyum seorang diri di pinggir kolam renang seolah tak memperdulikan hawa dingin di sekitar tempat itu. Ingatannya kembali menerawang bagaimana tampannya wajah Kaivan, lucunya Kaivan ketika bersikap galak dan dingin padanya. Semua itu sangat menggemaskan di mata Catlyn, Ia semakin tertantang untuk mendapatkan hati Kaivan.

Namun, yang Ia pikirkan saat ini adalah ... apakah Kaivan sudah memiliki pasangan atau belum, itulah yang menjadi pertanyaan di otak Catlyn.

"Kaivan ... nama yang sangat bagus, kenapa dia tidak mau mengatakan namanya saat di pesawat waktu itu? Apakah dia takut jika aku jatuh hati padanya?" Catlyn terkekeh. "Tapi pada akhirnya, aku memang sudah benar-benar jatuh hati padamu, Tuan."

"Jadi kau menyukainya?" Suara berat itu seketika membuat Catlyn menolehkan kepalanya ke belakang.

"Elvis?" Catlyn menatap terkejut ke arah Elvis yang kini terlihat berjalan menghampirinya.

Elvis terkekeh, kemudian duduk di samping Catlyn dengan tatapan penuh artinya, sepertinya ini adalah kesempatan bagus untuknya, pikir Elvis.

"What are you doing here, El? Apa kau tidak punya sopan santun di rumah orang, huh?" tanya Catlyn dengan nada tidak sukanya.

Elvis tersenyum. Namun, senyumnya begitu terlihat--licik.
"Calm down, Catlyn! Mengapa sekarang kau begitu tidak suka pada sahabatmu sendiri?" kekeh Elvis.

"Karna sekarang kau begitu jahat, El!" sarkasnya.

"Ayolah, bahkan kau juga sama jahatnya sepertiku, hanya saja kau tidak menyadarinya." Mendengar itu, Catlyn mengerutkan dahinya bingung.

Bulan Untuk Kaivan [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang