Bab 2 - Berpindah waktu

475 94 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Gantari menatap sekeliling ruang tamu rumah gaya Belanda itu dengan penasaran, dan juga masih sedikit shock. Kenapa ia bisa sampai di tahun 1920, yang bahkan Kakeknya pun belum dilahirkan sepertinya.

Seorang abdi dalem rumah itu menghidangkan secangkir teh hangat kepada Gantari, kemudian izin undur pada Tuan nya, yang sedang menatap Gantari dengan tatapan heran.

"Siapa kamu sebenarnya? Darimana asalmu? Kenapa bisa sampai ada di depan pekarangan rumah ku?" tanya nya bertubi-tubi. Gantari hanya menyesap teh nya sedikit lalu mengangkat bahunya, tanda ia'pun tidak tahu kenapa bisa sampai ada di depan rumah orang yang duduk di depannya sekarang.

Lelaki itu mendesah frustasi, menatap gadis di depannya sekali lagi. "Kamu hilang ingatan?"

"Enggak. Aku juga gak tahu kenapa sampai ada disini. Emang bener ya, ini tahun 1920, kata kamu tadi?" ia memastikan lagi, takut-takut kalau ini hanya prank, atau ia sedang berada di set tempat pembuatan film.

"Tentu saja, Aahh.. Ik word gek!" (Aku bisa gila) desis nya di akhir kalimat. Ia berdiri lalu dengan gelisah mengacak rambutnya.

"Berarti, Indonesia belum merdeka dong? Waduh, masih perang, lagi. Gimana nih?" panik Gantari, pasalnya tidak ada di benak gadis itu, untuk berada dalam situasi sulit seperti sekarang ini.

"Omong-omong, baju yang kau pakai aneh." celetuk Theodorus. Ya, tuan Netherlands ini bernama lengkap Theodorus Jansen Vandenberg, anak dari Hank Jan Vandenberg.

Gantari melirik Theo dengan tatapan aneh juga. "Baju yang kamu pake juga aneh. Kuno banget!" cemooh nya.

"Hei! Ini baju mahal. Tidak semua orang bisa memakai baju ini, tidak lihat bajunya begitu fashionable." tak terima dikatai seperti itu, Theo dengan sombong memamerkan baju yang sedang ia pakai.

"Weleh! Bau apek itu pasti. Nih ya, baju yang aku pake itu jauuuhh.. Lebih fashionable dari bajumu! Noh liat, merk nya Zarah mahal juga nih, ya meskipun belinya pas diskon. Ya tapi ini jauh lebih modern!" Theo berdecih, lalu menghampiri gadis yang meledeknya dengan tatapan kesal.

Gantari hanya seketek Theo, saat mereka berhadap hadapan. "Kamu tidak sopan! Apa nama marga keluargamu? Kamu keturunan nigrat pemimpin Hindia Belanda?!"

"Bapak gue namanya Jajang orang Tanah Sareal, Ibu gue Gina orang Sentul deket sirkuit masuk gang dikit, sebelah kanan rumahnya. Haa! Apa!" Lelaki dihadapannya hanya terdiam tak percaya, daerah mana itu pikirnya.

"Lagian ini dimana sih? Tapi lumayan adem juga ya suasana nya." ucap Gantari, mulai berjalan ke pintu depan, ingin melihat sekeliling.

Theo sekali lagi menatap tak percaya pada Gantari, gadis ini menatap dan memperlakukannya seakan-akan dia adalah keturunan Bangsawan juga. Apa-apa ini, penghinaan.

"Hei! Mau kemana? Kita belum selesai." teriakan Theo di acuhkannya, Gantari terus berjalan di pekarangan luas rumah keluarga Vandenberg itu, tidak sengaja ia melihat barisan para tentara Netherlands sedang berpatroli, sontak Gantari langsung merunduk takut.

HALO! Tuan NetherlandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang