• Bagian empat puluh satu

783 52 7
                                    

Cintailah seseorang yang benar-benar pantas kamu cintai,
tentunya seseorang yang membawamu pada kebaikan. Sebab, diakhirat nanti kita akan bersama orang yang kita cintai.

---


Hari ini tampak berbeda, jika 1 tahun yang lalu Kaivan merasa dunianya hampa dan terasa abu-abu, kini Ia merasakan warna kehidupannya telah kembali. Apa lagi jika bukan soal, kembalinya Bulan. Kaivan sangat berharap setelah ini semuanya akan tetap baik-baik saja, dan dirinya dengan Bulan tak akan kembali terpisah.

Tak hanya itu, Kaivan pun berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha tidak kembali menyakiti perasaan sang istri. Mereka berdua sama-sama membuat kesepakatan untuk menguatkan rasa percaya dan keterbukaan mereka agar nantinya tak menimbulkan salah paham yang akan berakhir pertengkaran lagi.

Dan lagi-lagi, itu hanya rencana, selebihnya tetap ada pada garis takdir yang telah ditetapkan oleh sang pencipta untuk mereka. Terutama tergantung kemauannya author wkwk

Pagi ini Kaivan telah terlihat tampan dengan setelan tuxedo bewarna biru gelapnya. Ia menuruni beberapa anak tangga untuk menuju ke dapur melihat Bulan yang tengah memasak. Ketika sudah berada di dekat pintu masuk dapur, Kaivan tampak melangkah diam-diam agar Bulan tak mengetahui kedatangannya.

Sedangkan Bulan, yang tengah fokus memindahkan beberapa potongan avocado tost tersebut seketika terlonjak kaget sesaat merasakan kedua tangan telah melingkar manis di perutnya dari arah belakang.

"Astaga, Van! Aku kaget tau!" cibir Bulan.

Kaivan hanya tersenyum dan mencium dalam-dalam aroma manis Bulan yang sekarang menjadi candunya.

"Lepas dulu ih, aku mau naruh ini di meja, nanti kamu telat loh." Kaivan masih tak bergeming, Ia malah semakin mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Bulan, membuat Bulan hanya bisa tertawa geli.

"Van, please ... lepasin dulu."

Kaivan menghela napas berat kemudian melepaskan pelukannya, jangan lupakan wajah cemberutnya yang semakin menambah kesan menggemaskan di wajah laki-laki itu.

"Bagus! Aku bakal naruh sarapan ini dulu ke meja, ayo!" Mau tak mau Kaivan membuntuti Bulan dan tingkahnya ini sudah sangat mirip dengan seorang bocah sd yang meminta uang saku pada mamanya.

"Ck! Duduk dulu dong, Lan. Aku masih pengen peluk kamu," kesal Kaivan.

Bulan memutar bola matanya malas kemudian menarik kursi di depannya agar Kaivan bisa duduk.

"Stop bertingkah seperti anak kecil dan duduk!" Dan lagi-lagi Kaivan malah menurut saja tanpa adanya penolakan.

Ia duduk manis dengan kedua tangan yang Ia lipat di meja, serta raut wajahnya yang belum berubah. "Masak apa sih?" tanya Kaivan.

"Nih aku buat avocado tost, kalau nasi goreng, kayaknya nggak baik deh terlalu sering sarapan pakai itu, kalorinya terlalu banyak. Jadi, sarapan yang sehat aja ya," jelas Bulan seraya mengambilkan dua potong avocado tost.

Kaivan berdecak kesal. "Kamu kan tau aku nggak suka kaya ginian, Lan. Nggak ah aku nggak mau!"

Bulan menghembuskan napasnya pelan, kini Ia harus bersikap seperti layaknya seorang ibu yang membujuk anaknya untuk makan sayur, sangat konyol.

"Aku nggak mau tau, kamu harus makan, ini sehat, Van! Gini aja, kalau kamu nggak mau makan ini, artinya kamu nggak ngehargai usaha aku pagi ini!" tegas Bulan berlagak sok galak.

Bulan Untuk Kaivan [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang